Sukses


8 Pemain yang Tersandung Kasus saat Memperkuat Timnas Indonesia

Bola.com, Jakarta - Di balik gemerlap kariernya di lapangan hijau, sejumlah pesepak bola top Tanah Air punya sisi kelam. Dalam satu momen perjalanan kariernya mereka pernah tersandung kasus yang mencoreng citra baik sebagai pesepak bola.

Kasus-kasus yang mencuat tidak melulu berbau si kulit bundar, tapi juga hal-hal lain yang di luar lapangan hijau. Saat tersandung kasus kontroversial sang pemain jadi bulan-bulanan pemberitaan media.

Para pesepak bola bak selebritas, berita kontroversial tentang mereka jadi pembincangan hangat di kalangan masyarakat luas. Efek tidak mengenakkan tingkah laku negatif kian terasa jika sang pemain sedang dalam posisi membela negara, alias berkostum Timnas Indonesia.

Hal ini berlaku secara universal, tidak hanya di Indonesia saja. Kasus-kasus indispliner atau perilaku tidak terpuji di luar lapangan kerap menghampiri pesepak bola top berkelas internasional. 

Diego Maradona harus keluar gelanggang lebih dini di Piala Dunia 1994, gara-gara gagal tes doping. Legenda hidup timnas Argentina memang dikenal sebagai sosok kerap membuat masalah. Selama bertahun-tahun terungkap kalau sang superstar pemakai narkoba.

Paul Gascoigne, bintang timnas Inggris di era 1990-an bertahun-tahun sering kesandung kasus indisipliner, berkaitan dengan kebiasaannya minum-minuman keras. Atau yang terkini Mario Balotelli tidak diboyong pelatih timnas Italia, Antonio Conte ke Piala Eropa 2016 lalu gara-gara sang mentor tidak tahan dengan prilaku sang striker yang terlalu nyeleneh.

Bagaimana dengan Indonesia? Bola.com mencatat sejumlah pemain top Tanah Air yang tersandung kasus kontroversial saat membela Tim Merah-Putih. Siapa-siapa saja mereka:

2 dari 9 halaman

Jaya Hartono

Anatoli Polosin dikenal sebagai pelatih yang punya program latihan berat kala menukangi Timnas Indonesia SEA Games 1991. Arsitek asal Rusia tersebut menggeber latihan tiga kali sehari, dengan menu utama pemantapan kondisi fisik.

Banyak pemain bertumbangan saat menjalani pelatnas jangka panjang. Karena merasa tak kuat beberapa di antaranya memilih jalan pintas kabur dari sesi latihan. Jaya Hartono, salah satu penggawa timnas yang menyerah kalah menghadapi pola latihan fisik berat ala Polosin.

Ia melakukan tindakan tidak terpuji pergi tanpa izin dari pelatnas. Pria kelahiran 20 Oktober 1963, merupakan salah satu pemain senior yang dipanggil Tim Merah-Putih. Saat itu Polosin dengan berani melakukan peremajaan skuat Tim Garuda secara ekstrem. Ia memberdayakan mayoritas pemain kisaran usia 17-20 tahun.

Jaya Hartono memulai debut nya di timnas pada tahun 1986 ketika timnas berlaga di Asian Games. pada saat itu, timnas berhasil masuk ke semifinal. Jaya juga pernah merasakan kemenangan dengan timnas ketika berhasil meraih medali emas di SEA Games tahun 1987.

Kasus larinya Jaya dan sejumlah pemain lainnya (Ansyari Lubis dan Fachry Husaini) dari timnas sempat menjadi perhatian dari PSSI. Ia sempat dipanggil untuk dimintai keterangannya.

Tak ada hukuman yang dijatuhkan kepadanya, hanya namanya dicoret dari daftar pemain timnas saja.

Tanpa Jaya, Timnas Indonesia sukses jadi yang terbaik di SEA Games 1991. Cerita soal tindakan insipliner Jaya Hartono dkk. jadi kenangan di antara para mantan pemain yang terlibat dalam sesi pelatnas kala itu.

3 dari 9 halaman

Kurniawan Dwi Yulianto

Sosok Kurniawan Dwi Yulianto jadi figur fenomenal di pertengahan 1990-an. Ia jadi rising star di program mercusuar pelatnas jangka panjang Timnas Primavera di Italia yang diusung PSSI.

Kurniawan FC sempat dikontrak klub Swedia, Luzern pada musim 1996-1997. Striker yang akrab disapa Kurus itu sempat dipinjam klub Serie A, Sampdoria saat melakukan tur ke Indonesia dan sejumlah negara kawasan Asia.

