Sukses


8 Pemain Tukang Jagal di Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2016

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia yang absen di persaingan internasional setahun lebih dihadapkan kenyataan pahit hasil undian Piala AFF 2016. Tim Merah-Putih ada di Grup A bersama pelanggan juara dan semifinalis turnamen, macam: Thailand, Singapura, dan Filipina. Menghadapi tim level elite kawasan Asia Tenggara tim asuhan Alfred Riedl harus punya lini pertahanan yang tangguh. Dibutuhkan pemain-pemain tukang jagal sebagai benteng kokoh strategi defensif.

Dalam dunia sepak bola istilah tukang jagal mengacu pada pemain berkarakter keras bahkan cenderung kasar. Ia pemain yang rela melakukan apapun demi mengamankan lini pertahanan. Mendapat hukuman kartu hal yang wajar bagi mereka.

Giorgio Chiellini (Italia), Sergio Ramos (Spanyol), John Terry (Inggris), atau Martin Demichelis (Argentina) deretan pemain belakang 'raja tega' kelas internasional yang permainannya tanpa kompromi. Mereka amat sulit ditembus penyerang-penyerang lawan.

Dari masa ke masa Indonesia punya deretan pemain belakang yang dikenal kejam. Sebut saja Rully Nere, Sugiantoro, Mursyid Effendy, Charis Yulianto, Jack Komboy, yang punya reputasi mentereng dalam mengawal lini belakang.

Peremajaan besar-besaran dilakukan Alfred Riedl menyongsong Piala AFF 2016. Di skuat Timnas Indonesia bertaburan pemain-pemain muka baru. Pelatih asal Austria tersebut dengan berani menepikan pemain-pemain senior, yang beberapa tahun terakhir jadi pelanggan Tim Merah-Putih.

Di sektor belakang pemain-pemain berpengalaman seperti, Hamka Hamzah, Victor Igbonefo, Maman Abdulrrahman, Ricardo Salampessy, serta Wahyu Wijiastanto, hingga saat ini tidak dilibatkan dalam seleksi Timnas Indonesia. Sebuah keputusan berani dari sang mentor, mengingat nama-nama pemain yang disebut adalah tukang jagal lini belakang Tim Garuda di banyak event internasional.

Di dua laga uji coba jelang Piala AFF 2016 melawan Malaysia dan Vietnam, ada delapan pemain belakang dipanggil Alfred Riedl. Beberapa di antaranya sejatinya tidak benar-benar hijau pengalaman, karena pernah membela Timnas Indonesia U-23 dan sesekali senior.

Persaingan memperebutkan posisi inti di sektor pertahanan amat ketat, mengingat kualitas para bek terhitung berimbang. Pastinya tugas mereka jika akhirnya dipilih masuk skuat inti amat berat. Indonesia langsung diihadapkan tiga laga berat di fase penyisihan. Mampukah mereka menjadi tukang jagal berstandar tinggi yang memberi rasa nyaman di sektor belakang?

Bola.com menyajikan profil para jagoan lini belakang Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016. Bagaimana menurut pandangan Anda kualitas mereka?

2 dari 9 halaman

Fachrudin Aryanto

Memulai karier pada tahun 2007 dengan membela PSS Sleman, nama Fachrudin Aryanto, terhitung jarang dilirik masuk skuat Timnas Indonesia. Kesempatan bek kelahiran Klaten, 19 Februari 1989 tersebut membela Tim Merah-Putih didapat kala konflik dualisme kompetisi membara pada tahun 2012.

Nilmaizar, pelatih Timnas Indonesia saat itu kesulitan meminta pemain-pemain terbaik asal Indonesia Super League ikut berpartisipasi ke tim asuhannya, karena klub-klub yang ambil bagian di kompetisi tersebut tengah berkonflik dengan PSSI, Ia hanya bisa mengandalkan pemain-pemain yang berkiprah di klub-klub kontestan Indonesia Primer League. Jadilah nama Fachrudin masuk skuat Tim Garuda.

Namun karena dasarnya pemain bertahan dengan kualitas mumpuni, Fachrudin pelan-pelan kian sering wira-wiri di skuat timnas tiga tahun terakhir. Dengan postur tinggi menjulang (188 cm), ia jadi stoper jaminan mutu terutama saat menghadapi duel-duel udara.

Walau usianya terhitung muda, Fachrudin yang kini bermain di Sriwijaya FC, seorang bek yang dinilai jago membaca permainan. Saat berhadapan duel satu lawan satu, Fachrudin amat sulit dilewati pemain lawan.

Ia jago dalam penempatan posisi. Ia terhitung intens melakukan tekel-tekel krusial di saat klub yang dibelanya dalam posisi terpojok dari serangan lawan.

