Sukses


8 Gelandang Energik Andalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2016

Bola.com, Jakarta - Banyak pelatih kelas dunia berujar, lini tengah merupakan sektor paling vital di dunia sepak bola. Bahkan mencuat ungkapan, kalau ingin memenangi pertandingan maka kuasai lini tengah.

Sesuatu yang wajar jika pemain-pemain di sektor sentral memegang peranan penting dalam permainan sepak bola. Mereka jadi penyambung lidah antara lini belakang dengan depan.

Sebuah tim dijamin bakal limbung jika tidak memiliki gelandang-gelandang berkualitas yang bisa menjadi alat transisi atau penyeimbang permainan.

Seorang penyerang bakal kesulitan menjebol gawang lawan karena minimnya pasokan-pasokan bola matang dari para gelandang. Demikian pula para bek bakal keteteran menghalau serangan lawan jika tidak mendapat bantuan dari para gelandang.

Tak heran pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl amat hati-hati memilih sosok-sosok pemain tengah saat proses seleksi Piala AFF 2016. Dengan mengusung pola 4-4-2, ia butuh empat orang gelandang yang benar-benar kuat dari sisi menyerang maupun bertahan. 

Di masa persiapan jelang Piala AFF 2016, Alfred Riedl sedikit kesulitan menemukan figur gelandang serang, yang kerap dikonotasikan sebagai otak permainan. Di Indonesia bisa dibilang terhitung minim figur gelandang serang, mengingat klub-klub profesional Tanah Air lebih senang pemain asing untuk memilih menghuni posisi tersebut.

Sebaliknya pelatih asal Austria tersebut agak mudah mendapatkan pemain di posisi gelandang sayap. Pemain dengan kualitas oke amat berlimpah di posisi ini.

Di komposisi skuat Timnas Indonesia Piala AFF 2016, Alfred Riedl menyiapkan empat gelandang sayap, dua gelandang menyerang dan bertahan. Komposisi seimbang, memenuhi kebutuhan skema 4-4-2 yang ia andalkan.

Setiap pemain yang dipilih memiliki seorang cadangan di posisi yang ditempati. Menjaga kemungkinan terburuk mencuatnya badai cedera atau banjir hukuman kartu sang mentor juga menyiapkan pemain serba bisa, yang bisa bermain di banyak posisi.

Siapa-siapa saja gelandang andalan Tim Merah-Putih saat berlaga di Piala AFF 2016 nanti?

Evan Dimas

1. Evan Dimas

Pemain veteran Timnas Indonesia U-19 ini adalah salah satu pelayan striker sejati. Saat membela Tim Garuda Jaya sang pemain diberdayakan oleh pelatih, Indra Sjafri, sebagai pengalir bola dan pengatur irama permainan di lini tengah.

Muchlis Hadi di ujung tombak, atau pun Ilham Udin Armaiyn di sisi kiri Timnas Indonesia U-19 pernah merasakan bagaimana akurat dan mematikan umpan yang dilepaskan Evan Dimas ke belakang lini pertahanan tim lawan. Tak hanya itu, tembakan-tembakan jarak jauh yang mengejutkan juga menjadi spesialisasi pemain asal Surabaya itu.

Evan Dimas Darmono (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pelatih Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19, Eduard Tjong, bahkan mengakui bahwa kepemimpinan Evan Dimas di angkatannya telah membuat perbedaan yang begitu besar dengan tim yang diasuhnya. Edu mengakui bahwa Evan Dimas memiliki kemampuan mengatur permainan dengan sangat baik.

Teknik mengatur irama permainan dan akurasi umpan membuat Evan Dimas menjadi andalan Alfred Riedl untuk mengisi pusat lapangan tengah Timnas Indonesia.

Begitu sentral peran pemain yang pernah menjajal sepak bola Eropa itu membuatnya mendapatkan kepercayaan dari Alfred Riedl untuk terus bermain dalam dua pertandingan uji coba kontra Malaysia dan Vietnam.

Bayu Pradana

2. Bayu Pradana

Gelandang Mitra Kukar ini sebenarnya memiliki posisi asli sebagai gelandang bertahan. Bayu Pradana mendapatkan panggilan pertamanya bersama Timnas Indonesia saat menghadapi Malaysia di laga uji coba dan dipercaya menjadi pemain starter oleh Alfred Riedl.

Bayu Pradana sukses bermain selama 90 menit dalam laga uji coba itu, di mana sebenarnya Alfred Riedl melakukan enam pergantian pemain dalam pertandingan tersebut. Bayu dipercaya mengisi posisi tengah bersama Evan Dimas dan tampil cukup mengesankan dalam kemenangan 3-0 yang diraih oleh Timnas Indonesia.

