Sukses


Cover Story: Jejak Petrokimia Putra dan Asa Baru Persegres GU

Bola.com, Gresik - Sepak bola pernah menjadi kekuatan dan daya tarik Kabupaten Gresik pada era 1990-an, setelah manajemen PT Petrokimia mendirikian klub sepak bola bernama PS Petrokimia Putra. Kini, Persegres Gresik United eksis di kota santri dalam kompetisi kasta tertinggi Indonesia semenjak ISL musim 2011-2012.

Pada 20 Mei 1988 adalah awal berdirinya PS Petrokimia Putra yang mengikuti kompetisi semiprofesional bernama Galatama. Sementara, pemerintah kota memiliki Persegres yang berkecimpung di kompetisi Perserikatan yang diikuti klub-klub dengan sumber dananya dari APBD. 

Kiprah perdana klub ini mengikuti kompetisi Galatama pada musim 1988-1989. Ketika kali pertama masuk Galatama, sebagian pemain Petrokimia Putra angkatan pertama adalah jebolan Persegres. Mereka adalah Sasono Handito (kiper), Ferril Raymond Hattu, Rubianto, Reno Latupeirissa, Karyanto, Abdul Muis, Masrukan, Lutfi, Hasan Maghrobi, Derry Krisyanto, serta sederet nama lainnya. 

Di posisi pelatih, Petrokimia menunjuk Bertje Matulapelwa dengan asisten pelatih Hendrik Montolalu (mantan kiper Niac Mitra Surabaya) dan Slamet Haryono.

Kendati begitu bendera kebesaran Petrokimia Putra baru benar-benar berkibar saat terjadi peleburan dua kompetisi, Galatama dan Perserikatan, atau yang diberi titel Liga Indonesia. Di kompetisi yang pertama digelar pada musim 1994-1995, Petrokimia Putra langsung tancap gas dengan tampil di final lawan Persib Bandung.

Sayang, Petrokimia Putra gagal merebut gelar setelah hanya menempati posisi runner-up setelah di partai puncak mereka kalah tipis 0-1 dari klub berjulukan Maung Bandung itu. Kendati hanya runner-up, kiprah Petrokimia selalu dikenang. Sebab banyak kalangan mengakui, gelar Petrokimia dirampas oleh wasit karena gol bersih Jacksen F. Tiago dianulir. Tak heran, predikat “juara tanpa mahkota" disematkan pada mereka.

Stadion Ptrokimia Gresik. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Kiprah Petrokimia Putra saat itu memang luar biasa. Petro ketika itu mendatangkan tiga pemain asing, yakni Derryl Sinnerine (kiper) asal Trinidad and Tobaggo, Carlos de Mello (playmaker) dan Jacksen F Tiago (striker). Keberadaan ketiga pemain ini membuat Petrokimia sangat disegani oleh lawan-lawannya.

Selain mereka, Petrokimia juga melahirkan sederet nama beken di era itu. Sebut saja Widodo C. Putro, Eri Irianto, dan Suwandi H.S. Ketiga pemain ini merupakan langganan Timnas di masanya.

Petrokimia berhasil menjadi juara Liga Indonesia 2002 setelah menang 2-1 atas Persita Tangerang di final. Sayangnya gelar juara Liga Indonesia 2002 tersebut menjadi titik balik dari perjalanan panjang Petrokimia Putra. Sebab setahun kemudian, Petrokimia harus terdegradasi ke Divisi I.

Karena tak kunjung mentas ke orbit asalnya, pada tahun 2005 membubarkan diri. Namun di tahun yang sama, klub ini melakukan merger dengan Persegres alias Gresik United. Dengan meleburkan kedua klub itu, nama klub ini berubah menjadi Persegres Gresik United (meski yang terdaftar di keanggotaan PSSI tetap menggunakan nama Gresik United).

Jersey Petrokimia Putra Gresik milik Widodo C. Putro. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Persegres GU bisa mengorbit ke kompetisi kasta tertinggi pada 2011 karena mendapat berkah. Sebab jika Persiba Bantul dan Persiraja Banda Aceh tak mengikuti kompetisi IPL, Persegres tidak akan promosi.

Beruntung, karena keduanya memilih tak tampil di ISL, Persegres GU akhirnya mendapat satu slot dari jatah empat tim promosi karena operator kompetisi memilih untuk mengambil dari tim kontestan babak 8 besar Divisi Utama 2010. Selain Persegres GU juga ada PSAP Sigli, Persiram Raja Ampat dan PSMS Medan.

2 dari 4 halaman

Bukan Sekadar Hiburan

Terlepas dari segala kontroversi sejarah perjalanan klub ini, Persegres Gresik United adalah fenomena baru di sepak bola Indonesia. Sebab meski prestasinya pas-pasan, antusiasme publik Gresik kepada tim ini tak pernah kering.

