Sukses


Yana Umar, Persib Salawasna Viking Sadayana

Bola.com, Bandung - Dari sekian banyak peristiwa bersejarah Persib Bandung, ada satu masa di mana sebuah pertandingan sepak bola menjadikan seorang remaja memilih jalan hidupnya. Kalimat tersebut akan mengawali kisah perjalanan dirigen Viking, Yana Umar, yang dituturkan kepada bola.com di kediamannya, Villa Ciganitri, Bandung, Senin, 29 September 2015.    

Nonton sejak Kelas 3 SD 

Pada kompetisi Perserikatan musim 1989-1990, Persib meraih juara setelah melewati laga final mendebarkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, 11 Maret 1990, melawan Persebaya Surabaya. Musim itu jadi awal mula Yana Umar menonton Persib secara 'resmi', alias sudah berlabel bobotoh. Tetapi ia mengaku, sejak lahir sudah ditakdirkan jadi suporter. 

Yana memiliki nama lengkap Mulyana, lahir di Bandung, 22 Januari 1975. Seperti halnya anak-anak Bandung yang tumbuh di tahun 1970-an, Yana mewarisi jiwa suporter dari kedua orang tuanya yang memang doyan menonton Persib di Stadion Siliwangi. Kebiasaan menonton Persib terus berjalan dari era pemain seperti Nandar Iskandar, lalu Adeng Hudaya, hingga memasuki masa keemasan pemain lokal Persib pada 1990-an.

"Saya cinta dengan Persib dari kecil dan mulai nonton Persib sendirian dari kelas 6 SD di SDN Bhakti Wiyana 2, sebelumnya masih suka nonton sama orang tua waktu masih kelas 3 SD,” ungkap Yana.

Waktu terus berjalan. Memasuki awal 1990, Yana sudah beranjak remaja. Sebagai ABG Bandung, jadi suporter Persib adalah kebanggaan tersendiri. Saat itu jadi momen berharga buat Yana yang mulai bersahabat dengan almarhum Ayi Beutik.

“Saya dan almarhum Ayi Beutik seumuran, jadi pertama kali jadi suporter secara resmi yang di kompetisi Perserikatan 1990, saya ikut almarhum nonton Persib di Stadion Siliwangi,” katanya.

Kebanggaan jadi bobotoh semakin menguat setelah Persib juara di tahun itu, setelah mengalahkan Persebaya 2-0. Sejak saat itu, Yana mantap menjalani hidup sebagai bobotoh sejati.

Mendirikan Viking Persib Club

Sabtu, 26 September 2015 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreng, sekitar satu jam sebelum kick-off duel Persib melawan Pusamania Borneo FC di leg kedua perempat final Piala Presiden, ribuan bobotoh berbaju Viking dari berbagai penjuru telah memadati stadion.

Dari ribuan Viking yang hadir, Yana nampak paling menonjol. Badannya yang berisi berjalan tegap menuju ke tempatnya ‘bekerja’, yakni menjadi konduktor orkestra suporter paling ngetop se-Bandung, Viking.

Yana tak muda lagi. Ia sudah jadi bapak tiga orang anak. Tapi, suara lantang Yana bak anak muda yang semangatnya menggelora. Saat Yana mulai membuka suara, para Viking yang mengisi seluruh tribun timur mengikuti arahan nyanyian dukungan untuk Persib.

Kembali ke masa lalu saat Yana dan beberapa bobotoh lain mendirikan Viking Persib Club. Tepatnya pada 17 Juli 1993. Bersama almarhum Ayi Beutik, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, Heru Joko, dan Aris Primat, Viking lahir sebagai ‘pengawal’ Persib di pentas sepak bola Indonesia.

"Saat itu, ada almarhum Ayi Beutik, Heru Joko dll. Kami pertama kali sebagai suporter fanatik yang ikut Persib main tandang pada tahun 1996. Ketika itu, Persib berhadapan dengan PSIM Yogyakarta," ujar Yana.

Yana Umar, tokoh Viking Persib Club (Bola.com/Bagas Rahadyan)

Lambat laun, Yana bersama para pendiri lainnya mulai mengibarkan nama Viking di kalangan bobotoh Persib. Tepatnya pada tahun 1996, nama Viking berkibar, setelah berhasil menurunkan sang pelatih Persib ketika itu, Suryamin, melalui aksi unjuk rasa yang digelar almarhum Ayi Beutik bersama Yana di depan Stadion Siliwangi. Suryamin diturunkan suporter karena gagal menjadikan Persib berjaya di kompetisi Liga Indonesia kedua. 

"Kami kalah berturut-turut di Bandung. Akhirnya, almarhum Ayi Beutik menggelar demo untuk menurunkan pelatih Suryamin. Mulai dari situ nama Viking mulai dikenal dan besar. Selanjutnya pada 2000, Persib kalah berturut-turut lagi. Viking menggelar demo kembali dan berhasil menurunkan pelatih ketika itu," ujar Yana.

"Dari situ Viking menjadi pusat perhatian bobotoh. Akhirnya, kami menerima pendaftaran dan banyak yang berminat menjadi keluarga Viking. Sampai sekarang kami sudah besar," kata Yana.

Awal Memimpin Viking Bersama Ayi Beutik

Yana bersama almarhum Ayi Beutik mulai bekerja sama memimpin rekan-rekannya untuk memberikan dukungan berupa nyanyian dan gerakan di lapangan, saat Persib bertanding. Pada tahun 1995, Yana dan Ayi Beutik mendapat tantangan baru ketika Persib harus berhadapan dengan tuan rumah Persija Jakarta di Stadion Menteng, Jakarta.

