Sukses


Statistik: Menakar Peran Yu Hyun-koo di SFC dan Semen Padang

Bola.com, Jakarta - Yu Hyun-koo memutuskan hengkang dari Ranah Minang usai Semen Padang finis sebagai runner up Piala Jenderal Sudirman menuju tim yang pernah ia bela di Piala Presiden, Sriwijaya FC. Tidak bisa dimungkiri, salah satu faktor penting Semen Padang mampu mencapai final PJS adalah peran sentral Yoo sebagai gelandang bertahan. Dalam tulisan ini, Labbola akan membahas perbedaan peran yang dimainkan gelandang asal Korea Selatan di Semen Padang dan Sriwijaya.

Lima musim di Semen Padang, posisi Hyun-koo sebagai salah satu gelandang bertahan tak pernah terusik. Ia pernah berduet bersama Vendry Mofu, Eka Ramdani, dan juga Rudi di lini tengah tim berjulukan Kabau Sirah. Selama itu, Hyun-koo berperan sebagai single pivot

Pemain berusia 33 tahun adalah satu-satunya gelandang yang bermain agak ke dalam dalam skema 4-4-2 khas Semen Padang. Hal tersebut mengakibatkan Yoo lebih sering berjibaku sendirian dalam merebut bola. Dari statistik selama membela Semen Padang di PJS, Hyun-koo tercatat melancarkan rata-rata 8,25 tekel per pertandingan. Jumlah tersebut lebih sedikit saat ia membela Sriwijaya selama Piala Gubernur Kaltim (PGK) dan Piala Bhayangkara. Rataan tekel yang dilakukan Hyun-koo adalah 5,9 tekel per pertandingan.

Gelandang Sriwijaya FC, Yu Hyun-koo, kesakitan akibat tekel pemain PS TNI pada laga Piala Bhayangkara di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Minggu (20/3/2016). Sriwijaya FC berhasil menang 2-1 atas PS TNI. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Angka tersebut semakin berkurang karena ia tidak ditempatkan sendirian di posisi gelandang bertahan. Pelatih Laskar Wong Kito, Benny Dollo kerap memainkannya bersamaan Ichsan Kurniawan atau Asri Akbar sebagai double pivot, sehingga tugas sebagai gelandang bertahan  lebih ringan. Hal itu membuat mantan pemain Pohang Steelers minim melakukan pelanggaran.

Selama di Semen Padang rata-rata Hyun-koo melakukan 2,6 pelanggaran per pertandingan, memperoleh enam kartu kuning, dan satu kartu merah di PJS. Bandingkan saat bersama Sriwijaya, selama PGK dan Bhayangkara, Hyun-koo hanya melakukan rata-rata 1,25 pelanggaran per pertandingan dan baru sekali menerima kartu kuning.

Tak hanya itu, perbedaan yang lain adalah gaya bermain kedua tim yang relatif berbeda. Semen Padang lebih gemar bermain langsung ke kotak penalti lawan dan melancarkan serangan dari sayap, sedangkan di Sriwijaya memulai serangan dari lini tengah. Keberadaan pemain dengan peran gelandang serang membuat catatan pendistribusian bola Hyun-koo juga lebih baik. Selama di Semen Padang, ia tercatat melepaskan rata-rata 51,5 umpan per pertandingan dengan rasio sukses 77%. Sementara, 46,8 umpan per pertandingan dengan rasio sukses 82% ia catatkan bersama SFC.

Kapten Semen Padang, Yu Hyun Koo, berlatih jelang laga final Piala Jenderal Sudirman melawan Mitra Kukar di Lapangan Sutasoma, Jakarta, Jumat (22/1/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Adanya double pivot di Sriwijaya, tugas Hyun-koo sebagai gelandang bertahan menjadi lebih ringan dan ia bisa sesekali maju untuk membantu penyerangan. Meski belum mencetak gol, dari tujuh pertandingan selama PGK dan Piala Bhayangkara, salah satu pemain kesayangan Nilmaizar di Semen Padang sudah mencatatkan satu assist dan berhasil mengkreasi delapan peluang. Sedangkan selama berkostum Semen Padang di PJS, Hyun-koo sukses menciptakan dua gol, namun hanya tercatat dua kali menciptakan peluang.

Kesimpulannya, mantan pemain Super Reds adalah pemain dengan kemampuan adaptasi yang baik meski main di tim dan pelatih yang berbeda. Sepanjang kariernya di Indonesia, Hyun-koo sudah dilatih empat pelatih hebat: Nil Maizar, Suhatman Imam, Jafri Sastra dan Benny Dollo.

Dari keempat juru racik formasi tersebut, belum ada yang mengeluh soal kinerja pemain kunci di lini tengah Sriwijaya ini. Bahkan, Nil Maizar pernah berujar, “Jika ada orang yang menyangsikan kemampuan Yu, saya siap belajar pada orang itu”.

Video Populer

Foto Populer