Sukses


Valtteri Bottas, Rio Haryanto, dan Nostalgia GP3 2011

Bola.com, Jakarta - Keberhasilan Valtteri Bottas meraih kemenangan pertama sepanjang karier di F1 pada balapan GP Rusia di Sochi Autodrom, Minggu (30/4/2017), membuat ayah Rio Haryanto, Sinyo Haryanto, terjebak nostalgia. Sosok Bottas mengingatkan Sinyo akan memori manis sang putra tercinta.

Sinyo terkenang aksi Rio enam tahun silam ketika masih balapan di ajang GP3 Series pada 2011. Salah satu rival Rio saat itu adalah Bottas. Dari 16 balapan pada musim tersebut, cuma Rio dan Bottas yang bisa menang lebih dari sekali. Rio enam kali finis di depan Bottas, tiga kali berbagi podium, dan dua kali mengalahkan pebalap asal Finlandia itu untuk jadi juara.

Rio pertama kali mengalahkan Bottas pada balapan pertama seri kelima di Nurburgring, Jerman. Dalam balapan penuh drama yang berlangsung di trek basah itu, Rio berduel ketat dengan Bottas dan pebalap asal Inggris, Lewis Williamson.

Hujan yang sempat turun sebelum lomba membuat mayoritas pebalap memutuskan memakai ban basah. Namun, Rio dan Bottas melakukan perjudian dengan menggunakan ban slick.

Strategi Rio dan Bottas tampak berjalan sesuai skenario karena hujan cepat berhenti dan trek mulai mengering. Akan tetapi, saat balapan yang berlangsung 15 lap itu tinggal menyisakan lima putaran lagi, hujan lebat kembali mengguyur sirkuit.

Cuaca buruk membuat mayoritas pebalap masuk pit untuk memasang ban basah, tapi tidak dengan Rio Haryanto dan Valtteri Bottas yang sedang bertarung di depan. Hebatnya, meski memakai ban slick yang hampir tak memiliki grip di trek basah, Rio dan Bottas tetap mampu memacu mobil tanpa tergelincir. Komentator televisi sampai terkagum-kagum dengan kemampuan Rio dan Bottas.

Pada dua lap terakhir, pertarungan semakin seru lantaran Williamson muncul menjadi orang ketiga. Ketiganya sempat bergantian memimpin lomba.

Namun, setelah berada di depan selepas tikungan pertama lap terakhir, Rio mulai membuka jarak dengan kedua rivalnya hingga menjadi yang pertama melintasi garis finis. Williamson finis kedua, sedangkan Bottas mengakhiri balapan di posisi ketiga. Aksi spektakuler Rio di Nurburgring berbuah pengharagaan kemenangan terbaik pada GP3 2011.

Rio kembali mengalahkan Bottas pada balapan kedua seri berikutnya di Hungaroring, Hungaria. Dia lagi-lagi menaklukkan Bottas di trek basah. Kemenangan di Nurburgring dan Hungaroring turut membangun reputasi Rio sebagai spesialis trek basah.

"Balapan di trek basah itu tak mudah. Seorang pebalap harus memiliki skill yang luar biasa untuk menang dan Rio mampu membuktikan kualitasnya dengan mengalahkan Bottas di Nurburgring," kata Sinyo Haryanto.

Meski meraih dua kemenangan, Rio Haryanto kehilangan kesempatan menjadi juara GP3 2011 karena kerap gagal meraup poin pada empat seri pertama akibat berbagai macam kendala. Titel akhirnya menjadi milik Valtteri Bottas yang mendulang empat kemenangan.

Pebalap Indonesia, Rio Haryanto (kanan), berpose dengan Valtteri Bottas setelah meraih penghargaan kemenangan terbaik pada GP3 Series 2011. (Motorsport)

2 dari 2 halaman

Beda Nasib

Rio dan Bottas akhirnya sama-sama tampil di F1. Bottas debut pada 2013 dan Rio menyusul tiga tahun berselang.

Namun, Bottas lebih beruntung daripada Rio. Dia memulai debut di F1 bersama tim mapan, yakni Williams. Setelah tampil impresif selama empat musim di Williams, Bottas akhirnya digaet Mercedes untuk F1 2017 dan menjadi pebalap ke-107 yang memenangi balapan F1 di Rusia.

Di sisi lain, Rio debut di F1 bareng tim papan bawah, Manor Racing. Rio bahkan cuma balapan selama setengah musim karena terkendala masalah finansial dan kini menghilang dari paddock F1.

"Jika Rio Haryanto mendapat kesempatan yang sama dengan Valtteri Bottas, bukan tak mungkin dia akan menorehkan hasil yang sama dan membuat Indonesia dan juga Asia bangga," kata Sinyo Haryanto.

Video Populer

Foto Populer