Nyaris pada setiap laga yang dijalani klub berjulukan Laskar Joko Samudro ini selalu ditunggu-tunggu. Bahkan, sejak Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo digelar, khususnya di setiap laga kandang yang dijalani Persegres GU di Stadion Tri Dharma, Gresik, selalu ramai penonton.

Ini membuktikan, sepak bola selalu mendapat tempat di hati masyarakat Gresik.

“Inilah faktanya, Persegres Gresik United bukan sekadar hiburan bagi masyarakat Gresik, tapi sudah menjadi bagian dari mereka. Klub ini adalah ikon kota sekaligus kebanggaan bagi publik Gresik,” ujar Bagoes Cahyo Yuwono, manajer Persegres GU.

Dengan puluhan ribu Ultrasmania-nya (suporter fanatik Persegres GU), klub berjulukan Laskar Joko Samudro ini seakan menjadi jelmaan Petrokimia Putra di masa jayanya. Bahkan masyarakat Gresik saat ini perlahan-lahan mulai bisa melupakan kekecewaan mereka setelah PT Petrokimia Gresik tak lagi mau menghidupi klub sepak bolanya (Petrokimia).

Persegres Gresik United dalam laga pekan ke-10 TSC 2016 melawan Madura United. (Bola.com/Fahrizal Arnas)

Itulah yang membuat publik Gresik, khususnya Ultrasmania bergerak. Mereka melakukan demonstrasi di depan gedung DPRD Kota Gresik, meminta pemerintah menyelamatkan sepak bola Gresik.

Dalam perjalanan di cabang olahraga, Petrokimia kini justru memiliki klub elite bola voli yang tampil pada kompetisi tertinggi. Sepak bola tak lagi jadi magnet bagi perusahaan meski omzet mereka mencapai Rp 26,73 triliun pada tahun 2015.

 

 

“Petrokimia Putra memang tak tergantikan di hati publik Gresik. Tapi, kami mulai bisa melewati masa-masa menyedihkan ketika Petrokimia Putra tidak lagi eksis. Kami sekarang mendapatkan gantinya, Persegres GU,” sebut M. Muharom, Ketua Ultrasmania.

Para Ultrasmania perlahan menjadikan nadi sepak bola Gresik kembali kuat. Meski jumlah penonton belum sebanyak era Petrokimia Putra, di mana Stadion Tri Dharma selalu penuh sesak dengan penonton.

"Faktor pemain bintang dan prestasi klub sangat berpengaruh. Era Petrokimia Putra memang Gresik jadi bintang. Manajemen mendatangkan pemain asing top pada era Liga Indonesia edisi perdana. Pemain lokal pun kualitasnya bagus," ucap Sasi Kirono, mantan pemain PS Petrokimia Putra yang kini menjadi asisten pelatih Persegres Gresik United.

Sasi Kirono, Gresik United. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Sebagai mantan pemain, masih ada darah Petrokimia dalam diri Sasi Kirono. Sebagai pesepak bola asli Gresik, Sasi melewati masa jaya bersama Petrokimia, lalu meredup dan bangkit dengan Persegres GU.

"Kalau dibandingkan dengan era Petrokimia jelas berbeda karena pada waktu itu kami tidak mengalami kendala dana. Para pemain mendapatkan penghasilan bagus dibanding klub Perserikatan yang masih pakai ABPD. Kelebihan lain di klub Galatama adalah para pemain lokal dengan mudahnya mendapat pekerjaan di tempat perusahaan (BUMN) yang menaungi klub," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Gelora Joko Samudro, Sepak Bola dan Pusat Perbelanjaan

Eksistensi Persegres Gresik United tak lepas dari peran Bupati Sambari Halim Radianto yang terpilih sejak Pemilukada 2010. Sambari melakukan pendepakatan dengan beberapa pengusaha lokal Gresik, salah satunya Syaiful Arief atau biasa dipanggil dengan Kaji Ipung, yang bergerak di bidang pertambakan.

Tak hanya membangun tim. Pemkab Gresik juga tengah membangun stadion megah bernama Gelora Joko Samudro. Megaproyek Stadion Gelora Joko Samudro diresmikan pada September 2015. Stadion ini merupakan salah satu yang didirikan untuk mengikuti pemilihan tuan rumah Asian Games 2018 (Provinsi Jawa Timur). Namun apa daya, Palembang yang akhirnya menang mendampingi DKI.

Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik dalam proses menuju pembangunan tahap kedua. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Stadion Gelora Joko Samudro didesain memiliki lima lantai. Lantai pertama untuk alat penunjang olahraga. Lantai kedua akan berbentuk layaknya mall. Lantai tiga untuk perkantoran dan ruangan VVIP. Sementara itu, untuk lantai lantai 4 dan 5 merupakan tribune tertutup.

