Sukses


Terancam Dibunuh, Enes Kanter Ingin Jadi Warga Negara Amerika

Bola.com, New York- Pemain Oklahoma City Thunder, Enes Kanter, mendapat ancaman pembunuhan akibat kritik kerasnya kepada pemerintahan Turki. Pebasket berposisi center tersebut saat ini tengah mempertimbangkan untuk mengubah kewarganegaraannya.

Kanter mendapat penolakan ketika mencoba masuk ke Rumania karena polisi setempat mendapat informasi paspornya masuk dalam kategori ancaman untuk Turki. Setelah kejadian tersebut Kanter kemudian bertolak ke London dan kembali ke New York untuk mendapat penjelasan dari pihak otoritas Amerika Serikat.

Dalam konferensi persnya, Kanter berujar mendapat dua kali ancaman pembunuhan belum lama ini.

"Keadaan ini benar-benar gila," ujar Kanter.

Kanter sebelumnya terkenal karena kritik kerasnya kepada pemerintahan Presiden Tayyip Erdogan yang disebut-sebut meniru kepemimpinan Adolf Hitler.

"Saya menyebutnya sebagai usaha untuk mengkriminalisasi seseorang. Tahun lalu mereka melakukan itu untuk diri mereka sendiri dan saat ini pemerintahan Erdogan telah menguasai kepolisian, tentara, hukum, dan media," tutur Kanter.

Kanter mengatakan dengan jujur dirinya merupakan pendukung Fethulla Gulen yang menentang pemerintahan Erdogan. Kanter sempat merasa bakal dipulangkan ke Turki ketika tak diperbolehkan memasuki Rumania.

"Tidak ada demokrasi, tidak ada kebebasan untuk berbicara dan beragama saat ini. Saat ini mungkin mereka bakal melakukan penyadapan kepada ibu, ayah, dan kakak saya dan memasukkan mereka ke penjara. Hal ini benar-benar tidak lucu," ujar Kanter.

Kanter saat ini telah memiliki green card, tapi belum memiliki paspor Amerika Serikat. Permasalahan ini membuat jadwal Kanter melakukan kunjungan ke beberapa negara mendapat masalah dan sempat tak bisa masuk ke Kanada ketika Oklahoma City Thunder menghadapi Toronto Raptors.

Enes Kanter telah bermain di NBA untuk enam musim. Dia mencatatkan rata-rata 14,3 poin dan 6,7 rebound per gim musim ini untuk Thunder. Kanter telah mengetahui persyaratan untuk menjadi warga negara Amerika Serikat dan berharap masalah ini segera selesai.

Video Populer

Foto Populer