Sukses


5 Faktor Pendukung Marquez Juara Dunia MotoGP 2016

Bola.com, Motegi - Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, menyegel titel juara dunia 2016 setelah memenangi MotoGP Jepang di Sirkuit Motegi, Minggu (16/10/2016). Kepastian gelar tersebut didapat Baby Alien setelah dua seteru utamanya, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, gagal finis karena crash.

Dengan kemenangan di Motegi, Marquez telah mengantongi 273 poin. Koleksi poinnya ini tak mungkin dikejar oleh Rossi maupun Lorenzo dalam tiga balapan terakhir, yaitu di Phillip Island (Australia), Sepang (Malaysia), dan Valencia (Spanyol). Rossi tetap bercokol di posisi kedua dengan 196 poin (defisit 77 poin dari Marquez) dan Lorenzo mengoleksi 182 poin. 

Ini merupakan gelar juara dunia ketiga bagi Marquez di kelas MotoGP. Sebelumnya, Baby Alien merebut gelar serupa pada musim 2013 dan 2014.

Keberhasilan Marquez memenangi persaingan dengan Rossi dan Lorenzo kali ini tak terlepas dari konsistensinya. Dia menjadi satu-satunya pebalap yang selalu meraup poin pada setiap seri musim ini. Selain itu, Marquez juga lebih cermat dan lebih matang pada musim ini. Apa lagi kunci Marquez hingga berhasil menyegel gelar MotoGP musim ini?

Berikut ini 5 kunci keberhasilan Marc Marquez merebut gelar juara dunia MotoGP 2016 versi Bola.com: 

1. Konsisten di Tiap Balapan 

Marquez menjadi satu-satunya pebalap yang selalu berhasil meraup poin pada musim ini.  Dari 15 kali balapan yang sudah dilakoni, Marquez lima kali menjadi juara, tiga kali finis di posisi runner up, dan tiga kali naik podium ketiga. 

Pada empat balapan lainnya Marquez tak berhasil naik podium. Bahkan, pada MotoGP Prancis, dia juga tetap mampu meraup poin meskipun crash. Saat itu, pebalap Spanyol tersebut mampu melanjutkan balapan dan finis di posisi ke-13. 

2 dari 3 halaman

1

2. Lebih Dewasa dan Perhitungan 

Setelah gagal total pada musim 2015, Marc Marquez mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. Salah satunya untuk lebih cermat dalam berhitung.  

Pada musim ini, dalam beberapa kesempatan Marquez tak memaksakan untuk selalu mengejar kemenangan jika situasinya tak memungkinan. Dia kerap memilih bermain aman untuk memuluskan misinya meraih gelar juara dunia. Seperti yang diper

Dia sadar terlalu ngotot menang tanpa perhitungan seperti pada musim 2015 justru merugikan karena kadang malah berakhir crash dan akhirnya tak memperoleh poin. 

Marquez kini sudah berubah. Dia lebih dewasa dalam balapan. Kedewasaan itu terlihat saat Marquez tak memaksakan jadi juara di MotoGP Assen yang berlangsung sulit karena direcoki hujan. Dia memilih finis kedua dan meraih poin ketimbang mengejar podium utama tapi akhirnya malah terjatuh.

Marquez sadar kondisi yang dihadapi saat ini sudah tak sama seperti dua musim pertamanya di MotoGP pada 2013 dan 2014. Kala itu, dia bisa menang dengan mudah. Kali ini, Marquez lebih realistis dan berujung gelar juara dunia. 

3. Nasib Buruk Rival 

Keberhasilan Marquez meraih gelar juara dunia MotoGP 2016 tak lepas dari nasib buruk dua rival utamanya, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Meskipun bermodalkan motor Yamaha yang sangat kompetitif, kedua pebalap senior tersebut beberapa kali mengalami nasib yang buruk, atau bisa juga dibilang tak tampil konsisten. 

Sepeda motor Yamaha YZR M1 tunggangan Valentino Rossi berasap di GP Mugello, Italia. Ia pun harus rela tak finish.

Hingga balapan ke-15 musim ini atau tepatnya MotoGP Jepang, Rossi sudah empat kali gagal finis, termasuk di Motegi. Bahkan, salah satu penyebab Rossi gagal finis musim ini adalah mesin yang jebol, yaitu di MotoGP Mugello. Padahal kasus seperti itu jarang dialami oleh motor Yamaha. 

Sementara itu, Lorenzo sudah tiga kali gagal finis, termasuk di MotoGP Jepang ini. Lorenzo juga sangat bermasalah dengan ban Michelin, apalagi di lintasan basah. 

Padahal di sisi lain, Marquez tampil sangat konsisten, selalu finis dan selalu meraup poin di setiap seri. 