Jangan heran, dengan kemampuan teknik yang lengkap, pelatih Timnas Indonesia saat ini, Alfred Riedl, memberi kepercayaan tampil sebagai starter di dua laga uji coba jelang Piala AFF 2016 melawan Malaysia dan Vietnam.

3 dari 9 halaman

Rudolf Yanto Basna

Pada awalnya banyak pengamat sepak bola Tanah Air dibuat terkejut dengan keputusan Alfred Riedl memanggil Rudolf Yanto Basna. Ia dipercaya mengisi pos sebagai bek tengah yang biasanya dihuni pemain matang jam terbang.

Yanto yang baru berusia 21 tahun, baru setahun ini memulai karier profesional. Selepas membela Timnas Indonesia U-19 di Piala AFC U-19 2014, ia baru berkecimpung di kompetisi profesional. Ia dikontrak Mitra Kukar pada tahun 2015.

Ketiadaan kompetisi karena konflik antara PSSI dengan Kemenpora membuat bakat Yanto tidak benar-benar tereksploitasi. Namun dasar Yanto pemain berbakat, pemain yang sempat menempuh pendidikan di SAD Uruguay tersebut, terlihat bersinar kala menjadi pemain terbaik di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Ia sukses mengantar klubnya sebagai juara turnamen.

Dengan tinggi badan menembus 183 cm, Yanto menjadi tembok kokoh yang sulit dilewati penyerang-penyerang lawan. Walau usianya masih muda, Rudolf Yanto Basna terlihat tidak minder.

Jangan heran di TSC 2016, bek kelahiran 12 Juni 1995 digaet Persib Bandung. Fleksibelitas posisi menjadi kelebihan Yanto. Ia bisa bermain sebagai bek sayap kanan atau stoper dengan sama baiknya.

Sang pemain bukan bek dengan tipikal main kasar. Jangan heran jika kemudian Afred Riedl kepincut memanggilnya ke Timnas Indonesia. Pelatih asal Austria tersebut bahkan mengesampingkan bek senior, Achmad Jufriyanto, yang dinilai banyak pengamat amat layak membela Tim Merah-Putih.

Namun, Alfred ternyata punya pandangan berbeda. Rudolf Yanto Basna dihadirkan untuk mempermulus peremajaan besar-besaran di skuat Timnas Indonesia. Alfred ingin pemain-pemain muda yang gaya bermainnya belum dihafal para pesaing.

Mendapat kepercayaan besar, Yanto membuktikan kapasitasnya. Saat Indonesia menjajal Malaysia dan Vietnam terlihat kalau sang pemain performanya amat matang. Ia cukup cermat membaca situasi dan amat sigap menutup ruang kosong di sektor pertahanan.

Kalaupun ada pekerjaan rumah yang perlu dibereskan adalah ia dituntut aktif berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Hal yang amat krusial untuk mempermulus koordinasi di blok pertahanan.

4 dari 9 halaman

Dedi Gusmawan

Sosok Dedi Gusmawan terhitung terlambat mendapat kesempatan membela Timnas Indonesia. Memulai petualangan sebagai pesepak bola profesional pada 2006 bersama PSDS Deli Serdang, bek kelahiran 27 Desember 1985 tersebut selalu terabaikan.

Wajar saja, karena Dedi tak berkiprah di klub top. Selain bermain di PSDS selama dua tahun, Dedi cukup lama berkostum PSPS Pekanbaru (2008-2012). Ia baru menarik perhatian setelah digaet klub asal Myanmar, Zeyashwemye FC, di saat kevakuman kompetisi profesional Tanah Air imbas konflik PSSI dengan pemerintah pada 2005.

Ia dibawa mantan pelatihnya di Mitra Kukar, Stefan Hansson, ke sana. Siapa sangka ia dikontrak selama dua musim di klub tersebut dan namanya mulai diperhitungkan di percaturan elite para bek. Dengan postur yang sedang-sedang saja (177 cm), Dedi Gusmawan terhitung tangguh dalam duel-duel bola udara.

Dedi juga tipikal pemain taktis, selalu tanpa kompromi menggeber tekel-tekel penting untuk mengamankan lini belakang. Walau konsekuensinya ia sering kena hukuman kartu karena pelanggaran keras yang dilakukannya.

Di sisi lain, Dedi dikenal sebagai bek tengah yang jago memegang bola. Akurasi operan pendeknya terhitung lumayan.

Kemampuannya telah dites pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, pada duel persahabatan melawan Malaysia. Kekokohannya sebagai stoper terlihat dalam laga itu. Tim Negeri Jiran tak diberi sela untuk menciptakan banyak peluang di sektor pertahanan Tim Merah-Putih.

