Sukses


Di Balik Dapur dan Ambisi PSM Merajai Sepak Bola Indonesia

Bola.com, Makassar - PSM Makassar kini menjelma sebagai tim menakutkan di Liga 1 2017. Sampai pekan ketujuh, Juku Eja masih bertengger di puncak klasemen sementara.

Sukses PSM ini tak lepas dari keseriusan manajemen Juku Eja membenahi tim untuk mewujudkan target juara yang terakhir kali diraih pada musim 1999/2000. Peran Munafri Arifuddin, CEO PSM, dinilai sebagai figur penting pengendali manajemen. Ipar Sadikin Aksa (pemilik PSM) ini menerapkan manajemen terbuka dalam mengelola tim. Dalam kamus Munafri, tidak boleh ada sosok yang superior dalam tim.

"Semua elemen dalam tim punya peran penting sesuai jobnya. Setiap keputusan didiskusikan bersama. Dengan cara ini, saya ingin semua merasa PSM adalah milik bersama," ujar Munafri.

Di mata Munafri, kiprah apik PSM di Liga 1 2017 merupakan awal dari kebangkitan klub kebanggaan Makassar di pentas nasional dan Asia.

Kepada Bola.com, Munafri mengungkapkan kiat dan resepnya untuk membawa PSM mengulang sukses 17 tahun lalu. Setelah juara Liga Indonesia 1999/2000, PSM menembus 8 Besar Liga Champions Asia setahun kemudian. Berikut petikan wawancaranya.

Sebagai pengendali tim, apa kiat dan resep Anda sehingga PSM bisa memimpin klasemen?

Saya tegaskan, prestasi PSM saat ini belum apa-apa. Kompetisi masih panjang. Kami juga tetap mawas diri karena klub lain tentu juga terus melakukan pembenahan. Meski begitu, sebagai CEO, saya memberi apresiasi kepada seluruh elemen tim yang telah menunjukkan keseriusan dan kerja kerasnya buat PSM.

PSM dinilai sebagai klub 'arogan' karena sempat menolak berpartisipasi di Piala Presiden 2017 dan terkesan tidak serius bertanding meski akhirnya memutuskan ikut. Apa tanggapan Anda?

Ini anggapan yang perlu kami luruskan. Kami punya argumen sendiri terkait hal itu. Pertama, sebelum Piala Presiden dipastikan berlangsung, manajemen dan coach Robert Alberts sudah merumuskan program persiapan yang sudah disepakati bersama. Kedua, kalau pun akhirnya PSM ikut, kami menjadikan ajang itu untuk melakukan seleksi pemain.
Yang terpenting, dalam membuat program kami menyesuaikan dengan anggaran yang juga sudah disepakati.

PSM juga dianggap sebagai tim yang paling boros mengeluarkan dana selama persiapan.

Soal boros atau tidak itu relatif. Musim ini, kami sudah sepakat untuk membawa PSM juara. Manajemen pun sudah memberi wewenang kepada coach Robert mempersiapkan tim.

Ketika Robert mengusulkan ke manajemen untuk melakukan pemusatan latihan sampai dua kali, saya setuju karena alasannya rasional. Menurut Robert, dia butuh pemusatan latihan di luar Makassar agar kekompakan pemain cepat tercapai. Berada di luar Makassar juga sedikit memudahkan Robert memberikan pemahaman kepada pemain soal strategi yang akan dia terapkan pada Liga 1 2017.

 

2 dari 2 halaman

Tantangan berat

Jadi penguasa klasemen bisa membuat PSM kini jadi 'incaran' klub lain. Apa kiat Anda untuk menjaga agar kondisi psikologis tim dan tetap stabil?

Seperti saya bilang tadi, dalam menangani PSM saya menerapkan sistem manejemen terbuka. Terutama kepada pemain. Saya ingin mereka menganggap kami sebagai teman, saudara atau orangtua. Kalau saya ada waktu, saya pasti menyempatkan diri bertemu dengan pemain baik di mes atau di kantor. Saya ingin setiap pemain tidak punya masalah. 

Bagi saya, tidak masalah kalau PSM kini jadi incaran lawan. Itu artinya, kami harus lebih waspada untuk menatap persaingan yang kian sengit. Itu normal dalam sepak bola. Seperti PS TNI yang sangat bernafsu menghentikan rekor tak terkalahkan PSM. Begitu pun ketika Madura United berambisi jadi tim pertama yang mengalahkan PS TNI.

PSM dinilai sebagai klub yang paling 'aktif' melakukan protes meski sedang dalam posisi pemenang sebuah partai. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya tegaskan, PSM ingin jadi juara lewat kompetisi yang fair dan jujur. Kami tidak ingin meraih trofi karena 'dibantu' wasit misalnya. Kalau pun sampai saat ini kami kerap melakukan protes semata karena menilai wasit belum memimpin dengan benar. Satu contoh misalnya, saat PSM mendapat hukuman penalti di kandang Mitra Kukar.

Kami menilai, wasit dua kali membuat keputusan yang salah. Pertama, pemain PSM tidak melakukan pelanggaran serius. Kedua, saat wasit memutuskan tendangan penalti diulang.

Seharusnya, dalam aturan baku, tendangan penalti itu diubah jadi tendangan bebas. Jadi, kami protes bukan karena tidak ingin kehilangan poin. Kami ingin, sepak bola Indonesia kembali bangkit lewat kompetisi yang fair sesuai keinginan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.

Soal kapasitas Stadion Andi Mattalatta Mattoangin tidak mampu lagi menampung fans, bagaimana solusinya?

Kondisi ini yang jadi pemikiran manajemen apalagi bila PSM jadi juara plus jadi wakil Indonesia di pentas Asia. Kami akui, Stadion AMM harus diperbaiki agar bisa lolos verifikasi level Asia. Soal layak atau tidak, kami harus tahu dulu apa yang harus dibenahi. Karena PSM pernah jadi tuan tuan rumah Liga Champions Asia 16 tahun lalu. Tapi, untuk saat ini, kami lebih fokus menatap persaingan di Liga 1.

Soal pesaing, klub mana yang paling berpeluang jadi penghambat ambisi juara PSM?

Secara pribadi, saya menilai Madura United yang paling terdepan. Mereka punya materi pemain bagus yang membuat keseimbangan tim sangat terjaga. Meski begitu, kami tidak menafikan klub langganan juara seperti Persib, Arema dan Persipura.

Video Populer

Foto Populer