3 dari 3 halaman

2

4. Honda Mampu Bikin Motor yang Lebih Kompetitif 

Pada uji coba pramusim MotoGP 2016, motor Honda terlihat kalah jauh dibandingkan Yamaha. Penerapan aturan penggunaan sistem elektronika yang baru dan pergantian ban dari Bridgedgestone ke Michelin awalnya sangat menyulitkan Honda. Bahkan, banyak pihak memprediksi Honda bakal sulit bersaing dengan Yamaha.

Pada paruh pertama musim ini, Yamaha mampu mendulang lima kemenangan berbanding empat milik Honda. Namun, situasi selepas jeda musim panas berbalik 180 derajat.

Yamaha mulai kedodoran dan baru satu kali menang lewat Jorge Lorenzo, sedangkan Honda sudah tiga kali merebut podium utama, termasuk lewat Dani Pedrosa yang mengalahkan Rossi di Misano.

Salah satu kunci kebangkitan Honda adalah keberhasilan meningkatkan akselerasi motor RC213V yang menjadi titik lemah pada tahun ini.

"Honda bekerja sangat keras untuk memperbaiki akselerasi motor saat keluar dari tikungan. Biasanya, motor kami (Yamaha) unggul dalam akselerasi, sedangkan Honda lebih baik dalam pengereman sebelum masuk tikungan dan lebih lincah sehingga pebalap gampang mengubah arah motor," ujar Valentino Rossi mengomentari motor Honda yang perkasa.

5. Marquez dan Honda Pintar Memilih Strategi  

Salah satu kunci di balik keberhasilan Marquez memenangi gelar juara musim ini adalah kecermatan dalam memilih strategi. Salah satu bukti dari hal tersebut adalah kemenangan Marc Marquez pada MotoGP Jerman pada 17 Juli 2016.

Repsol Honda dan Marquez mampu menerapkan strategi secara sempurna dalam kondisi balapan flag-to-flag. Honda tanpa ragu memilih masuk pit lebih awal dan memakai ban slick (kering) saat kondisi trek belum sepenuhnya kering. Di sisi lain, mekanik Honda juga layak mendapat apresiasi karena mampu memperbaiki motor yang rusak parah dalam waktu singkat sehingga siap digunakan untuk lomba.

Kemenangan sensasional Marc Marquez pada MotoGP Jerman di Sirkuit Sachsenring itu menyimpan fakta menarik. Pebalap Repsol Honda itu ternyata mengendarai motor rusak pada fase kedua lomba!

Tak sampai tiga jam sebelum lomba, motor RC213V yang dipakai Marquez untuk memenangi balapan rusak parah akibat crash pada sesi pemanasan. Si Bayi Alien kehilangan kontrol pada tikungan 8 dan terjatuh. Motornya lantas terguling beberapa kali di gravel trap hingga hancur. Marquez tak cedera dan masih bisa melanjutkan sesi pemanasan. Rider asal Spanyol itu memakai motor kedua untuk menyelesaikan lap terakhirnya sekaligus mendapatkan feeling dengan kuda besi tersebut.

Motor Marquez yang rusak parah tiba di garasi tim Repsol Honda tepat pada saat sesi pemanasan berakhir. Para mekanik tak membuang waktu dan langsung memperbaiki motor tersebut agar bisa digunakan saat lomba. Perbaikan selesai tepat waktu. Motor Marquez sudah siap digunakan hanya beberapa menit sebelum lomba dimulai.

Saat pitlane dibuka, Marquez langsung menjajal motor tersebut dan menyelesaikan satu lap guna memastikan tak ada masalah. Pebalap berusia 23 tahun itu lalu balik ke pit dan kembali ke trek dengan memakai motor kedua yang digunakan untuk fase pertama lomba. Balapan MotoGP Jerman memakai format flag-to-flag karena kondisi trek yang basah akibat hujan. Artinya, pebalap bisa masuk pit untuk mengganti motor dan ban jika trek mulai mengering.

Pada pertengahan lomba, tepatnya di lap ke-17, Marquez sempat keluar trek. Namun, berkat pengalaman beraksi di dirt track, dia tak terjatuh di gravel dan bisa melanjutkan lomba. Kejadian itu, ditambah kondisi trek yang mulai mengering di beberapa titik, membuat Marquez memilih melakukan perjudian strategi. Dia mengganti motor lebih awal ketimbang pebalap lain yang ada di depan, termasuk Valentino Rossi.

Apa yang dilakukan Marquez terbilang berani. Selain memakai ban slick (kering) meski trek belum sepenuhnya kering, dia juga mesti merampungkan balapan yang tersisa 13 lap lagi dengan motor yang beberapa jam sebelumnya masih rusak parah.

Peluang motor kembali rusak karena batu yang terperangkap di mesin dan menyebabkan mesin jebol masih ada. Namun, skenario terburuk itu tak terjadi dan Marc Marquez mampu meraih salah satu kemenangan terbaiknya sepanjang kariernya. 

  

 

 

 

Video Populer

Foto Populer