Sejak usia belasan, Kurniawan jadi pelanggan Timnas Indonesia. Dia pernah tampil di SEA Games 1995 dan 1997, Pra Piala Dunia, dan dua kali membawa Indonesia menjadi semifinal Piala Tiger 1998 dan 2000.

Ia juga tiga kali mengantarkan Indonesia lolos ke putaran Final Piala Asia: 1996, 2000, dan 2004, walaupun namanya dicoret saat skuad Merah Putih berlaga di Piala Asia 2004.

Kontroversi mencuat Di tahun 1997, saatKurniawan Dwi Yulianto membela klub PSM Makassar, ia digerebek polisi di salah satu hotel di Surabaya sedang menggunakan narkoba.

Keputusannya untuk kembali ke Indonesia dan berkarier di Pelita Jaya menciptakan keheranan publik sepak bola nasional, mengingat sang pemain dianggap punya potensi besar berkarier di Eropa.

Saat SEA Games Brunei Darussalam 1997, konon sang pemain juga ketahuan menggunakan zat-zat adiktif.  Hasil tes urine menunjukkan adanya Amphetamine, jenis zat yang biasa terkandung dalam sabu-sabu dan ekstasi. Namun, karena tak ingin ramai di media, PSSI menutupinya.

Kasusnya di PSM pun menguap setelah dalam tes ulang narkoba beberapa pekan setelah kejadian tak didapati bekas zat narkoba di tubuhnya. Walau begitu, nama Kurniawan sudah terlanjur blacklist di mata masyarakat. Ia sempat menghilang lama dari peredaran Timnas Indonesia.

Selain gara-gara kasus narkoba, pelatih-pelatih Tim Merah-Putih enggan menggunakan jasanya karena Kurniawan terhitung indisipliner. Pemain pengoleksi 33 gol buat Timnas Indonesia itu kembali bersinar pada tahun 2004.

Ia sukses mengantarkan Persebaya Surabaya juara Liga Indonesia 2004. Namanya masuk daftar Timnas Indonesia di PialaAFF 2004. Dalam ajang turnamen Kurniawan dapat julukan supersub, karena sering mencetak gol penting sebagai pemain pengganti.

4 dari 9 halaman

Mursyid Effendi

Bicara soal Mursyid Effendi, publik sepak bola nasional masih ingat insiden gol bunuh diri ke gawang Thailand di Piala Tiger 1998 (sekarang Piala AFF).

Bek yang dibesarkan Persebaya Surabaya tersebut dihukum FIFA aktif sebagai pemain selama seumur hidup. Vonis itu diterima saat usianya masih di usia emas, yakni 26. Saat penampilannya juga tengah berada di puncak.

Mursyid dianggap dengan sengaja menjebol gawangnya sendiri dalam penyisihan grup saat melawan Thailand. Tujuannya untuk menghindari tuan rumah Vietnam di laga semifinal Piala Tiger. Pertandingan itu sendiri akhirnya dimenangi oleh Tim Negeri Gajah Putih dengan skor 3-2.

Gol bunuh diri Mursyid bikin geger dunia karena sampai membuat FIFA turun tangan. Hukuman skorsing dijatuhkan ke sang pemain. 

Untungnya, hukuman itu hanya berlaku di level internasional. Di dalam negeri dia cuma dicekal selama satu tahun. Ketua umum PSSI kala itu, Azwar Anas, merasa ikut menanggung malu dan meletakkan jabatannya.

Bermain di level klub Mursyid sukses mempersembahkan gelar juara kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia musim 1996-1997 dan 2004.

5 dari 9 halaman

Zaenal Arif

Zaenal Arif dicoret dari timnas sehari menjelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Korea Selatan di laga akhir penyisihan Grup D Piala Asia 2007 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Sang pemain tertangkap tangan keluyuran ke diskotik oleh tim pelatih timnas. Pelatih, Ivan Kolev, yang dikenal tegas tak ingin sang striker jadi bagian dari skuatnya. Zaenal sempat berkilah, kalau dirinya tidak dugem melainkan mengunjungi rumah orang tuanya di Tangerang.

Namun, pengakuan tersebut diragukan Komisi Disiplin PSSI, karena dalam sidang berbeda dengan manajemen timnas Zaenal mengaku pergi nonton bioskop.