5 dari 9 halaman

Abdul Rahman Sulaiman

Nama Abdul Rahman Sulaiman mencuat ke permukaan saat dirinya memperkuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011. Berduet dengan Gunawan Dwi Cahyo, pemain jangkung kelahiran 14 Mei 1988 jadi jaminan mutu di sektor belakang. Sukses Tim Garuda Muda jadi runner-up ajang multievent tersebut tak lepas peran pemain belakang yang sulit dijebol.

Reputasi Abdul Rahman kian mentereng setelah ia sukses mengantar Semen Padang juara Indonesia Primer League 2012. Performanya mulai dibandingkan dengan bek-bek elite macam Hamka Hamzah, Nova Arianto, atau Ricardo Salampessy.

Penampilannya dikenal amat 'keji' di lapangan. Ia dikenal sebagai stoper yang sering mematikan pergerakan striker-striker top. Dengan modal badan kekar, bek asal Makassar tersebut tak mudah tumbang saat berduel satu lawan satu.

Abdul Rahman Sulaiman jadi bagian penting saat Persib Bandung memenangi gelar Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015. Ia pun mulai diemblemi sebagai bek spesialis juara.

Beralasan ingin menjaga kestabilan level bermainnya, pada awal 2016 ia memutuskan merantau ke Timor Leste. Ia bergabung dengan klub Karketu. Bersama Titus Bonai dan Patrich Wanggai ia menjadi bintang di Liga Timor Leste.

Pada bursa transfer putaran kedua Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, Abdul Rahman memutuskan untuk mudik ke Tanah Air. Ia merapat ke Bali United.

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, kepincut memakai jasa sang pemain buat proyeksi Piala AFF 2016. Ia belum mendapat kesempatan bermain, namun dengan bekal jam terbang tinggi di laga-laga sarat tekanan peluangnya menghuni sektor belakang Tim Garuda secara permanen amat besar.

6 dari 9 halaman

Hansamu Yama Pranata

Nama Hansamu Yama Pranata bersama sejumlah pemain belia lainnya mendadak tenar setelah mengantar Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF U-19 2013. Tim Garuda Jaya yang dibesut oleh Indra Sjafri yang lolos ke putaran final Piala AFC U-19 2014 secara menyakinkan dielu-elukan publik sepak bola Tanah Air.

Hansamu menjadi bagian tim muda generasi emas yang diyakini akan membuat Timnas Indonesia disegani beberapa tahun ke depan.

Gaya bermain Hansamu tipikal bek modern. Tak hanya tangguh membentengi lini belakang, ia merupakan pemain yang menhidupkan gaya bermain operan pendek merapat yang dikembangkan Indra di Timnas Indonesia U-19.

Pemain kelahiran Mojokerto, 16 Januari 1995 terbiasa bermain dengan style passing games, karena pertan ditempa di kompetisi usia muda Uruguay lewat program SAD.

Dibentuk di Uruguay yang dikenal banyak melahirkan bek-bek tangguh kelas dunia, Hansamu jadi pemain muda harapan yang bisa memberi pembeda di Tim Merah-Putih.

Bek yang kini bermain di Barito Putera, memang masih punya sejumlah pekerjaan rumah yang perlu ia bereskan. Seperti misalnya ketenangan serta konsistensi menjaga level permainan.

Terlepas dari bakatnya yang luar biasa, belakangan performanya di level menurun draktis. Barito saat ini berkubang di papan bawah TSC 2016 dengan rekor kebobolan yang mencolok. Menegaskan kalau klub tersebut punya masalah di lini belakang, di mana Hansamu jadi salah satu pilar andalannya.

7 dari 9 halaman

Manahati Lestusen

Figur Manahati Lestusen di angkatannya jadi pemain muda yang paling cepat promosi di skuat Timnas Indonesia Senior. Selepas tampil ciamik di SEA Games 2013 dan Asian Games 2014. Ia langsung dipanggil Alfred Riedl ke Tim Merah-Putih yang berlaga di Piala AFF 2014.

Walau usianya baru 20 tahun, Manahati dipercaya jadi pemain inti di pentas turnamen.  Dimatangkan program SAD Uruguay, pemain kelahiran Ambon, 17 Desember 1993 tersebut terbentuk sebagai pemain serbabisa.

Ia bisa bermain sama bagusnya sebagai bek tengah atau gelandang bertahan. Rahmad Darmawan, pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013 mengaku terkagum-kagum dengan lompatan tinggi sang pemain saat melakukan duel udara dengan pemain lawan. Padahal tinggi badannya hanya 168 cm.

