Sukses


PSMS dan Persib, Potret Dua Tim Beda Nasib

Bola.com, Jakarta - PSMS Medan dan Persib Bandung, merupakan dua tim yang disegani pada era Perserikatan. Berkaca pada sejarah, PSMS dan Persib masuk deretan klub yang berprestasi pada era Perserikatan.

Tim Ayam Kinantan mengoleksi enam gelar juara Perserikatan dan Maung Bandung mengoleksi lima gelar juara. Posisi Persib sejajar dengan PSM Ujungpandang yang juga mengoleksi lima gelar juara dalam kompetisi yang pertama kali bergulir pada 1931.

Perolehan gelar PSMS hanya kalah dari Persija Jakarta dan Persis Solo. Persija merupakan tim tersukses dengan mengoleksi sembilan gelar juara, disusul Persis dengan tujuh gelar juara Perserikatan.

Rivalitas kedua tim yang sudah bertemu dalam 52 pertandingan terjaga hingga kini. Sepanjang sejarah, PSMS dan Persib pernah tiga kali bertemu di final Perserikatan 1966-1967, 1983, dan 1985.

PSMS selalu menjadi pemenang dalam tiga pertemuan pada tiga final. Tiga kemenangan di partai puncak tersebut mempertegas hegemoni tim yang identik dengan warna hijau atas Persib.

Hanya saja, prestasi PSMS yang begitu memikat pada era Perserikatan tak lagi berbekas. Tim yang bermarkas di Stadion Teladan, Medan itu kesulitan mengulangi pencapaian di masa lalu.

Pada era Liga Indonesia VIII (2002) dan ISL 2008, Tim Ayam Kinantan harus menerima kenyataan turun kasta. Catatan kelam yang kembali terulang saat tim kebanggaan publik Medan ini terdegradasi pada 2012.

Minimnya prestasi yang diukir PSMS juga dikarenakan dualisme di tataran manajemen. Pada 2011, PSMS terdaftar di dua kompetisi yang berseberangan yakni Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL).

Dua tim tersebut akhirnya bermain di dua kompetisi yang berbeda walau akhirnya kembali hanya ada satu tim yang diakui dan PSMS kembali harus menerima kenyataan turun kasta pada 2012.

Dualisme, konflik antarpengurus, dan pengelolaan klub yang buruk membuat situasi semakin sulit, membuat PSMS kesulitan naik kasta agar dapat kembali bermain di kompetisi kasta tertinggi.

Alih-alih ingin mengukir prestasi, PSMS justru sempat mengalami kesulitan finansial. Masalah yang membuat 11 pemain PSMS sampai mengadukan tunggakan gaji mereka ke operator kompetisi, PT Liga Indonesia pada Juni 2013.

Alamsyah Nasution dkk. mencari keadilan setelah gaji mereka sejak putaran pertama Divisi Utama tidak dibayarkan manajemen. Situasi sulit ini membuat PSMS terus berada dalam pusaran masalah dan kian sulit berprestasi.

Di sisi lain, Persib justru semakin kuat menancapkan kuku mereka sebagai salah satu klub papan atas di Tanah Air. Bukan hanya dari segi prestasi, namun juga dari sisi bisnis.

Berbagai inovasi dilakukan manajemen Persib yang berujung dengan "banjir" sponsor selama beberapa musim terakhir. Bukan hanya sponsor yang melekat di jersey tim, tetapi juga sponsor yang rela antre untuk berada di a-board dalam setiap laga kandang tim asuhan Djadjang Nurdjaman.

Pada 2014, M. Farhan yang kala itu masih bertugas sebagai Direktur Marketing PT Persib Bandung Bermartabat mengungkapkan manajemen mendapatkan pemasukan Rp 32,7 milyar dalam satu musim. Pemasukan itu datang dari sponsor maupun penjualan tiket.

Persib mengalami surplus karena pendapatan mereka saat juara ISL 2014 lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk gaji pemain maupun akomodasi. "Pengeluaran satu musim di bawah Rp 32 miliar," kata pria yang juga presenter ini.

Maka itu wajar kalau performa Persib tetap stabil di kompetisi. Soal urusan bisnis, tim yang sukses meraih gelar juara Liga Indonesia pertama tahun 1994 juga tetap tak mengalami gangguan berarti.

Diperkirakan, pemasukan Persib dari sponsor tahun ini sudah lebih dari angka Rp 50 miliar. Angka tersebut merupakan perkiraan pemasukan yang diutarakan Farhan untuk tahun 2015 (namun kompetisi batal berjalan karena sanksi) atau setelah Persib meraih gelar ISL 2014.

Besarnya angka pemasukan itu pula yang membuat Tim Maung Bandung berani mendatangkan pemain kelas dunia jelang Liga 1 2017. Orang nomor satu di PT PBB, Glen Sugita berani merogoh kocek sekitar Rp 8,5 miliar untuk mendatangkan mantan pemain Chelsea, Michael Essien.

Kendati kondisi terkini kedua tim sangat jauh berbeda, mulai dari komposisi pemain hingga pengelolaan klub, duel klasik antara PSMS melawan Persib tetap patut dinantikan. Setidaknya duel klasik ini bisa menjadi pelajaran bagi PSMS, tidak hanya di dalam lapangan namun juga berkaitan aspek lain seperti pengelolaan untuk memajukan klub.

Setidaknya dengan laga uji coba melawan Persib, PSMS bisa kembali bermimpi untuk bisa kembali berada di jajaran elite dan juga kembali menjadi klub yang sehat secara finansial.

Video Populer

Foto Populer