Sukses


AC Milan dan Upaya Kembalikan Hegemoni di Italia dan Eropa

Bola.com - AC Milan sudah cukup lama nir gelar di kompetisi domestik dan Eropa. Milan yang kini mempunyai pemilik baru berambisi mengembalikan kejayaan seperti dua dekade terakhir.

Terhitung sejak 13 April 2017, Silvio Berlusconi melalui perusahaannya, Fininvest, melepas saham mayoritas di AC Milan kepada investor asal China, Rossoneri Sport Investment Lux (RSIL). Fininvest melepas 99,93 persen saham di Milan kepada RSIL yang mencapai harga 740 juta euro (Rp 10,42 triliun).

Keputusan Berlusconi melepas kepemilikan saham merupakan dampak dari krisis keungan yang melanda. Selain itu, dengan menjual saham mayoritas ke investor lain, Berlusconi berharap Milan bisa kembali memperlihatkan taringnya di Italia dan Eropa.

"Anda tahu, uang dari para taipan minyak mulai mengalir ke sepak bola, klub mana pun yang ingin berada di level AC Milan membutuhkan sumber daya yang tidak dimiliki satu keluarga," ujar Berlusconi.

"Karena itulah saya terpaksa menjual klub dengan rasa yang menyakitkan," lanjutnya.

Kehadiran pemilik baru membuat Il Diavolo Rosso memiliki dana besar untuk membeli pemain baru pada musim panas tahun ini. AC Milan tercatat mengeluarkan uang hingga 189,5 juta euro (Rp 2,9 triliun) untuk mendapatkan 10 nama.

Ke-10 pemain yang sukses diboyong ke San Siro adalah Mateo Musacchio (dari Villarreal), Franck Kessie (Atalanta), Andrea Conti (Atalanta), Andre Silva (FC Porto), Ricardo Rodriguez (VfL Wolfsburg), Hakan Calhanoglu (Bayer Leverkusen), Fabio Borini (Sunderland), Antonio Donnarumma (Asteras Tripoli), Leonardo Bonucci (Juventus), dan Lucas Biglia (Lazio).

"AC Milan adalah klub top dunia dengan sejarah 118 tahun. Di bawah kepemimpinan Berlusconi, Milan memenangkan delapan gelar Serie A, lima trofi Liga Champions, dan tujuh titel Piala Super Italia," ujar Li Yonghong yang ditunjuk sebagai presiden ke-30 AC Milan.

"Ini membuat pendukung memiliki harapan besar untuk klub. Kami tahu jika kami memikul tanggung jawab besar, namun kami ingin melampaui harapan tersebut dan memastikan suporter meneriakkan 'Forza Milan!' di seluruh dunia," lanjutnya.

Menggelontorkan dana yang hampir menyentuh angka Rp 3 triliun, I Rossoneri diprediksi bakal menjadi penantang kuat dalam meraih trofi juara pada musim ini. Terakhir kali AC Milan merengkuh Scudetto pada musim 2010-2011, Coppa Italia pada musim 2002-2003, serta Liga Champions pada musim 2006-2007.

Prestasi AC Milan dalam lima musim terakhir juga jauh dari kata membanggakan. Milan kesulitan menembus posisi tiga besar di Serie A dan menjuarai Coppa Italia. Skuat Merah-Hitam hanya mengoleksi satu gelar, itu pun Supercoppa Italia musim 2016-2017.

2 dari 3 halaman

Deja vu AC Milan

31 tahun silam, situasi yang hampir serupa pernah dialami AC Milan. Di bawah kepemimpinan Giuseppe Farina, I Rossoneri mengalami krisis keuangan. Manajemen klub menunggak gaji pemain, memiliki hutang sebesar 600 ribu poundsterling kepada Manchester United untuk transfer Ray Wilkins pada 1984, serta penyalahgunaan dana pinjaman.

Prestasi skuat Merah-Hitam juga terus merosot. Setelah meraih titel juara Serie A pada 1978-1979, Il Diavolo Rosso seperti kehilangan taji. Bahkan, dalam rentan waktu dari 1979 sampai 1985, AC Milan dua kali terlempar ke Serie B, yakni pada musim 1979-1980 dan 1981-1982.

