Sukses


4 Hal yang Disorot pada Laga Bulutangkis di Olimpiade 2016

Bola.com, Jakarta - Sejak dipertandingkan pada di Barcelona pada 1992, bulutangkis menyuguhkan berbagai cerita di ajang Olimpiade.  Salah satu ceritanya adalah dominasi negara-negara Asia dan sebagian negara Eropa. Atlet-atlet dari China, Korea Selatan, dan Indonesia, masih menjadi pusat prestasi maupun pusat perhatian. Eropa mencuri sedikit perhatian dari Denmark maupun Inggris.

Pada Olimpiade kali ini, bulutangkis bakal pentas di Rio de Janeiro, Brasil. Negara ini jelas tak familier dengan olahraga tepok bulu ini. Belum ada pebulutangkis Brasil yang mampu berbicara di level dunia. Tak heran, perhelatan laga-laga bulutangkis pun dinanti-nantikan dengan antusias, namun juga diiringi sedikit keraguan dan kekhawatiran.

Inilah 4 hal yang disorot menjelang perebutan medali bulutangkis di Olimpiade 2016, seperti dilansir AP, Jumat (23/6/2016):

Skandal

Bulutangkis diguncang sejumlah skandal pada beberapa tahun terakhir. Olimpiade 2016 ini diharapkan menjadi pembuktian bahwa para pelaku bulutangkis telah melangkah menuju era baru.

Pada Olimpiade 2012 di London, empat ganda putri didiskualifikasi oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) karena dianggap mencederai fair play dengan berusaha kalah supaya mendapat undian lebih baik pada babak berikutnya. Dua pasangan berasal dari Korea Selatan, sedangkan dua ganda lainnya masing-masing berasal dari China dan Indonesia.

Pada laga antara ganda Indonesia Meiliana Jauhari/Greysia Polii kontra wakil Korea Selatan, Ha Jung Eun/Kim Min Jung, di laga pamungkas Grup C, kedua pasangan malah sama-sama mencoba kalah supaya terhindar dari unggulan utama, Wang Xiaoli/Yu Yang.

Pasangan ganda putri China, Wang Xiaoli/Yu Yang, salah satu dari empat pasangan yang didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012 karena kontroversi pengaturan pertandingan (match fixing). (CBS News)

Pertandingan lainnya di Grup A, antara Wang Xiaoli/Yu Yang kontra wakil Korsel lainnya, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, juga berlangsung kontroversial. Kedua pasangan juga sama-sama ingin kalah, demi bertemu lawan ringan pada babak berikutnya.

Dua pemain dari dua ganda Korea yang terlibat skandal tersebut Kim Ha-na dan Jeong Kyung-eun, bakal berlaga di Olimpiade 2016. “Waktu telah berlalu, saya telah bangkit dan menjadi lebih dewasa. Meskipun memori buruk itu masih ada, saya tak akan melakukan kesalahan yang sama,” kata Kim baru-baru ini.

Skandal lain yang mengguncang bulutangkis adalah kasus doping yang menjerat bintang bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei, pada November 2014. Chong Wei dijatuhi sanksi tak boleh bertanding selama delapan bulan setelah tidak lolos dalam tes doping jenis dexamethasone saat mengikuti kejuaraan dunia tiga bulan sebelumnya.

Namun, setelah terbebas dari hukuman, Chong Wei perlahan bangkit. Kini bintang bulutangkis Malaysia tersebut telah kembali menduduki ranking satu dunia, yang pernah lepas dari genggamannya.

Skandal ketiga menimpa bintang bulutangkis Jepang, Kento Momota. Gara-gara terlibat judi ilegal di negaranya, Momota kehilangan kans tampil di Olimpiade Rio de Janeiro. Dia dicoret dari tim bulutangkis Jepang yang akan berlaga di Olimpiade. Saat dijatuhi hukuman Kento sedang menduduki peringkat kedua dunia di nomor tunggal putra.

2 dari 2 halaman

1

Akhir Dominasi China?

China sangat mendominasi dengan memenangi lima medali emas bulutangkis pada Olimpiade 2012. Tahun ini, para pemain top China juga bakal menjadi favorit lagi dalam perburuan medali emas.

Namun, persaingan di Rio kemungkinan lebih terbuka setelah Olimpiade mengubah aturan. Setiap negara hanya boleh mengirimkan dua wakil di masing-masing nomor. Sebelumnya, tiap-tiap negara bisa meloloskan tiga wakil, yang tentu saja sangat menguntungkan China yang memiliki pemain berlimpah.

Bahkan tanpa perubahan peraturan, negara-negara lain juga mulai bangkit menantang dominasi Negeri Tirai Bambu. Peringkat satu dunia untuk nomor tunggal putra dan tunggal putri diisi pemain non-China, yaitu Lee Chong Wei (Malaysia) dan Carolina Marin (Spanyol). Namun, China juga masih mengancam karena peringkat kedua dan ketiga di dua nomor itu dihuni pemain-pemain Negeri Tirai Bambu.

Hattrick Lin Dan?

Tunggal putra China, Lin Dan, dianggap sebagai salah satu pebulutangkis terbaik sepanjang masa. Meski sudah tak lagi muda, Super Dan bakal memburu hattrick medali emas di ajang Olimpiade.

Lin Dan memenangi emas di Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012. Dalam dua kesempatan itu dia mengalahkan seteru beratnya, Lee Chong Wei. Bintang Malaysia itu dinilai juga bakal menjadi rival terberatnya dalam perburuan medali emas di Rio de Janeiro.

Tunggal putra China, Lin Dan. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Lin Dan saat ini menempati ranking ketiga dunia, sedangkan Chong Wei baru saja naik ke peringkat satu dunia, sekaligus menggeser pemain China, Chen Long, ke urutan kedua. Umur kedunya juga hanya berselisih setahun: Lin Dan 32, Chong Wei 33. Tak heran, publik bulutangkis dunia berharap bisa melihat ulangan laga klasik keduanya di final Olimpiade Rio 2016.

Venue Pertandingan

Brasil bukan salah satu kekuatan tradisional bulutangkis. Jadi, muncul kekhawatiran tentang dukungan fans dan layout arena pertandingan yang akan digunakan.

Pada kunjungan ke Brasil tahun lalu, Lin Dan menyebut venue bulutangkis berukuran terlalu kecil. Aliran udara dan angin juga menjadi sumber kekhawatiran. Para pemain khawatir karena belum pernah menjajal venue tersebut, sehingga tidak bisa memperkirakan besarnya angin maupun aliran udara di dalam gedung. 

Keberadaan fans juga jadi sorotan, karena dikhawatirkan pertandingan-pertandingan bulutangkis bakal sepi penonton. Maklum, bulutangkis bukan olahraga yang populer di Negeri Samba tersebut. 

Video Populer

Foto Populer