Zaenal Arif diskorsing Komdis PSSI selama 6 bulan dengan denda Rp 50 juta, sebelum belakangan direvisi oleh Komisi Banding PSSI. Ia dibebaskan dari hukuman secara bersyarat karena mengaku bersalah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

Striker yang satu angkatan dengan Bambang Pamungkas sendiri tidak punya rekam jejak buruk pelanggaran disiplin sebelumnya. Pemain kelahiran Garut, 3 Januari 1981 tersebut, kali pertama membela timnas di Piala Pelajar Asia U-19 pada tahun 2000.

Namanya langganan terpilih di Tim Garuda. Semenjak kasus pencoretan di Piala Asia 2007, Zaenal tak pernah lagi dipanggil ke timnas.

Terakhir, Zaenal Arif tercatat jadi pemain Persepam Madura United pada ISL 2014. Pada musim tersebut ia jarang pemain karena cedera patah tulang kering.

6 dari 9 halaman

Titus Bonai

Karena dianggap indisipliner dengan keluar hotel tanpa izin dan meminum minuman keras, Titus Bonai, dicoret dari timnas Pra Olimpiade 2012 oleh Pelatih Alfred Riedl.

Padahal, Titus salah satu andalan lini depan Tim Garuda Muda saat itu. Sebelum didepak, ia sempat menyumbang sebiji gol saat Timnas Indonesia U-23 bertandang ke markas Turkmenistan yang berkesudahan 1-3.

Alfred memilih menepikan sang pemain karena kebiasaan buruk mabuk-mabukan dilakukan berulangkali.

Pelatih asal Austria tersebut mengaku sudah dua kali memergoki Titus Bonai, yang kala itu memperkuat klub Persipura Jayapura, dalam kondisi tidak sadar karena menenggak minuman keras.

Bomber berbakat kelahiran 4 Maret 1989 tersebut sarat kontroversi. Ia kerap tersandung kasus saat bermain di level klub. Pada musim 2011-2012, ia sempat kabur tanpa alasan dari Tim Mutiara Hitam. Ia secara sepihak memutuskan pindah ke klub Semen Padang.

Dengan enteng sang pemain mengaku tidak bisa tinggal di Jayapura karena ada persoalan keluarga. Walau sering membuat masalah, Titus Bonai jadi salah satu penyerang lokal yang punya produktivitas tinggi.

Berduet dengan Patrich Wanggai ia jadi momok bagi tim-tim lawan Indonesia di SEA Games 2011. Rahmad Darmawan, pelatih Tim Merah-Putih kala itu, menyebut jika Tibo (panggilan akrabnya) bisa jadi pribadi yang penurut jika ditangani dengan pendekatan dari hati ke hati.

Terakhir, Titus Bonai secara mengejutkan meninggaklan klub Karketu Dili saat kompetisi Liga Timor Leste masih berjalan. Ia memutuskan pindah ke PSM Makassar, dengan alasan mengikuti pesan mendiang ayahnya yang ingin Tibo bermain di Indonesia.

7 dari 9 halaman

Ferdinand Sinaga

Aksi tidak terpuji ditunjukkan striker Timnas Indonesia, Ferdinand Sinaga usai laga uji coba kontra ASEAN All Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (11/5/2014). Ferdinand menantang berkelahi suporter.

Tindakan emosional Ferdinand Sinaga dipicu oknum suporter yang terus mengintimidasinya saat memegang bola. Setelah pertandingan, striker yang saat itu membela Persib Bandung ini memanjat pagar pembatas stadion untuk mengejar suporter itu.

Beruntung, petugas keamanan sigap meredam aksi tempramen Ferdinand. Ia lalu digiring ke ruang ganti.

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, menyesalkan sikap suporter. Menurutnya, intimidasi suporter itu imbas dari perseteruan duakelompok suporter, yakni Persib Bandung dan Persija Jakarta.

Seharusnya suporter tak menyudutkan Ferdinand karena tengah berkostum Timnas Indonesia, bukan sebagai pemain Persib.

Sepanjang kariernya Ferdinand yang punya sifat tempramental kerap tersandung kasus-kasus keributan baik dengan pemain atau perangkat pertandingan. Saat tampil membela Sriwijaya FC di Piala Jenderal Sudirman ia mengejar wasit seusai pertandingan.

Ia protes ke wasit Iwan Sukoco yang dinilai banyak mengeluarkan keputusan berat sebelah. Kala Itu Tim Laskar Wong Kito kalah 0-1.