Kondisi itu membuat suporter I Rossoneri mulai gusar. Pendukung garis keras AC Milan, Ultras Milan, mulai menyuarakan perubahan, dari sisi manajemen klub, pelatih, sampai pemain.

Dirundung banyak masalah dan tuntutan untuk mundur, Giuseppe Farina akhirnya menyerah. Pada Desember 1985, Farina mengumumkan bakal menjual saham mayoritasnya di AC Milan. Selang beberapa hari, Silvio Berlusconi, seorang miliuner yang memiliki berbagai bidang usaha mulai dari perumahan hingga televisi di Italia dan Eropa dikabarkan berminat membeli Milan.

Lahir dan besar di Kota Milan, rencana Berlusconi mengakuisisi saham mayoritas I Rossoneri mendapatkan dukungan penuh dari Ultras Milan. Berbagai spanduk yang meminta agar Berlusconi segera membeli AC Milan bermunculan di Curva Sud Stadion San Siro.

"Silvio, Milan mencintaimu."

"Silvio, selamatkan kami dari rasa malu ini."

"Silvio, singkirkan masyarakat pencuri ini."

Setelah mengeluarkan dana 40 juta lira, Silvio Berlusconi akhirnya menjadi pemilik saham mayoritas AC Milan pada 10 Februari 1986. Pria yang pernah berprofesi sebagai penyanyi di kapal pesiar, perencana pernikahan, hingga penjual mesin penyedot debu tersebut resmi menjabat presiden ke-20 Il Diavolo Rosso.

"Milan adalah sebuah klub, namun juga merupakan sebuah produk untuk dijual. Sesuatu untuk ditawarkan kepada pasar," tegas Berlusconi beberapa hari setelah kesepakatan dengan Giuseppe Farina rampung.

Dalam buku autobiografinya yang berjudul Berlusconi: The Epic Story of the Billionaire Who Took Over Italy karya Alan Friedman, Silvio Berlusconi menyebut tak pernah ragu membeli AC Milan. Meski sempat menjadi pendukung Inter Milan pada saat remaja, bagi Berlusconi, Milan merupakan hal penting dalam hidupnya.

"Jadi, ketika saya pertama kali memiliki kesempatan untuk membeli AC Milan pada 1986, saya langsung memikirkan ayah saya, dan langsung melakukannya (membeli AC Milan)," ujar Berlusconi.

Setelah ditunjuk sebagai presiden klub, Silvio Berlusconi melakukan perombakan. Pria kelahiran 26 September 1936 tersebut tak segan memecat Nils Liedholm yang merupakan salah satu legenda Milan dari jabatan pelatih pada Januari 1987.

Dia pun menunjuk Fabio Capello sebagai caretaker, sebelum akhirnya memercayakan kursi pelatih kepada Arrigo Sacchi pada awal musim 1987-1988. Keputusan Berlusconi tersebut dipertanyakan banyak pihak, khususnya media. Sebab, Sacchi yang pernah berprofesi sebagai penjual sepatu tak memiliki karier cemerlang sebagai pesepak bola.

Kendati demikian, Silvio Berlusconi tetap bergeming. Keputusannya tersebut terbukti tepat. AC Milan yang yang sudah cukup lama tertidur akhirnya kembali bangkit. Di bawah arahan Sacchi, I Rossoneri meraih sembilan titel juara, termasuk satu Scudetto dan dua gelar Liga Champions yang didapat secara beruntun.

"Itu benar. Ada perasaan yang nyata jika orang baru akan benar-benar mengubah keadaan. Dia (Berlusconi) akan membawa AC Milan ke level yang lebih tinggi, untuk membuat kami kembali kompetitif, tidak hanya di Italia namun juga di Eropa," papar legenda AC Milan, Franco Baresi.

3 dari 3 halaman

Bukan Perkara Mudah

Pada tahun perdana sebagai presiden klub, perjuangan Silvio Berlusconi mengembalikan hegemoni AC Milan tak berjalan mulus. Milan yang saat itu masih diasuh Nils Liedholm gagal meraih satupun gelar juara pada musim 1986-1987.

