Sukses


Kolom: Kekuatan Fans Rio Haryanto, Pinjam Analogi Fans Sepak Bola

Bola.com, Jakarta - Ada ujar-ujar yang menyebutkan, "kalau ingin Formula One (F1) sukai apa adanya, dengan atau tanpa Rio Haryanto". Senada, "dengan absen atau hadirnya Rio, balap F1 terus berjalan".

Sesak Napas Barcelona 

Saat mencernanya, ingatan saya justru melayang kepada salah satu refrain lagu grup band rock asal Irlandia, U2: with or without you, with or without you (oh) ... I can't live with or without you.

Beberapa kali, saya menjumpai ada pihak perorangan atau kelompok yang tidak sungkan menyatakan, "Kami ini mendadak F1, karena ada Rio itulah jadinya ingin tahu". Suatu hal yang patut diacungi jempol. Mirip dengan saya dan suami saya, yang kurang mendalami soal persepakbolaan. Padahal kami tinggal di kawasan yang dikepung tiga kesebelasaan Inggris: Arsenal, West Ham dan Chelsea.

Cuma gara-gara kami berdua terbang ke luar London Heathrow (LHR) dengan sebuah maskapai yang bermarkas di Timur Tengah, saya jadi bisa memahami gelegar sepakbola sekaligus memberi garis tebal di bawah kata "kekuatan fans". Hal ini juga bisa ditarik sebagai potret penggemar Rio Haryanto, dalam skala lebih luas.

Dalam tayangan singkat di kabin pesawat, saya dan suami dibuat tersenyum geli sekaligus mengakui betapa cerdas penggagasnya. Bila selama ini penumpang mungkin bosan dengan tampilan petunjuk keselamatan penerbangan yang formal dan penuh instruksi, maskapai ini membuatnya dengan format analogi fans terhadap pujaan mereka.

Semisal--ini yang paling kami suka--informasi saat tekanan udara di kabin turun, masker akan jatuh secara otomatis. Tayangannya adalah ekspresi fans sepak bola yang histeris saat melihat skuat FC Barcelona (FCB) berjalan keluar menuju terminal kedatangan bandara, seperti Lionel Messi, Neymar, Luis Suarez, Gerard Pique, dan kawan-kawan. Para penggemar ini segera meraih masker, memasangnya di area hidung dan mulut, sebagai pertanda kesulitan bernapas.

Lalu larangan merokok di pesawat, digambarkan seorang wasit memberikan sanksi berupa kartu merah di kamar kecil. Saat terjadi keadaan darurat divisualisasikan dengan tendangan di kotak penalti. Pendek kata, tayangan instruksi ini sungguh seru dan sangat kami tunggu-tunggu setiap hendak take-off.

Meminjam visualisasi yang saya simak di pesawat soal penggemar yang sesak napas di terminal kedatangan bandara, rasanya tidak sulit untuk dimengerti: mengapa ada penyuka F1 yang baru muncul atau hanya ada karena Rio.

Lajang kelahiran Solo ini punya magnet: performa dan pesona. Kalaupun segi performa harus diabaikan dahulu karena ia turun bersama tim yang belum mampu memberinya kesempatan unjuk gigi juga tidak mengapa. Yang jelas ia adalah atlet otomotif Tanah Air pertama, dalam memasukkan nama Indonesia sebagai negara peserta F1.

Tak kalah penting, lahirnya fans "Gelombang Baru Rio" (GBR? Tolong, jangan rancu dengan singkatan paten tempat saya berada, The Great Britain) juga mendatangkan keuntungan. Jelas menambah jumlah penonton F1, menaikkan traffic perbincangan di media sosial, memberikan keuntungan bagi maskapai penerbangan, sarana akomodasi, sampai penjualan tiket di sirkuit karena mereka ingin menonton langsung. Lantas di sirkuit, juga terjadi aktivitas selfie bersama Rio serta antrean tanda-tangan pula.

Belum lagi live streaming kanal-kanal online, langganan televisi kabel, pemilihan kanal televisi, sampai acara nonbar (nonton bareng). Lalu dari segi sosial, pertemanan baru pun bermunculan sebagai kelanjutan dari perkenalan sesama fans Rio Haryanto. Secara umum, mengumpulkan kawan tentu lebih menyenangkan daripada seteru.

2 dari 2 halaman

1

Soal Tagar Impian

Saat ini, bersama para penggemar balap jet yang sudah lama--atau terhitung bukan gelombang baru karena Rio--fans Rio berada dalam kondisi menunggu. Berharap-harap cemas agar pujaannya segera mendapatkan kursi dalam bursa pebalap F1 2017.

Para penggemar dan pemerhati yang kreatif telah menurunkan serangkaian analisis, baik berupa tulisan sampai sketsa dan diagram tentang berbagai kemungkinan tim calon peminang Rio. Senada yang melakukan cuitan bernada suportif di media sosial Twitter.

Sampai tiba suatu saat, beredar tagar nama Rio bersanding dengan tim keinginan atau harapan fans. Komentar pun bermunculan, karena administrator tim tujuan yang di-mention ataupun di-tagar merasa keberatan dengan luapan "banjir" ini sehingga menggolongkannya sebagai bentuk spam.

Pada satu sisi, masa ini adalah era teknologi informasi, di mana jarak antara bintang dan penggemar bisa dijembatani dengan media sosial sehingga menjadi dekat. Dikenal dengan prinsip "mendekatkan yang jauh" (dan bukan sebaliknya). Kebebasan berekspresi tentu bisa dilakukan, meski soal etika tetap tak dapat dikesampingkan. Atau sederhananya kebablasan. Gerahnya pihak yang "dihujani" tagar bisa dimengerti, karena menampilkan sampah di lini masa dan menenggelamkan pesan-pesan penting.

Meski begitu, tuduhan kepada fans juga perlu ditelaah. Tak semua penggemar serta merta menyampaikan mimpi mereka atas sang bintang langsung lewat cuitan. Spammers dan atau haters juga sangat berpotensi ambil peran.

Fans yang bersikap dewasa sanggup berperan aktif, dengan menjaga sikap di media sosial, seperti memahami posisi pihak-pihak yang sudah atau akan berkait sang bintang, karena bisa memberikan dampak tertentu bagi performa, pesona, sekaligus penilaian atas pujaannya. Atau kalau mau meminjam tayangan keselamatan penerbangan ala FC Barcelona lagi: jangan sampai melakukan hal yang bisa disemprit wasit dan disodori kartu merah.

Di atas semua itu, good luck F1 driver number 88, Rio Haryanto! Selamat berjuang mendapatkan penyandang dana dan selamat mempunyai suporter yang fanatik serta mampu menghadirkan gelombang fans tersendiri. Citarasa Indonesia. Negeri kita.

Ukirsari Manggalani 

* seorang penulis travel dan mantan editor sport automotive sebuah tabloid di Tanah Air, saat ini bermukim di London bersama pasangan hidupnya, dan berbagi pandangan seputar F1 dan MotoGP di Boladotcom

 

 

Video Populer

Foto Populer