Terlepas sikapnya yang sering kurang terpuji, Ferdinand adalah salah satu striker terbaik di Indonesia saat ini. Namanya terhitung langganan di skuat Timnas Indonesia.

Pada Indonesia Super League 2014, tak hanya sukses mengantar Persib Bandung juara, Ferdinand menempatkan diri sebagai Top Scorer kompetisi kasta elite.

8 dari 9 halaman

Diego Michiels

Diego Michiels salah satu pemain bule yang ikut program naturalisasi di PSSI era kepemimpinan Nurdin Halid. Bek sayap berdarah Belanda tersebut jadi andalan Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 dan 2013.

Ia membuat heboh kala secara tiba-tiba memutuskan hengkang dari Pelita Jaya ke Persija versi IPL. Ia pergi tanpa memberi kabar ke petinggi klub milik pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakrie.

Padahal Nirwan salah satu sponsor yang mendatangkan Diego dari Belanda ke Indonesia. Alasan Diego karena Pelita Jaya tidak ikut kompetisi resmi PSSI, Indonesia Premier League. Mereka memilih berkiprah di kompetisi tandingan Indonesia Super League.

Diego Michiels yang dikenal bengal terkasus kasus kriminal pemukulan orang menjelang perhelatan Piala AFF 2012.

Ia divonis tiga bulan 20 hari setelah terbukti bersalah melakukan pengeroyokan yang menyebabkan luka terhadap Meff Paripurna. Vonis ini lebih rendah dari tuntutan JPU yakni enam bulan kurungan.

Ketua majelis Hakim Nawawi mengatakan, setelah mendengarkan keterangan para saksi dan melihat barang bukti, yaitu kamera CCTV pada lantai basement dua Senayan City. Majelis hakim memutuskan bahwa Diego Michiels terbukti bersalah karena secara
terang-terangan melakukan pengeroyokan di muka umum yang menyebabkan luka.

Diego pun dikenakan pasal 170 ayat 2 KUHP. Setelah dilakukan visum, yang juga digunakan sebagai barang bukti. Meff Paripurna mendapatkan luka retak pada rongga mata kiri dan luka lecet di beberapa bagian tubuhnya.

Lebih lanjut, Nawaei mengatakan yang menjadi pertimbangan atas Vonis terhadap Diego adalah ini merupakan kali pertama Diego tersandung masalah hukum. Kemudian selama menjalani persidangan dirinya juga sopan serta menunjukan sikap penyesalannya. Yang terpenting korban, Meff Paripurna sudah memaafkannya.

Gara-gara kasus tersebut Diego gagal tampil di Piala AFF 2012. PSSI sempat meminta penangguhan penahanan terhadap sang pemain, namun gagal.

9 dari 9 halaman

Greg Nwokolo

Greg Nwokolo, pemain naturalisasi berdarah Nigeria yang tengah membela Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2014, diadukan seorang mahasiswa ke polisi.

Ia dituduh melakukan menganiayaan oleh Rahelia Geby (24), di Jalan BDN II No.18 D Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Jumat (16/8/2013).

Greg dilaporkan dengan nomor laporan LP/1632/K/VIII/2013/Restro Jak-Sel tentang penganiayaan dan terancam dijerat Pasal 351 KUHP. Greg membantah telah melakukan penganiayaan seperti yang dituduhkan. Greg difitnah atas laporan tersebut, karena merasa tidak melakukan kontak fisik apa-apa dengan sang wanita.

Untungnya posisi Greg di Timnas Indonesia tidak terpengaruh. Pelatih, Jacksen F. Tiago, menilai perkara yang menimpa sang pemain tidak ada sangkut pautnya dengan sepak bola.

Striker kelahiran 3 Januari 1986 itu sempat beberapa kali dipanggil polisi untuk dimintai keterangan. Karena tidak ditemukan cukup bukti kasusnya tidak berlanjut.

Greg Nwokolo sendiri dikenal sebagai sosok yang emosional. Pada musim 2006 ia dipecat oleh PSIS Semarang karena terlibat perkelahian dengan sejumlah rekan-rekannya.

Pada ISL 2014, ia sempat terlihat adu fisik dengan Jacksen F. Tiago, yang saat itu berstatus sebagai pelatih Persipura Jayapura dalam sesi konfrensi pers seusai pertandingan. Saat itu Greg memperkuat Persebaya versi ISL.

Greg mengaku masih memendam kekesalan pada Jacksen, yang disebutnya punya dendam dengan dirinya saat menukangi Timnas Indonesia.

 

 

 

 

 

Video Populer

Foto Populer