Sukses


Maverick Vinales, Tangisan, dan Tekad Kalahkan Marquez

Bola.com, Jakarta - Memulai karier balap profesional pada usia 19 tahun, Maverick Vinales telah menghabiskan banyak waktu untuk menunggangi motor sejak masih bocah. Memliki darah Spanyol yang identik dengan tekad pantang menyerah, Vinales tumbuh sebagai sosok yang mau belajar dari pengalaman pahit, serta selalu berusaha bangkit menggapai impiannya.

Vinales yang saat ini memperkuat Movistar Yamaha digadang-gadang sebagai kandidat kuat peraih gelar juara dunia MotoGP 2017. Penampilan pebalap berusia 22 tahun tersebut sepanjang tes pramusim di Malaysia, Australia, dan Qatar memang menyiratkan dirinya mampu menyeruak ke dalam pacuan juara dunia MotoGP yang sebelumnya didominasi Marc Marquez, Valentino Rossi, dan Jorge Lorenzo.

Kemampuan cepat dalam beradaptasi dengan motor YZR-M1 milik Yamaha, kecepatan saat melahap tikungan yang mampu mengundang decak kagum, serta tekad pantang menyerah menjadi modal kuat Vinales mengarungi MotoGP 2017. Tiga keunggulan yang dimiliki Vinales tersebut tak didapatkannya dengan cara instan. Mantan pebalap Suzuki Ecstar tersebut membutuhkan proses panjang sebelum sampai di titik tersebut. 

Kemampuan Vinales dalam mengendarai motor balap mulai tercium saat mengikuti suatu kompetisi lokal di Spanyol beberapa tahun lalu. Saat itu ada dua pebalap belia yang tampil mengesankan. Tak disangka dua rider belia yang tampil mencolok saat adalah Vinales dan Marquez, dua pebalap yang kini juga bersaing di kelas utama, MotoGP. 

"Saya melihat dua anak kecil yang bersaing dengan ketat di lintasan. Mereka masih sangat muda dan salah satu dari mereka saat ini dikenal sebagai juara dunia lima kali yakni Marc Marquez, sedang yang satu lagi bernama Maverick Vinales," ujar mantan pebalap motor grand prix kelas 250cc, Sito Pons, dikutip dari Sport Rider, Kamis (23/3/2017).

Pons berujar saat itu Vinales menangis keras karena kalah bersaing dengan Marquez di lintasan. Melihat adanya potensi besar di dalam diri Vinales, Pons memberi sebuah nasihat yang mungkin tetap diingat sang pebalap hingga saat ini.

"Saya memberi tahu kepada Vinales untuk jangan terus bersedih dan menangis. Saya berkata Marquez bisa menang karena memiliki motor yang lebih besar daripada miliknya," kenang Pons.

Saat itu Vinales menggunakan motor dengan kapasitas mesin yang berbeda dengan Marquez. Vinales memakai motor 65cc sedang The Baby Alien menunggangi motor 85cc.

Sejak saat itu Vinales selalu melihat Marquez melaju lebih cepat satu langkah daripada dirinya. Ya, The Baby Alien memang mengawali karier di dunia profesional lebih dahulu ketimbang Vinales. Marquez, yang kini berusia 24 tahun, memulai debutnya di kelas 125cc pada 2008 bersama tim KTM Derbi.

Jarak yang cukup jauh jika melihat Maverick Vinales baru memulai karier profesional di kelas 125cc pada 2011 bersama Blusens. Pada tahun yang sama Marquez kembali unggul satu langkah atas Vinales dengan naik ke kelas Moto2.

2 dari 2 halaman

Tekad untuk Mengejar Marquez

Tekad untuk Mengejar Marquez

Memulai perjalanan karier di dunia profesional, Vinales langsung tancap gas dengan menjuarai ajang CEV pada 21 November 2011 di usia yang baru menginjak 15 tahun. Gelar juara tersebut diraih berkat penampilan yang sangat konsisten. Pebalap asal Spanyol tersebut selalu naik podium di setiap seri.

Pada musim Vinales menjadi kampiun tersebut, Alex Rins menempati posisi ketiga, Jorge Navarro peringkat sembilan, dan Alex Marquez di urutan ke-11.

Setelah itu Maverick Vinales mendapat kesempatan untuk tampil di Kejuaraan Dunia, tepatnya kelas 125cc (kini Moto3), berkat sponsor dari selebritas,  Paris Hilton. Model berambut pirang tersebut juga menjadi pemilik tim yang dibela Vinales, Blusens. Hasil yang diraih Vinales pada musim pertamanya cukup mengesankan: empat kemenangan dan bercokol di peringkat tiga klasemen akhir.

Namun, saat Vinales memulai perjalanannya di Moto3, Marquez kembali unggul satu langkah darinya karena telah naik kelas ke Moto2 setelah menerima pinangan tim Monleau dan langsung menjadi juara dunia di musim perdananya.

Jika Marquez hanya membutuhkan satu tahun untuk naik kelas ke Moto2, Vinales membutuhkan waktu lebih lama yakni tiga tahun sebelum direkrut Kalex pada 2014. Di saat yang sama Marquez justru telah menjadi dua kali juara dunia MotoGP bersama Repsol Honda dan Vinales masih berada dalam bayang-bayang The Baby Alien.

Tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di kelas Moto2, Vinales kemudian menerima pinangan Suzuki Ecstar yang kembali ke ajang MotoGP pada 2015. Kala itu manajer Suzuki, Davide Brivio, menyebut Vinales sangat ambisius untuk memulai perjalanan kariernya di kelas tertinggi.

"Pada awalnya kami berniat merekrut Vinales untuk musim 2016. Namun, ketika pertama kali bertemu, dia meyakinkan kami bahwa dia bisa langsung memulai debut di musim 2015," ujar Brivio.

Menerima pinangan Suzuki berarti telah membuat Vinales berada di kelas yang sama dengan Marquez. Namun, pebalap berujul Top Gun tersebut belum mampu tampil maksimal dengan hanya menempati urutan ke-12 klasemen akhir sementara Marquez menjadi runner-up di bawah Lorenzo yang menjadi juara dunia saat itu.

Pada MotoGP 2016, Vinales akhirnya bisa unjuk gigi dan mengingatkan kembali Marquez tentang rivalitas mereka yang sudah terbangun sejak masih belia. Balapan MotoGP Inggris di Sirkuit Silverstone, pada 4 September 2016, menjadi momen bersejarah bagi Vinales. Impian pria Spanyol tersebut merengkuh kemenangan di ajang MotoGP akhirnya menjadi kenyataan dan mengungguli Marquez yang saat itu menempati posisi keempat.

Vinales juga mengakhiri penantian panjang Suzuki untuk kembali mencicipi kemenangan di kelas MotoGP, yang terakhir direngkuh pada musim 2007. Keistimewaan kemenangan itu bertambah panjang dengan fakta bahwa Vinales merupakan satu-satunya pebalap yang mengoleksi kemenangan di tiga kelas sekaligus (dalam format terbaru), yaitu Moto3, Moto2, dan MotoGP.

Kini Maverick Vinales telah menjadi bagian dari Movistar Yamaha, tim kuat yang mungkin bisa membantunya mewujudkan impian untuk mengungguli Marquez. Patut dinantikan apakah Vinales berhasil membalaskan dendam kekalahan yang tersimpan sejak masih belia, atau justru harus kembali berada di bayang-bayang Marquez di akhir musim MotoGP 2017?

Video Populer

Foto Populer