Sukses


    Memori Persipura Vs Persija: Sensasi 1975, 2005, dan 2012

    Bola.com, Jakarta - Persipura Jayapura akan menghadapi Persija Jakarta pada laga pembuka Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo di Stadion Mandala, Jayapura, Jumat (28/4/2016) itu kedua tim sudah saling mengalahkan di kotanya masing-masing. Bola.com mengajak bernostalgia, mengenang pertandingan klasik yang melibatkan kedua tim.

    Sisi sejarah menjadi cerita lain dari laga Persipura vs Persija. Kedua tim elite perserikatan ini yang sama-sama pernah memenangi pertandingan di kandang kubu lawan. Bola.com memilih tiga pertandingan yang membekas dan punya nilai historis tinggi bagi Tim Mutiara Hitam serta Tim Macan Kemayoran.

    Perserikatan 1975

    Pada kompetisi Perserikatan 1975, materi pemain Persija bisa dibilang The Dream Team. Skuat Macan Kemayoran dihuni pemain-pemain berlabel Timnas Indonesia macam: Iswadi Idris, Andi Lala, Junaidi Abdillah, Sutan Harhara, Wahyu Hidayat, Sofyan Hadi sampai Ronny Paslah.

    Dengan sederet nama beken itulah, Persija dianggap bakal menang mudah melawan Persipura pada pertandingan babak 8 besar kompetisi Perserikatan yang digelar Rabu, 29 Oktober 1975 di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Atmosfer kala itu memang harusnya menjadi angin bagi Persija, tapi Persipura berhasil membalikan angin tersebut dengan bermain tanpa ampun melawan Persija.

    Iswadi Idris, terlalu meremehkan Persipura. (Bola.com/Dokumentasi Merdeka)

    Bermain di Stadion Utama Senayan (nama lama Stadion Utama Gelora Bung Karno), Jakarta, jelas menjadi keuntungan buat Persija, sebagai juara bertahan. Senayan didominasi pendukung tim ibu kota. Nyatanya teror mental dari suporter tak membuat mental bertanding anak-anak Papua ambruk.

    Justru sebaliknya penggawa Persipura bertanding dengan motivasi tinggi sebagai tim underdog. Secara mengejutkan mereka menang telak 4-2!

    Seperti yang dilaporkan Harian Merdeka pada pertandingan itu penyerang-penyerang Persipura berhasil mengobrak-abrik pertahanan anak-anak Jakarta. Pasukan Persija seperti mati kutu sepanjang pertandingan.

    Persipura menceta gol terlebih dahulu lewat kaki Hengky Heipon di menit awal pertandingan. Andi Lala dkk. tak tinggal diam. Mereka berupaya mengimbangi permainan cantik Persipura, dengan strategi ofensif pendek merapat yang menjadi ciri khas permainan anak-anak ibu kota. Hasilnya Iswadi berhasil menyamakan kedudukan pada menit 41.

    Penyerang Persipura, Pieter Atiamuna (15), merepotkan bek-bek Persija yang merupakan pilar Timnas Indonesia. (Bola.com/Dok. Merdeka)

    Setelah turun minum Persija berhasil unggul lewat gol Risdianto pada menit 46. Usai gol itu Persija tampak sedikit meremehkan permainan Persipura. Mereka cenderung bermain santai. Ada kesan Persija amat yakin tim tamu tidak akan mampu mencetak gol.

    Barisan pertahanan Persija adalah barisan bayangan Tim Garuda. Nama-nama bek-bek beken macam, Ronny Paslah, Sutan Harharah, Sofyan Hadi, I'im Ibrahim, jaminan mutu yang sulit ditembus tim-tim lawan.

    Namun, karena mungkin terlalu memandang enteng penyerang-penyerang Persipura, benteng pertahanan Persija begitu gampang ditembus. Hanya berselang tiga menit dari gol Risdianto Henky Heipon kembali mencetak gol balasan. Skor 2-2 semakin memacu Mutiara Hitam untuk memenangi pertandingan.