Tujuan pembangunan Gelora Joko Samudro selain untuk menghidupkan sepak bola, juga mengangkat perekonomian lokal. Warga bisa membangun bisnis dalam stadion yang akan dijadikan pusat perbelanjaan.

Lahan di sekitar Gelora Joko Samudro yang berkapasitas 50 ribu penonton masih luas. Lokasinya pun cukup strategis karena terletak di pinggir Jalan Veteran atau jalan utama menuju pusat kota.

Nasib Gelora Joko Samudro hampir sama dengan beberapa stadion megah yang baru dibangun di Indonesia seperti Gelora Bandung Lautan Api. Ada banyak polemik yang mewarnai pendirian stadion yang diperkirakan menyedot dana hampir Rp 1 triliun.

Saat ini, Pemkab Gresik mendapat kritikan dari kalangan DPRD karena sudah banyak kerusakan yang terjadi padahal pembangunan belum selesai.

Suporter Gresik United. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pemkab memang merencanakan pembangunan tahap kedua yang akan menyedot dana Rp 300 miliar dari anggaran Kabupaten Gresik 2017. Stadion megah tersebut diharapkan menjadikan Gresik sebagai tempat singgah klub elite maupun timnas, selain menjadi simbol kebangkitan sepak bola Gresik lewat Persegres GU.

Terlepas dari segala polemik yang ada, Gelora Joko Samudro menjadi identitas baru sepak bola Gresik pada era modern. 

"Tentunya harapan kami tak hanya Persegres GU yang berkandang di Gelora Joko Samudro, tapi juga tim nasional karena stadion tersebut berstandar internasional. Jadi, Persegres akan memiliki banyak opsi, latihan di Tri Dharma, tanding di Gelora Joko Samudro. Akan sangat membanggakan karena nama stadion sama dengan julukan Persegres," harap Sasi Kirono.

4 dari 4 halaman

Pembinaan

Kabupaten Gresik sama seperti daerah lain di wilayah Jatim yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap sepak bola. Pembinaan pun tetap berjalan di kota santri meski dalam skala nasional pembinaan usia muda belum mencapai level ideal.

Widodo. C Putro adalah salah satu legenda Petrokimia Putra yang menjalankan pembinaan di Gresik. Meski kini menangani Sriwijaya FC, dengan berbekal nama besar dan pengalaman di tim nasional, Widodo bersama pemilik SSB lokal menggerakkan animo sepak bola usia muda.

 

"Memang ada pasang surutnya dalam pembinaan. Contohnya pada tahun lalu saat Indonesia masih kena sanksi FIFA, animo anak-anak untuk masuk SSB menurun. Di SSB saya pun minat siswa menurun, sekarang hanya ada sekitar 100 pemain yang masih aktif. Tapi pelatih di sini tetap semangat karena ada optimisme masa depan sepak bola Indonesia kembali cerah," kata Widodo Cahyono Putro yang memiliki WCP Football Academy.

Sejatinya, ada harapan tinggi dari masyarakat sepak bola Gresik untuk masa depan yang lebih baik. Apalagi Gresik adalah kota industri, di mana banyak perusahaan nasional yang bermarkas di sana. Meski ketertarikan terhadap klub sepak bola belum maksimal, perusahaan bergerak lewat penyediaan infrastruktur.

Salah satunya PT Semen Gresik yang tengah membangun lapangan latihan berstandar internasional. Proyek lapangan tersebut dikerjakan oleh Widodo sejak tahun lalu.

"Mungkin harus ada yang memulai dan tentunya semua berharap dengan banyaknya fasilitas, animo anak-anak untuk belajar sepak bola kembali bagus," tambah Widodo.

Pemain senior Persegres Gresik United, Agus Indra Kurniawan. (Bola.com/Fahrizal Arnas)

Harapan yang sama juga dilontarkan pemain Persegres GU asli Gresik, Agus Indra. Agus ingin ada banyak pemain asli Gresik yang mentas hingga ke level timnas. Pada era sekarang, memang baru sedikit pemain asli Gresik yang gabung timnas, salah satunya Muhammad Dimas Drajad, eks striker Timnas U-19 yang kini menjadi pilar PS TNI.

"Sebenarnya di Gresik banyak sekali pemerhati sepak bola, khususnya mantan pemain. Memang butuh waktu untuk mencetak pesepak bola hebat dan saya yakin masa depan itu masih ada," ucap Agus.

Sebagai warga asli, harapan Agus Indra tak berlebihan. Gresik tak bisa dipandang sebelah mata karena sejatinya punya modal untuk menjadi salah satu basis sepak bola di Indonesia sehingga sepak bola kembali jadi simbol Kabupaten Gresik selain industri, santri, dan sejarah agama Islam.

Video Populer

Foto Populer