Sukses


Piala AFF U-18 dan Potret Toleransi di Tengah Krisis Rohingya

Bola.com, Yangon - Myanmar, negara yang dulu bernama Burma ini, sekarang sedang jadi sorotan menyusul krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya yang berada di bagian Rakhine. Namun, khusus bagi pencinta sepak bola di Indonesia, sorotan juga mengarah ke Yangon.

Yangon adalah kota terbesar di Myanmar, pusat bisnis dan bekas ibu kota negara sebelum dipindahkan ke Naypiydaw pada November 2005. Sejak 4 September hingga 17 September 2017, Yangon menjadi tuan rumah Piala AFF U-18, yang juga diikuti Timnas Indonesia U-19.

Sebelum bertolak hingga awal keikutsertaan di turnamen bergengsi di kawasan Asia Tenggara ini, sempat muncul opini dari sejumlah kalangan.

PSSI sebaiknya tidak usah mengirim timnas ke Yangon sebagai bentuk solidaritas atas apa yang terjadi pada etnis Rohingya. Yang lain berpendapat, sepak bola jangan dicampuradukkan dengan hal lain di luar urusan olahraga.

Islam dan juga beberapa agama lain seperti hindu, kristen, dan katolik merupakan minoritas di Myanmar, yang hampir 88 persen warganya merupakan penganut agama buddha.

Namun, hal itu bukan berarti Myanmar, khususnya warga Yangon, jadi anti terhadap kalangan minoritas. Di Yangon, yang dulunya bernama Rangon, terdapat sejumlah gereja dengan arsitektur indah peninggalan kolonial Inggris. Pemeluk nasrani juga bisa beribadah di beberapa tempat lain seperti di gedung-gedung ternama di Yangon.

Masjid-masjid berdiri dengan kukuh di antara pagoda-pagoda di kota berpenduduk sekitar 7,4 juta jiwa ini. Pemeluk agama hindu juga bisa menjalankan ibadah dengan aman.

Beberapa WNI di Yangon yang ditemui Bola.com mengungkapkan bila sejauh keberadaan mereka di kota terbesar di Myanmar ini, mereka hidup dengan aman. Krisis kemanusiaan Rohingya tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari. Rutinitas termasuk beribadah, berjalan seperti biasa.

(Laporan jurnalis Bola.com Aning Jati dan fotografer Liputan6.com Yoppy Renato dari Yangon, Myanmar)

2 dari 2 halaman

Suasana Nyaman

Pelatih, para pemain, dan tim ofisial Timnas Indonesia U-19 merasakan sendiri bila Yangon aman. Begitu pula suporter Tim Garuda Nusantara yang datang ke Yangon dari Jakarta, merasakan keramahan masyarakat Yangon.

Kalangan jurnalis peliput Piala AFF U-18 2017 asal Indonesia, termasuk Bola.com, hampir tak pernah menemui kesulitan dalam menjalankan tugas karena tak jarang mendapat bantuan dari warga Yangon.

Bola.com juga menjadi saksi bila warga Yangon bisa menerima perbedaan. Seusai laga Brunei vs Indonesia di Stadion Thuwunna, Rabu (13/9/2017), terlihat tiga suporter Timnas Indonesia U-19 menunaikan salat Ashar. Dua dari tiga WNI itu merupakan pelajar Indonesia International School Yangon (IISY), dan satu lagi merupakan sang guru di IISY.

Mereka tidak salat di masjid atau musala melainkan di atas sebuah panggung kecil yang ada di press room (ruangan para jurnalis bekerja) Stadion Thuwunna.

Para pemain Timnas Indonesia U-19 terpaksa naik minivan setelah bus yang mengangkut mereka ke KBRI Yangon tak kunjung menjemput pada Jumat (8/9/2017). (Bola.com/Aning Jati)

Stadion Thuwunna memang tidak ada fasilitas masjid atau musala. Namun, sebagai catatan, banyak stadion di Indonesia juga tanpa dilengkapi fasilitas musala atau masjid. Ketiganya menjalankan ibadah salat dengan khusyuk. Tak ada gangguan dari orang-orang di sekitar mereka, yang mayoritas merupakan warga lokal.

Salah seorang panpel lokal, Bo Bo Min, menjelaskan bila tidak ada masalah dengan keinginan WNI menjalankan ibadah salat di area stadion. "Justru, silakan saja sampaikan ke kami, kami akan membantu mencarikan tempat (untuk salat)," ujarnya.

Hal semacam ini mungkin terasa kecil dan terkadang luput dari pengamatan. Namun, setidaknya bisa menggambarkan bila toleransi bisa muncul dari arena sepak bola di negara yang sedang dalam sorotan dunia ini.

(Laporan jurnalis Bola.com Aning Jati dan fotografer Liputan6.com Yoppy Renato dari Yangon, Myanmar)

Video Populer

Foto Populer