    Gol Johanis Jakadewa dan Pieter Atimuana memupus harapan Persija untuk memulai babak 8 besar dengan mulus di kotanya sendiri. Gara-gara hasil mengecewakan kontra Persipura, posisi kiper utama Ronny Paslah berpindah tangan ke Sudarno. Padahal pada masa itu Ronny kiper yang tak tergantikan di skuat Timnas Indonesia.

    2 dari 3 halaman

    Gelar Pertama Persipura

    Liga Indonesia 2005

    Hari Minggu, 29 September 2005, menjadi monen yang dinanti fan Persija dan Persipura. Kedua klub bakal bertemu menentukan jawara LI 2005. Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, didominasi nuansa oranye dan merah, warna khas kedua klub.

    Sejak awal musim keduanya merupakan tim unggulan juara. Keberhasilan Tim Macan Kemayoran dan Mutiara Hitam sampai ke laga puncak bukan sesuatu yang mengherankan. Komposisi skuat kedua tim banjir bintang-bintang top.

    Buat Persipura, yang belum pernah mengecap madu gelar juara kasta tertinggi, partai final ini amat berharga nilainya. Ketua Umum Persipura sekaligus Gubernur Papua, Jaap Solossa, secara khusus datang ke Senayan.

    Sebelum kick-off, ia sempat melakukan seremoni keliling lapangan bareng Gubernur DKI Jakarta yang juga Pembina Persija, Sutiyoso untuk menurunkan tensi panas para suporter menjelang laga final.

    Secara teknik, Tim Mutiara Hitam menjadi lawan sepadan bagi Tim Macan Kemayoran. Dengan pasokan dana berlimpah dari APBD Papua,  Persipura membangun kekuatan tim yang mentereng.

    Victor Igbonefo (bek/Nigeria), Christian Lenglolo (penyerang/Kamerun), Erick Mabenga (gelandang/Kamerun) berkolaborasi dengan bintang-bintang lokal macam Boaz Solossa, Mauly Lessi, Marwal Iskandar, Jack Komboy, Cristian Worabay, Korinus Fingreuw. Fondasi tim yang kokoh dibangun arsitek Rahmad Darmawan.

    Nama Rahmad tak asing bagi Persija. Pemain yang dibesarkan PS TNI AU pada medio 1980-an merupakan salah satu pemain andalan Persija di era perserikatan. Buat Rahmad laga final terasa sentimentil.

    Ya, sepak bola selalu menghadirkan drama. RD meraih gelar pertamanya sebagai pelatih dengan menjungkalkan tim yang dicintai. Persipura menang 3-2 atas Persija.

    Pertandingan final kala itu berjalan menarik. Tim Jingga unggul terlebih dahulu lewat gol Agus Indra 10'. Persipura menyamakan kedudukan pada menit ke-18 lewat sumbangsih gol Boaz Solossa. Selanjutnya giliran Persija berbalik unggul lewat lesakan gol Francis Wewengkang 55'.

    Persipura jadi juara Liga Indonesia 2005 setelah mengalahkan Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. (Bola.com/Dok. Persipura)

    Secara dramatis pasukan Mutiara Hitam berhasil memaksakan perpanjangan waktu setelah Korinus Figreuw mencetak gol dua menitsebelum waktu normal usai. Ending-nya: para pemain Persija harus tertunduk lesu setelah Ian Kabes mencetak gol dimenit ke-101. Tak ada tambahan gol lagi di masa perpanjangan.

    Wasit Jimmy Napitupulu meniupkan peluit panjang menggenapi Tim Mutiara Hitam sebagai kampiun baru LI.

    "Benar-benar menyakitkan. Kami menguasai pertandingan, tapi lengah di menit-menit akhir. Inilah sepak bola, terkadang ada situasi yang tak terduga terjadi. Tim yang semestinya menang akhirnya harus kalah," kata pelatih Persija saat itu, Arcan Iurie.

    Selepas pertandingan, Iurie yang dikenal memiliki pribadi ceria terlihat banyak diam. Saat pengalungan medali runner-up ia tertunduk dengan tatapan mata kosong. Sang nakhoda sadar betul ia gagal mencapai target yang dibebankan manajemen.