Manahati Lestusen disebut Rahmad pemain yang pintar membaca situasi. Ia dengan cekatan selalu mampu muncul secara tiba-tiba mengejutkan penyerang lawan yang sedang memegang bola. Tekel-tekelnya keras namun tidak kasar.

Manahati yang pernah berkiprah di klub Divisi II Belgia, CS Vise itu, pemain yang ulet. Ia tidak akan merelakan begitu saja bola yang dikuasainya direbut pemain lawan. Ditopang stamina yang prima, Manahati bisa bermain dengan level kebugaran stabil sepanjang 90 menit.

Sempat diabaikan pada uji coba pertama Timnas Indonesia kontra Malaysia, Alfred Riedl kembali memasukkan nama Manahati di duel persahabatan melawan Vietnam. Pelatih asal Austria tersebut agaknya amat butuh pemain bertipikal seperti Manahati, keras dan memiliki daya juang.

8 dari 9 halaman

Indra Kahfi

Berbeda dengan adik kandungnya, Andritany Ardhiyasa, yang kariernya di Timnas Indonesia amat mulus sejak usia muda, kemampuan Indra Kahfibaru mendapat pengakuan di usia 30 tahun.

Mengawali karier sebagai pesepak bola profesional di usia yang terhitung telat pada 2010 bersama Persikota Tangerang, Indra yang aktif berdinas sebagai polisi memang tak terlalu ngotot berkarier sebagai pesepak bola.

Ia menghabiskan kariernya di klub-klub kelas semenjana macam Deltras Sidoarjo, PSPS Pekan Baru. Itu pun sebagai cadangan, karena aktivitas lain sebagai polisi. Jangan heran bakatnya tak pernah tercium pelatih Timnas Indonesia.

Kemampuannya sebagai bel tangguh baru terlihat saat membela Bhayangkara FC di pentas Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo. Klub yang dihuni banyak pemain belia tersebut mencuat sebagai kekuatan yang mengejutkan di jajaran elite.

Beduet dengan bek asing asal Brasil, Otavio Dutra, Indra yang kelahiran 5 Oktober 1986 tersebut jaminan mutu ketangguhan lini belakang Bhayangkara FC. Hanya saja stabilitas permainannya di level internasional perlu diuji, karena Indra minim jam terbang laga-laga sarat tekanan. 

9 dari 9 halaman

Dominggus Fakdawer

Pasca Ricardo Salampessy, tidak ada lagi bek tengah asal Persipura Jayapura berkesempatan membela Timnas Indonesia level senior. Sempat muncul Andri Ibo yang menjadi bagian skuat Tim Merah-Putih U-23 di SEA Games 2013, namun namanya kemudian tenggelam.

Permanennya posisi duet stoper Ricardo Salampessy dan Bio Paulin di Persipura, beberapa tahun terakhir, membuat proses regenerasi pemain belakang di klub pengoleksi empat gelar juara kompetisi kasta tertinggi tersebut agak tersendat.

Mencuatnya nama Dominggus Fakdawer di jajaran skuat Persipura di TSC 2016 jadi hal spesial. Pelan namun pasti bek muda kelahiran Sorong, 31 Desember 1989 menancapkan diri sebagai pemain inti di Tim Mutiara Hitam.

Seperti kebanyakan bek asal Indonesia Timur, gaya permainan Dominggus Fakdawer keras tanpa kompromi. Ia tak pernah ragu-ragu menjegal penyerang lawan yang dinilai membahayakan klub yang dibelanya. Buah permainan keras sang pemain terlihat dari koleksi kartu kuning yang ia dapat. Hingga pekan ke 23 kompetisi Dominggus sudah mengantungi empat kartu kuning. 

Masuknya Dominggus ke skuat Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016 bukan sesuatu yang mengherankan. Sebenarnya pernah dipanggil timnas pada awal 2015 untuk Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019. Pada saat itu, Indonesia ditangani pelatih interim Pieter Huistra yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Teknik.

Hanya, pemain berusia 26 tahun gagal mengantungi cap di Tim Garuda lantaran Indonesia disanksi FIFA dan terpaksa absen pada laga internasional.

Di luar gaya bermainnya yang keras, seperti kebanyakan pesepak bola Papua lainnya Dominggus Fakdawer dianugerahi bakat alam skill yang mumpuni. Kemampuan olah bolanya ini yang menjadi sisi lebih.

Catatan statistik TSC 2016 menunjukkan akurasi operan sang pemain menembus 85 persen. Sementara umpan silang dan dribelnya persentasenya 50 persen.

Saat Timnas Indonesia dalam posisi unggul mereka butuh pemain yang bisa mengamankan penguasaan bola selama mungkin. Dominggus bisa memberikan hal itu.

 

 

Video Populer

Foto Populer