Tak puas dengan performa tim, Berlusconi memecat Liedholm kemudian menunjuk Fabio Capello sebagai careteker, dan memilih langsung Arrigo Sacchi untuk menjadi allenatore. Dia pun mendatangkan sejumlah pesepak bola tenar, mulai dari Roberto Donadoni, Marco van Basten, Ruud Gullit, Franck Rijkaard, serta Zvonimir Boban. 

Taktik Sacchi yang tampil lebih menyerang dibandingkan klub-klub lainnya di Italia membawa dampak positif. AC Milan berhasil meraih trofi juara Serie A 1987-1988. Bagi Milan, itu adalah gelar liga yang perdana dalam sembilan tahun terakhir.

Memiliki ketegasan, jiwa bisnis yang tinggi, serta dana berlimpah, Berlusconi sukses membawa Il Diavolo Rosso menjadi klub yang disegani di Italia, Eropa, hingga dunia. Meski sempat naik turun, serta dirundung berbagai masalah keuangan, AC Milan di bawah rezim Silvio Berlusconi merengkuh 31 gelar juara, termasuk delapan trofi Serie A dan lima titel Liga Champions.

Hal itu coba dilakukan Li Yonghong bersama Rossoneri Sport Investment Lux. Li ingin mengisi lemari trofi AC Milan yang sudah lama tak lagi dihiasi gelar Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Jika Milan kembali bangkit, pundi-pundi kekayaan Li juga bakal semakin bertambah yang berasal dari hak siar, penjualan tiket terusan di San Siro, serta penjualan pernak-pernik klub. 

Meski begitu, mengembalikan kejayaan Il Diavolo Rosso seperti beberapa tahun yang lalu bukan perkara mudah. Sama seperti pada awal era Berlusconi, Milan saat ini masih harus bekerja keras meraih titel juara. Pergantian jajaran direksi serta pemain baru yang masih butuh adaptasi bakal memengaruhi performa AC Milan.

"AC Milan mendatangkan lebih dari sembilan pemain baru, menurut saya sulit memenangi Scudetto dengan perubahan sebesar itu," sindir bek Juventus, Giorgio Chiellini.

Kunci nya kini ada di tangan pelatih Vincenzo Montella dan presiden Li Yonghong. Montella harus segera mencari taktik yang pas serta mengendalikan ego para pemain bintang yang menghuni skuat AC Milan. Sebab dalam beberapa laga terakhir, strategi yang diterapkan Montella tak berjalan mulus.

Dari empat laga pramusim, Montella yang selalu mengandalkan formasi 4-3-3 hanya bisa membawa skuat Merah-Hitam meraih dua kemenangan dan menelan dua kekalahan. Pada laga kualifikasi putaran ketiga Liga Europa, Milan memang menang dengan agregat 3-0 atas CS U Craiova, namun itu harus diraih dengan susah payah.

Prakiraan Formasi AC Milan pada musim 2017-2018 (buildlineup)

Sementara itu, Li harus memberikan kepercayaan penuh kepada Montella dalam meramu strategi timnya. Pria yang memiliki kekayaan 550 juta euro itu layak meniru sikap Silvio Berlusconi terhadap semua pelatih yang pernah menangani AC Milan.

"Silvio Berlusconi mungkin tidak mendikte formasi, namun dia jelas suka berbicara mengenai pertandingan, teknik, dan taktik dari pertandingan. Dia suka berbicara dengan pelatih, layaknya pemilik koran berbicara dengan editor," kata mantan CEO AC Milan, Adriano Galliani.

"Pemilik menunjuk editor dan editor memiliki kebebasan dalam mendikte arah pemberitaan. Namun, pemilik bisa mengganti editor seperti yang dia inginkan. Itu sama juga seperti pemilik klub dengan pelatih," lanjutnya dalam buku Berlusconi: The Epic Story of the Billionaire Who Took Over Italy.

Sumber: Berbagai sumber

Video Populer

Foto Populer