Bayu Pradana (Bola.com/Romi Syahputra)

Bayu pun kembali mendapatkan kepercayaan dari Alfred Riedl untuk mengisi lini tengah Timnas Indonesia di babak kedua pertandingan uji coba kedua kontra Vietnam. Dalam laga yang berakhir dengan kedudukan 2-2 itu Bayu masuk di awal babak kedua menggantikan Dedi Kusnandar yang baru mendapat debut bersama Timnas Indonesia.

Bayu masuk dalam kondisi Timnas Indonesia sudah bermain imbang 2-2 dengan Vietnam. Masuknya Bayu Pradana cukup mempertebal lapisan lini tengah Tim Garuda. Sayangnya, selama 45 menit Bayu Pradana bermain, ia tak bisa banyak membantu para striker untuk bisa mencetak gol tambahan untuk memenangi pertandingan tersebut.

Dedi Kusnandar

3. Dedi Kusnandar

Mantan pemain Persib dan Pelita Jaya ini baru saja bergabung dengan Timnas Indonesia saat melakukan pemusatan latihan di Stadion Manahan, Solo, pada 22-27 September 2016. Dedi Kusnandar pun mendapatkan debut bersama Tim Garuda selama 45 menit dalam pertandingan kontra Vietnam.

Pemain berusia 25 tahun itu mendapatkan panggilan dari Alfred Riedl karena penampilan cemerlangnya bersama klub Malaysia, Sabah FA. Saking cemerlangnya, Persib pun berharap pemain kelahiran Sumedang ini bisa kembali memperkuat Maung Bandung.

Dedi Kusnandar (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Dedi Kusnandar memiliki peran yang sama seperti Bayu Pradana, di mana posisinya lebih menjadi gelandang bertahan.

Namun, kemampuannya untuk bisa menjelajah di lini tengah dan mengirimkan umpan-umpan akurat ke segala arah, terutama ke lini depan akan menjadi keuntungan bagi tim asuhan Alfred Riedl jika lawan begitu ketat menjaga Evan Dimas yang lebih mendapatkan kepercayaan sebagai playmaker.

Namun, mengalirkan bola dari lini tengah bukan satu-satunya keahlian yang dimiliki Dedi Kusnandar. Pemain yang pernah memperkuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013 ini pun juga memiliki kemampuan untuk membaca permainan dan muncul tiba-tiba dari lini kedua untuk menjebol gawang lawan, di mana itu kerap diperlihatkannya ketika membela klub asal Malaysia, Sabah FA.

Dengan mengusung formasi 4-4-2, ia jadi figur sentral di lini tengah Timnas Indonesia. Ia bisa menjadi sosok penjaga keseimbangan permainan, saat gelandang serang yang menjadi rekan duetnya maju membantu serangan.

Andik Vermansah

4. Andik Vermansah

Publik sepak bola Tanah Air terkesima dengan performa Andik Vermansah di SEA Games 2011. Bertubuh mungil, Andik yang dibekali kemampuan menggocek bola di atas rata-rata, menjadi momok bagi lini pertahanan tim-tim lawan Timnas Indonesia.

Saat Indonesia Selection menjajal kekuatan LA Galaxy (Amerika Serikat) dan Internazionale Milan (Italia), nama Andik mendunia. Media-media asing menyamakan penampilannya dengan superstar Argentina, Lionel Messi.

Messi Indonesia, julukan tersebut melekat pada Andik yang dibesarkan oleh klub Persebaya Surabaya. Klub asal Jepang, Ventforet Kofu, sempat menawari kontrak kepada sang pemain. Mereka terpincut setelah melihat langsung kiprah Andik saat menjalani sesi trial pada bulan Oktober 2013. Namun, ia justru memilih Selangor FA sebagai pelabuhan baru selepas meninggalkan Persebaya 1927, yang mati suri karena konflik PSSI.

Andik Vermansah (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Andik Vermansah memilih berlaga di Liga Super Malaysia karena ingin dapat kesempatan bermain yang lebih besar,  hal yang sulit didapatkan jika ia berkiprah di J-League. Pada saat bersamaan kariernya sedang terpuruk. Ia mendapat banyak kritikan saat membela Timnas Indonesia di SEA Games 2013 karena dinilai pemain individualistis.

Keputusan Andik bermain di Malaysia terbukti tepat. Sempat kesulitan menembus posisi inti pada musim perdana, Andik jadi pemain penting yang tak tergantikan di Selangor FA. Pada musim 2014, ia mempersembahkan trofi Piala Liga Malaysia serta pencapaian runner-up Malaysia Super League.

Gaya bermain Andik di negara tetangga mengalami banyak perubahan. Andik mau meredam ego, tampil sebagai pemain tim. Ia jadi salah satu jagoan assist di timnya, dan juga tetap produktif.