    Bang Yos yang duduk di barisan kursi VVIP tampak gusar. Selain karena tim binaannya dipermalukan Persipura, pertikaian antarsuporter juga membuat pertandingan final ternoda. The Jakmania dan Persipura Mania terlibat bentrok di pengujung perpanjangan waktu. Aksi saling timpuk dan baku pukul terjadi di area lapangan yang semestinya steril dari hal-hal di luar
    urusan teknik.

    "Kerusuhan yang memalukan. Kekalahan harus dievaluasi," tutur sang mantan jenderal dengan nada gusar. Wajar Sutiyoso kecewa berat. Dana besar Rp20 miliar sudah digelontorkan lewat keran APBD buat Persija. Hasilnya nol besar!

    Pesta besar-besaran digelar di Papua. Masyarakat tumpah ruah di sepanjang jalan dari Bandara Sentani menuju Jayapura. Mereka menyambut tim Persipura Jayapura, yang membawa trofi juara kompetisi kasta tertinggi pertama ke Bumi Cendrawasih.

    3 dari 3 halaman

    Berjaya di Stadion Mandala

    Indonesia Super League 2011-2012

    Persipura dikenal sebagai tim yang sulit ditaklukkan jika bermain di Stadion Mandala, Jayapura. Dilatih pelatih asal Brasil, Jacksen F. Tiago, anak-anak Mutiara Hitam menjelma menjadi tim super dengan dua gelar juara Indonesia Super League pada musim 2008-2009 serta 2010-2011.

    Status juara bertahan kompetisi, membuat para pengamat meragukan Persija bakal bisa berbicara banyak di Jayapura pada laga kompetisi yang digelar 13 Mei 2012.

    Bukan apa-apa, Tim Macan Kemayoran bisa dibilang tengah limbung saat itu. Kasus dualisme membuat klub tergerogoti krisis keuangan. Ketua Umum Persija, Ferry Paulus, membangun tim dengan materi pemain kelas semenjana. 

    Pelatih Persija, Iwan Setiawan, banyak mengandalkan pemain-pemain muda. Nama-nama beken yang ada di tim saat itu bisa dihitung dengan jari. Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Leo Saputra, Rahmat Affandi, pemain-pemain berpengalaman yang jadi motor tim belia Persija saat itu. 

    Jika dibandingkan dengan Persipura yang dihuni pemain-pemain yang tengah berada di top level, seperti Boaz Solossa, Alberto Goncalves, Zah Rahan, Ian Kabes, Imanuel Wanggai, Persija bisa dibilang kalah kelas.

    Striker Persija Jakarta, Rahmat Affandi, cetak gol semata wayang ke gawang Persipura di Stadion Mandala, Jayapura. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

    Dan benar saja dalam duel tersebut Persipura sebenarnya menguasai jalannya pertandingan. Strategi ofensif ala Barcelona 4-3-3 membuat lini pertahanan Tim Oranye keteteran pada paruh pertama pertandingan.

    Apesnya walau unggul penguasaan bola, Macan Kemayoran justru berhasil mengejutkan tuan rumah, setelah berhasil mencuri gol di menit ke-35 dari kaki Rahmat Affandi.

    Gol tunggal lahir dari sektor tengah Persija, melalui satu skema serangan balik cepat yang membuat penjaga gawang Persipura, Yoo Jae-hoon memungut bola dari dalam gawangnya. Usai kebobolan Persipura terlihat panik. Mereka kian meningkatkan intensitas serangan. 

    Namun, bek-bek Persija tampil trengginas sepanjang laga. Mereka sama sekali tidak memberi ruang gerak buat Boaz Solossa dkk. di area kotak penalti.

    Persija terlihat sering mengejutkan lini pertahanan Persipura, melalui serangan balik cepat yang dimotori, Rachmad Afandi dan Bambang Pamungkas. Yoo Jae-hoon beberapa kali jatuh bangun menyelamatkan gawangnya.

     

     

     

    Video Populer

    Foto Populer