"Tahun 1995, saya ke menteng nonton Persib vs Persija, seluruh tribun dipenuhi bobotoh dan Viking, dulu kami menempati tribun selatan dipimpin saya sama Ayi," kata Yana.

"Ketika itu, Persib tertinggal 0-1 oleh Persija. Menit 88, Persib berhasil menyamakan kedudukan. Kami otomatis masuk ke lapangan. Rekan kami, Heru kacamatanya jatuh saat mau ambil, justru dipukulin sama polisi," kata Yana.

Ada beberapa pengalaman yang tidak dilupakan Yana saat mendukung Persib. Rata-rata kenangan manis tersebut diperolehnya saat mendukung Persib di pertandingan tandang.

"Tahun 2001, saya tur perjalanan jauh pakai kapal laut ke Medan, menempuh perjalanan tiga hari dua malam. Itu merupakan perjalanan yang melelahkan. Ini pengalaman saya yang harus saya terima sebagai suporter, padahal saya cuma nonton dua pertandingan. Kami ramai-ramai menggunakan kapal laut kembali saat pulang," ujar Yana.

Dirigen Viking, Yana Umar sedang memimpin rekan-rekan Viking untuk memberikan semangat bagi Persib agar bisa meraih kemenangan, saat menjamu Pusamania Borneo FC. (Bola.com/Arief Bagus)

"Selanjutnya, pengalaman waktu di Stadion Lebak Bulus, waktu itu belum ada Jakmania. Tribun selatan roboh sama Viking, saat Persib kalah dengan Pelita Jaya. Kami berjalan dari Stadion Lebak Bulus ke daerah Rempoa untuk istirahat sejenak di rumah salah satu anggota Viking. Di sepanjang jalan, kami nyanyi-nyanyi," kata Yana.

Pertemanan dengan Bonek

Yana bersama Viking bersahabat dengan suporter fanatik Persebaya Surabaya, Bonekmania. Pertemanan hangat Viking dan Bonek dimulai pada tahun 2004. Hingga saat ini, kedua suporter tersebut tetap menjalin persahabatan yang kental.

"Saat itu ada ikrar untuk suporter bersatu ketika gelaran play-off Liga Indonesia di Solo. Boleh main di sini, asal ada ikrar suporter. Ikrar tersebut diikuti Pasoepati, Bonek, LA Mania, dan Brajamusti," kata Yana. 

Hubungan mesra di kalangan suporter terkadang hanya diawali dengan hal sepele. Khusus hubungan mesra Viking dengan Bonek, Yana menceritakan momen di Solo, 11 tahun yang lalu.

"Bonek yang menemani kami jalan-jalan ke kota Solo sambil mengobrol. Kejadian di pertandingan membuat pertemanan kami dengan Bonek semakin erat saat Persib melawan Perseden Denpasar, kelompok suporter Perseden dibantu Pasoepati, Bonek membantu Viking. Dari situlah awal pertemanan kami. Akhirnya, kalau kami bertandang ke Surabaya, Bonek selalu jemput di kota Surabaya, memberikan penginapan dan makan gratis. Sebaliknya juga, saat Bonek datang ke Bandung pasti kami jamu," ungkap Yana.

Sepeninggal Ayi...

Pada 9 Agustus 2014, Yana ditinggalkan selamanya oleh sahabat, keluarga, dan teman hidupnya saat mendirikan Viking, Ayi Beutik. Panglima Viking tersebut mengembuskan napas terakhir karena mengalami kerusakan saraf sehingga terjatuh dari sepeda motor miliknya.

"Ketika almarhum meninggal, saya sangat sedih dan terpukul. Tidak ada teman yang menemani lagi memimpin rekan-rekan Viking di lapangan. Apalagi, kepergiannya menjelang Persib meraih juara ISL 2014," kata Yana.

Sepeninggal Ayi Beutik, Yana sendirian memimpin rekan-rekan Viking untuk memberikan dukungan kepada Atep dkk. saat bertanding. Tak kenal lelah, Yana tetap menunjukkan loyalitasnya untuk Persib atas nama Viking. Di luar lapangan, Yana ditemani Gus Dul mengelola usaha merchandise Viking di Jalan Ahmad Yani, Bandung.

Dirigen Viking, Yana Umar sedang memimpin rekan-rekan Viking untuk berdoa agar Persib meraih kemenangan, saat menjamu Pusamania Borneo FC. (Bola.com/Arief Bagus)

Yana sudah mendedikasikan separuh hidupnya untuk Persib. Persib adalah segalanya dan Viking adalah jiwanya. Maka, sang dirigen tetap setia memimpin rekan-rekannya meneriakan yel-yel dan melakukan koreografi untuk memberikan semangat yang tak terhingga untuk Persib saat bertanding.

"Persib telah memberikan saya pikiran yang luas. Menonton Persib adalah anugerah buat saya. Persib harus kami jaga karena merupakan budaya di Jawa Barat, khususnya di Bandung," ungkap Yana.

"Ulah ngaku bobotoh lamun acan pernah ngilur," itulah ungkapan dahsyat ala Kang Yana yang berarti jangan pernah mengaku bobotoh kalau belum pernah menjelajah.

Seperti arti kata Viking yang diambil dari suku bangsa asal Skandinavia itu, bobotoh Persib akan selamanya menjelajahi sepak bola Indonesia, bekerja keras, dan bersemangat demi satu kebanggaan: Persib Bandung.

Baca Juga:

Djajang Jagokan Zulham Zamrun Jadi Pemain Terbaik Piala Presiden

Djadjang Nurdjaman, Legenda Sejati Persib Bandung

Jafri Sastra Figur Kunci Sukses Mitra Kukar di Piala Presiden

Video Populer

Foto Populer