Pada awal 2016, Andik meneken perpanjangan kontrak selama dua musim. Bocorannya angkanya menembus Rp 3 miliar per musim. Nominal tertinggi yang didapat pesepak bola Indonesia yang berkiprah di luar negeri.

Bayu Gatra

5. Bayu Gatra

Keputusan berani dibuat Bayu Gatra kala meninggalkan kampung halamannya Jember, Jawa Timur, menuju Samarinda, Kalimantan Timur. Ia ikut program pelatnas jangka panjang buat keperluan PON 2012. Bersama sejumlah pemain muda berbakat lainnya dari berbagai daerah, Bayu ditempa tim kepelatihan Persisam Samarinda junior.

Seusai membawa Kaltim juara PON, Bayu bersama rekan-rekan seangkatannya macam Lerby Eliandry dan Aldaier Makatindu berlaga memperkuat Persisam di ISL U-21. Pada musim 2012 mereka membuat sensasi dengan lolos ke final sebelum akhirnya dikalahkan Persela Lamongan.

Ia dan sejumlah pemain belia veteran PON 2012 kemudian promosi ke tim utama Persisam. Di usia belia ia sudah menghuni skuat inti Tim Pesut Etam. Bayu jadi andalan Timnas Indonesia U-23 pada SEA Games 2013 dan Asian Games 2014.

Bayu Gatra (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Saat lisensi klub Persisam dijual ke Bali United, Bayu Gatra ikut boyongan ke Gianyar. Hanya, ia kemudian memutuskan hengkang seusai membela tim barunya pada Piala Presiden 2015. Penyerang sayap kelahiran Jember, 12 November 1992 itu, sempat hampir dari empat bulan tak memiliki klub. 

Ia kemudian digaet Sriwijaya FC jelang Piala Bhayangkara. Hanya karena merasa kesempatan bermain sedikit, Bayu kemudian memutuskan menerima pinangan klub baru mentas di TSC 2016, Madura United.

Di tim Sape Kerrab, kematangan permainan Bayu kian terlihat. Gaya bermain Bayu amat disukai Gomes de Olivera. Ia bisa bermain di kedua sisi sayap dan juga gelandang serang.

Madura United menjelma menjadi tim kuda hitam yang menakutkan. Mereka kini jadi rival utama Arema Cronus dalam perburuan gelar juara. Kontribusi Bayu amat besar terhadap pencapaian itu. Dari sisi sayap ia menjadi raja assist sekaligus pemain pemecah kebuntuan.

Melihat penampilannya yang stabil di sepanjang musim TSC 2016, Alfred Riedl pun tak ragu-ragu memanggil Bayu. Ia jadi figur pelapis yang sepadan bagi Andik Vermansah. Sama-sama mungil dan lincah, Bayu diyakini akan jadi sosok yang amat membantu Alfred Riedl mengembangkan variasi permainan, terutama di sisi ofensif.

Kala dua penyerang tengah dikunci pemain-pemain bertahan lawan, Bayu bisa muncul sebagai pemecah kebuntuan dari sisi sayap.

Zulham Zamrun

6. Zulham Zamrun

Alfred Riedl kepincut dengan permainan Zulham Zamrun kala membela Mitra Kukar di ISL 2014. Sang penyerang sayap masuk skuat Piala AFF 2014. Walau Timnas Indonesia gagal melaju ke semifinal, Zulham jadi salah satu pemain yang dinilai punya rapor bagus sepanjang turnamen.

Ia kemudian diboyong Persipura Jayapura yang bersiap tampil di ISL 2015 dan Piala AFC 2015. Benar saja, kehadiran Zulham jadi pembeda bagi Tim Mutiara Hitam. Berduet bersama Boaz Solossa di sisi sayap, Zulham membuat lini depan Persipura amat tajam.

Namun, kompetisi ISL terhenti karena konflik antara PSSI dengan Kemenpora, sehingga fans Persipura tidak dipuaskan menyaksikan kiprah Zulham Zamrun dalam satu musim penuh. Pemain kelahiran Ternate, 19 Februari 1988 kemudian menerima pinangan Persib Bandung menjelang pelaksanaan turnamen Piala Presiden 2015.

Zulham Zamrun (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Tim Maung Bandung, yang baru saja kehilangan Ferdinand Sinaga, sudah ingin menggaet Zulham sejak lama. Hanya, mereka kalah cepat dengan Persipura.

Di Persib, Zulham menggila. Ia mengantarkan tim Pangeran Biru juara Piala Presiden sekaligus merengkuh gelar Top Scorer (6 gol) dan Pemain Terbaik. Permainan Zulham di Persib kerap disamakan dengan Cristiano Ronaldo: cepat, gesit, berteknik, dan tajam.

