Sukses


8 Pemain Indonesia Berdarah Tionghoa Era 1990-an hingga Sekarang

Bola.com, Jakarta - Pesepak bola keturunan Tionghoa mewarnai sepak bola Indonesia dari generasi ke generasi, mulai era kolonial Belanda, masa keemasan 1950-an, sampai era modern 1990-an hingga 2000.

Pada masa lalu, Indonesia mengenang jasa almarhum Thio Hiem Tjiang, lalu Beng Ing Hien, Kwee Kiat Sek, dan Tan Liong Houw sebagai salah satu skuat timnas terbaik yang tampil pada Olimpiade 1956. Pada tahun 1970-an jumlah pemain keturunan Tionghoa menurun. Kendati begitu, pada era 1970-an masih terdapat pemain keturunan Tionghoa yang eksis baik di timnas maupun klub. Sebagai contoh dua bersaudara putra Tan Liong Houw, Budi dan Wahyu Tanoto di Persija Jakarta.

Kemudian Lukman Santoso yang tercatat sebagai pemain PSIM Yogyakarta. Ada juga Abdi Tunggal di PSM Makassar. PSM salah satu klub yang selalu memiliki pemain Tionghoa. Memasuki era 1990-an, Juku Eja diperkuat Yosef Wijaya dan Erwin Wijaya, saat menjuarai Perserikatan 1992.

Berikut bola.com merangkum kiprah delapan pesepak bola keturunan Tionghoa yang masuk dalam generasi baru atau yang berkarier di atas tahun 1990 hingga sekarang:


1. Arthur Irawan

Arthur Irawan (Rizki Hidayat/ Bola.com)

Arthur Daniel Irawan, pemain kelahiran Surabaya, 3 Maret 1993, kini memperkuat klub Liga Pro Belgia, Waasland-Beveren. Darah Tionghoa Arthur berasal dari ayah-ibunya yang berdomisili di Surabaya. Sejak kecil, Arthur sudah menggemari sepak bola, meski teman sebaya Arthur di lingkungan tempatnya dibesarkan mayoritas bermain bola basket. Pada usia 12 tahun, Arthur belajar di Asian Soccer Academy (ASA), Manchester dan Lytham FC, klub yang bermarkas di Lancashire, Inggris. Arthur gabung Espanyol B pada 2011-2012, lalu hijrah ke Malaga B satu musim berikutnya. 

2. Kim Jeffrey Kurniawan

Pemuda kelahiran Muhlacker Stuttgart, Jerman, 23 Maret 1990 ini sudah lima tahun menjadi WNI. Darah Tionghoa dan sepak bola Kim mengalir dari sang kakek, Kwee Hong Sing, yang membela Persija Jakarta dan timnas era 1950-an. Kim yang juga berdarah Jerman dari sang ibu, Uschi Kurniawan, tak meninggalkan Indonesia sejak menjadi WNI. Kariernya sempat meredup setelah memperkuat Persema Malang di IPL. Kim bangkit bersama Pelita Bandung Raya pada musim 2014. Pada saat itu, di bawah Dejan Antonic, PBR mampu melesat menjadi semifinalis. Kini, dengan pelatih yang sama, Kim memperkuat Persib Bandung.

3. Sutanto Tan

Nama Sutanto Tan melejit saat mewarnai Timnas U-23 pada Kualifikasi Piala AFC U-23 2015. Sutanto yang berasal dari Batam memang tak kesulitan untuk belajar sepak bola. Pasalnya, di kota Batam banyak anak-anak keturunana Tionghoa yang belajar di SSB. Kedekatan geografis Batam dengan Singapura membuat pemain berusia 21 tahun memilih belajar di Geylang United pada 2010. Sutanto lalu memberanikan diri merantau ke Jawa dan bergabung Persib U-21 (2011-2012) dan PBR U-21 (2012-2013). Sutanto bergabung dengan Bali United pada 2015 dan meninggalkan klub besutan Indra Sjafri pada akhir 2015.

4. Justin Stephen

Pemain belakang timnas U-19 Singapura, Hairyl Muhaimin bin Abdul Rahim (kiri) berusaha menghalangi pergerakan penyerang timnas U-19 Indonesia, Justin Stephen saat berlaga di Stadion GBK Jakarta, (8/12/2014). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Justin Stephen jadi nama baru dalam generasi pesepak bola Tionghoa yang mewarnai skuat timnas. Pemain jebolan Jakarta Football Academy tercatat sebagai gelandang Timnas U-19 arahan Fachri Husaini. Justin yang pernah berguru di Valencia Junior belum sempat mencicipi pertandingan resmi di timnas, menyusul sanksi FIFA yang dijatuhkan kepada Indonesia pada 30 Mei 2015. Timnas U-19 pun dibubarkan. Kini, Justin memperkuat Surabaya United.

5. Denny Rumba 

Keharmonisan masyarakat Jawa dan Tionghoa di Semarang membuat Denny Rumba tak merasa canggung saat memilih jalur sepak bola. Denny Rumba, mantan pemain PSMS Medan dan Persepam Madura Utama ini awalnya bermain bola basket, seperti kebanyakan anak-anak Tionghoa di pecinan Semarang, Kranggan. Denny Rumba lalu mantap memilih sepak bola dan mengawali karier di PSIS Semarang junior pada 2004.

6. Febrianto Wijaya

Febrianto Wijaya, Kewalahan memenuhi permintaan pemain yang ingin bermain di timnya (Bola.com/Ahmad Latando)

Kiprah Febrianto Wijaya di pentas sepak bola nasional terbilang pendek. Memulai karier di PSM Makassar pada musim 2008, striker kelahiran 1 Februari 1990 ini terakhir tercatat sebagai striker Persela Lamongan pada 2013. Saat usianya 24 tahun, Febrianto memilih banting setir ke jalur politik. Mantan striker Persipura menjadi anggota DPRD Mamuju, Sulsel sejak September 2014.

7. Nova Arianto

Darah Tionghoa Nova Arianto diturunkan dari sang ibu yang berasal dari Semarang, Tan Djiet Nio. Nova digembleng menjadi pesepak bola oleh ayahnya, Sartono Anwar, yang merupakan pelatih senior di Indonesia. Sejak kecil. Nova sering mengikuti Sartono melatih di Stadion Citarum. Uniknya, Sartono mendidik Nova sebagai striker. Tapi pada akhirnya, posisi bek yang dijalani Nova hingga terakhir kali memperkuat PBR pada musim 2012-2013.

8. Irvin Museng

Nama Irvin Museng mencuat setelah menjadi top scorer Piala Danone pada 2004 di Prancis. Saat itu, pemain asal Makassar ini memperkuat Makassar Football School, yang berhasil menembus babak semifinal. Sama seperti Febrianto Wijaya, karier Irvin cukup singkat karena ia memilih melanjutkan kuliah. Terakhir, ia bergabung Pro Duta pada 2011. Saat ini, Irvin sudah menikah dan menjadi pengusaha di Makassar. Sesekali, Irvin meramaikan pertandingan ekshibisi untuk melepas rindu terhadap sepak bola.

Video Populer

Foto Populer