Sukses


Mursyid Effendi: Kisah Gol Bunuh Diri dan Kini Jadi Raja GOR

Bola.com, Surabaya - Ketika memutuskan pensiun dari sepak bola beberapa tahun silam 2008 Mursyid Effendi mulai membangun kerajaan bisnisnya. Berbekal uang yang ia kumpulkan semasa jadi pemain, Mursyid membangun sebuah gedung olahraga (GOR) futsal dan bulu tangkis tepat di belakang rumahnya di kawasan Benowo, Surabaya. 

Tak sia-sia, usaha pertama yang ia rintis itu membuahkan hasil bagus. Perkembangannya relatif cepat. Maklum, nama besar Mursyid masih menjadi magnet bagi masyarakat Surabaya, khususnya di Benowo dan sekitarnya.

Sukses ini juga tak lepas dari kemampuan pria kelahiran 3 April 1972 itu mengelola bisnis tersebut. Maklum, selain kerapian pembukuan keuangannya, perekrutan karyawan menjadi kunci keberhasilan ayah tiga anak ini.

Betapa tidak, ia menempatkan adik dan saudara dekatnya untuk memegang posisi penting yang berperan sebagai pengawas kinerja karyawannya. "Saya membangun usaha ini memang untuk membuka lapangan pekerjaan bagi adik-adik dan saudara dekat, karena di sini kami keluarga besar," tuturnya.

Kendati sanak saudara sendiri, Mursyid tak menggunakan manajemen kekeluargaan. Maklum, hidup sebagai pemain di klub profesional, Mursyid terbiasa melakukan dan memperlakukan semuanya secara profesional. "Sekaligus mengajarkan adik-adik dan karyawan untuk bekerja secara profesional," terangnya.    

Tak heran, hanya dalam tempo yang singkat, pundi-pundi uangnya terus bertambah. Ini terjadi karena banyak penyewa GOR yang mengaku puas dengan servis yang diberikan. Bahkan hubungan antara pelanggan dengan Mursyid tak sebatas bisnis semata, wajar jika mereka akhirnya menjadi pelanggan setia.

Mursyid Effendi, sudah melupakan insiden gol bunuh diri di Piala Tiger 1998. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

"Tidak sedikit yang akhirnya menjadi teman dekat," sebut Mursyid.

Permintaan pun terus bertambah, Mursyid pun kewalahan mengatur jadwal penyewa. Bahkan tak jarang ia sampai menolak karena jadwal pengguna GOR padat.

Agar tak mengecewakan pelanggannya, setahun kemudian ia mengembangkan usahanya. Mursyid kembali mendirikan GOR Futsal di kawasan Jurang Kuping, Surabaya. Dari situ pula ia menangkap keinginan masyarakat untuk membuat kolam renang.

Untuk itu, bersamaan dengan pembangunan GOR futsalnya yang kedua, Mursyid juga membuat kolam renang tepat di lahan kosong yang berada di sisinya 

Tak percuma, baru diresmikan seminggu, penyewa GOR sudah mengantri. Masyarakat di sekitar Benowo juga berbondong-bondong membanjiri kolam renang itu.

"Semua harus dikelola dengan baik. Tapi ada yang lebih penting, bisnis seperti ini adalah bisnis hati. Artinya, memperlakukan karyawan dan pelanggan dengan hati. Itu akan membuat usaha itu awet," katanya.

SELALU RAMAI

Benar saja, semua bisnis itu masih berjalan hingga sekarang. semua bisnisnya juga tak pernah sepi pelanggan. Alhasil, dana jutaan rupiah tiap hari mengalir ke kantong Mursyid.

"Harus disyukuri, semua ini berkat doa orang tua dan kebaikan pelanggan," sebut pria yang membawa tim PON Remaja Jatim menjuarai PON Remaja I/2014 itu.

Bicara soal Mursyid Effendi, publik sepak bola nasional masih ingat insiden gol bunuh diri ke gawang Thailand di Piala Tiger 1998 (sekarang Piala AFF). Bek yang dibesarkan Persebaya Surabaya tersebut dihukum FIFA aktif sebagai pemain selama seumur hidup.

Vonis itu diterima saat usianya masih di usia emas, yakni 26. Saat penampilannya juga tengah berada di puncak.

Mursyid dianggap dengan sengaja menjebol gawangnya sendiri dalam penyisihan grup saat melawan Thailand. Tujuannya untuk menghindari tuan rumah Vietnam di laga semifinal Piala Tiger.

Untung, hukuman itu hanya berlaku di pentas internasional. Sehingga, Mursyid pun tetap bisa bermain di level nasional.

Di Tim Bajul Ijo, Mursyid sukses mempersembahkan gelar juara kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia musim 1996-1997 dan 2004. Persiku Kudus jadi terakhir pria yang di depan namanya kerap diberi embel-embel "Cak."

Setelah dari Persiku, Mursyid pun memilih gantung sepatu. Ia melanjutkan kariernya di lapangan hijau sebagai asisten pelatih. Persida Sidoarjo, Porda Surabaya, Mitra Surabaya, Persidafon Dafonsoro, dan Persebaya jadi persinggahan Mursyid sebagai asisten pelatih. 

Evan Dimas Darmono, pemain muda yang potensial Indonesia, merupakan pemain didikan Mursyid di SSB Mitra Surabaya. Evan sudah menganggap Mursyid sebagai ayah kedua.

Di balik cerita kelam karier sepak bolanya, Mursyid jadi sedikit pesepak bola nasional yang bisa survive setelah pensiun. Perjuangannya layak dicontoh para juniornya.

Baca Juga:

Feature: Mes PSM Baru Dihuni April, Juni Sudah Kosong

Feature : Honor Wasit Hilang Ratusan Juta, Tetap Loyal pada PSSI

Feature : Yusuf Ekodono, Kisah Perjuangan Eks Striker Persebaya

Video Populer

Foto Populer