Sayang, Zulham melakukan blunder selepas turnamen dengan mengiyakan tawaran Persipare Parepare untuk bermain di turnamen tarkam di Makassar. Apesnya ia dihajar cedera berat ACL terkena tekel di laga semifinal turnamen tersebut.

Hingga awal 2016 Zulham menganggur karena fokus menyembuhkan cederanya. Dalam kondisi cedera, Persib menawari kontrak permanen selama semusim untuk tampil di TSC. Pemain bernomor punggung 54 tersebut kini telah sembuh total dari cedera dan kembali menjadi andalan bagi Persib Bandung di pentas kompetisi kasta elite.

Zulham jadi kepingan penting skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 nanti. Berduet dengan Andik Vermansah, Zulham yang bermain di sisi melebar sayap kiri disiapkan untuk memperkuat sisi ofensif Tim Merah-Putih.

Selain jago melakukan tusukan dan seringkali menjadi pemain pemecah kebuntuan dari sisi winger, Zulham juga punya kelebihan saat mengeksekusi bola mati. Lihat bagaimana ia menjebol gawang Vietnam lewat tendangan bebas jarak jauh pada uji coba kandang di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Rizky Rizaldi Pora

7. Rizky Rizaldi Pora

Memulai karier profesional di Persita Tangerang pada tahun 2010, nama Rizky Rizaldi Pola menjadi pusat perhatian kala dirinya diboyong Alfred Riedl ke skuat Timnas Indonesia Piala AFF 2014. Kala itu ia sudah jadi pemain Barito Putera, dengan performa apik di pentas Indonesia Super League 2014.

Sayang, di Piala AFF 2014, ia gagal unjuk gigi secara maksimal, seiring prestasi melempem Tim Merah-Putih yang terkapar di fase penyisihan.

Pemain kelahiran Ternate, 22 November 2016 tersebut awalnya bermain sebagai bek sayap kiri. Salahuddin, pelatih Barito yang melihat kelebihan sang pemain dari sisi menyerang, kemudian mendorongnya jadi gelandang sayap. Di posisi baru permainan Rizky lebih berkembang.

Rizky Rizaldi Pora (tengah) (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Awalnya, Rizky tak diprediksi bakal masuk skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 ini, mengingat prestasi Barito Putera meredup di TSC 2016.

Namun, Alfred punya perspektif berbeda. Klub sang pemain memang tercecer di papan bawah, namun secara individu penampilan Rizky Rizaldi Pora tetap stabil.

Alfred kepincut dengan style bermain Rizky. Ia dinilai pemain pekerja keras. Ditopang stamina yang prima, mobilitasnya amat tinggi menyisir sisi winger.

Rizky tipikal winger yang kuat menyerang atau bertahan. Alfred Riedl butuh pemain seperti ini, terutama untuk mengantisipasi lawan-lawan macam Thailand, Singapura, dan Filipina, yang strategi menyerangnya tertumpu di sisi melebar lapangan.

 

Stefano Lilipaly

8. Stefano Lilipaly

Pemain naturalisasi Indonesia asal Belanda, Stefano Lilipaly, baru bergabung bersama Timnas Indonesia dalam uji coba kontra Vietnam pada Selasa (8/11/2016), yang berkesudahan dengan skor 2-3. Hanya punya waktu pendek menjalani latihan bareng dengan pemain lain, penampilannya belum maksimal.

Walau begitu pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, yakin Stefano Lilipaly bakal  membantu mengangkat kualitas tim asuhannya di Piala AFF 2016.

Stefano jadi satu-satunya pemain naturalisasi yang ada di Tim Merah-Putih. Ia tercatat sebagai pemain klub Divisi II Belanda, SC Telstar.

Stefano Lilipaly (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Stefano dinilai istimewa, karena ia pemain multifungsi. Bisa bermain sama bagus sebagai gelandang serang, gelandang bertahan, bek sayap, serta gelandang sayap. Kemampuan tersebut diasah sang pemain sejak level junior di Belanda.

Di Timnas Indonesia sendiri, pemain blasteran Maluku-Belanda tersebut diplot sebagai gelandang serang, mengingat Tim Garuda hanya punya seorang pemain menghuni posisi ini, yakni Evan Dimas. Kedua pemain amat mungkin diduetkan karena Stefano pun juga bisa berperan sebagai jangkar.

Alfred amat berharap banyak Stefano bisa bisa mengerek sisi kreativitas Timnas Indonesia. Ia dikenal sebagai raja assist dan secara harafiah spesialis memainkan skema passing games.

Berbekal jam terbang tinggi di kompetisi Belanda dan Jepang, Stefano diyakini terbiasa menghadapi laga-laga sarat tekanan. Timnas Indonesia yang dihuni pemain-pemain belia butuh pemain berkarakter dan punya kepercayaan diri tinggi macam Lilipaly.

Video Populer

Foto Populer