Sukses


Maya Sheva, Karateka yang Merasa Cantik Saat Bertarung di Arena

Bola.com, Jakarta - Cantik bisa didefinisikan dengan berbagai cara dan persepsi. Bagi karateka DKI Jakarta, Maya Sheva, kata cantik justru muncul di benaknya ketika sedang bertarung di tengah arena menghadapi rival-rivalnya.  

Bagi Maya, karate sudah seperti napas dalam kehidupannya. Atlet berusia 23 tahun tersebut menempuh jalan berliku untuk bisa mewujudkan cita-citanya berkiprah di arena karate. Bahkan, dia harus berjuang keras meraih restu dari orang tua, terutama sang ibu. Setapak demi setapak dia berjuang hingga kini telah mengantongi banyak prestasi. 

Tak heran, karate menjadi pusat kehidupan Maya. Begitu pun saat mendefiniskan kata "cantik", Maya tetap mengaitkannya dengan dunia karate. Menurutnya, saat berjibaku meraih kemenangan di arena karate dengan berpeluh keringat, Maya justru merasa jadi perempuan yang cantik.     

"Saya tetap merasa seperti seorang wanita meski harus beradu pukul seperti pria ketika berada di arena. Mungkin untuk kebanyakan orang wanita cantik identik dengan dandan dan penampilan anggun, tapi saya bukan wanita seperti itu," ujar Maya ketika berkunjung ke kantor Bola.com, pada April. 

Maya Sheva (Bola.com/Adreanus Titus/M Iqbal Ichsan)

Seperti apa awal perjuangan Maya untuk menjadi karateka profesional? Menurut Maya, orang tua, terutama sang ibu, awalnya tak memberi izin. 

"Awal ikut karate itu orang tua tidak tahu. Saya diam-diam ikut latihan hingga akhirnya ketahuan dan kemudian sempat dilarang untuk melanjutkan karate," ujar penggemar Iko Uwais tersebut.

Situasi tersebut tak membuat Maya patah arang. Alumnus Universitas Nasional itu tetap tekun berlatih karate yang membawanya ke berbagai prestasi hingga akhirnya kedua orang tuanya luluh.

"Butuh proses cukup lama untuk meyakinkan kedua orang tua kalau saya ingin serius di karate. Perjuangan itu pada akhirnya tak sia-sia. Kini Papa dan Mama sudah memberi dukungan sepenuhnya," tutur Maya Sheva

Meski sempat mencoba beberapa olahraga lain seperti sepak bola dan basket, Maya Sheva tetap merasa jiwanya ada di karate. Padahal di dua cabang tersebut, Maya cukup berprestasi dengan meraih juara pertama dan ketiga di tingkat daerah.

2 dari 4 halaman

Emas PON 2016

Emas PON 2016

Keyakinan Maya Sheva terus menggeluti karate ketimbang cabang olahraga lain terbayar manis. Pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat, Maya yang mewakili kontingen DKI Jakarta sukses merebut medali emas.

Maya Sheva juara pada kelas kumite -50 kg putri setelah menaklukan Merlin Entamoing, karateka asal Maluku. dengan kemenangan hantai.

"Semua kerja keras saya terbayarkan ketika meraih medali emas PON 2016. Saya sebelumnya selalu memimpikan hal tersebut dan tahun lalu itu menjadi kenyataan," tutur Maya.

Siapa sangka, di balik parasnya yang cantik ternyata Maria Sheva merupakan karateka handal. (Bola.com M Iqbal Ichsan)

Bagi Maya meraih medali emas PON menjadi kebanggan tersendiri. Meski sebelumnya merengkuh medali perunggu pada ajang turnamen Thailand Terbuka pada 2015, karateka berusia 23 tahun itu merasa gelar juara PON lebih berarti.

"Medali emas PON ini bagi saya sebuah pembuktian sebagai seorang atlet. Boleh saja banyak atlet lain yang bangga mendapat prestasi di luar negeri, tapi menurut saya hal itu bakal menjadi percuma jika di sepanjang kariernya belum pernah sekalipun mempersembahkan medali untuk daerahnya," ujar penggila Jackie Chan itu.

3 dari 4 halaman

Impian Membela Indonesia

Impian Membela Indonesia

Sayangnya emas PON tak menjamin langkah Maya membela Tim Merah Putih. Atlet berpostur mungil tersebut tak masuk dalam pelatnas karate untuk SEA Games 2017 Malaysia. Maya pun mengaku kecewa karena tak bisa membela Indonesia di ajang internasional.

Dia juga sempat terpuruk dan kecewa karena menilai PB FORKI tak melakukan penilaian secara jujur dalam pemilihan atlet yang ikut pelatnas. Namun, sarjana Jurusan Jurnalistik itu mencoba berlapang dada.

"Kecewa sekali dengan kebijakan FORKI yang tidak memasukkan nama saya di pelatnas. Padahal karateka yang prestasinya di bawah saya ketika PON 2016 ada di pelatnas," ujar Maya.

Atlet Karate DKI Jakarta, Maya Sheva, saat melakukan sesi pemotretan di studio Bola.com, Jakarta, Kamis (13-04-2017). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

"Namun, saya mencoba berbesar hati dan tidak menyimpan dendam. Mungkin jika memang waktunya sudah tiba, Tuhan bakal memberi saya kesempatan untuk membela Indonesia di event internasional seperti SEA Games dan Asian Games," sambungnya.

Tidak terplih untuk masuk ke pelatnas bahkan sempat membuat Maya minder saat harus menggunakan lambang Garuda ketika tampil pada Liga Primer Karate 1 Dubai, Uni Emirat Arab, 31 Maret - 2 April 2017. Bahkan Maya mengganti lambang Garuda di dada kirinya dengan logo DKI Jakarta karena merasa masih belum pantas menjadi wakil Indonesia di event internasional.

"Apapun lambang yang ada di dada kiri kalian, itu yang harus kalian perjuangkan. Saya tahu diri belum pantas memakai lambang Garuda karena bukan bagian dari pelatnas, karena itu saya memilih memakai logo DKI Jakarta karena saya berasal dari sana," ujar Maya.

4 dari 4 halaman

Karier Di Luar Karate

Karier Di Luar Karate

Tak hanya menjalani keseharian sebagai seorang karateka, Maya juga disibukan dengan kegiatan lain di luar arena. Baru-baru ini Maya mendapat kesempatan untuk bergabung dengan Uwais Team, sebuah manajemen milik aktor laga Iko Uwais yang fokus membuat koreografi pertarungan di film action.

Bersama Uwais Team, Maya berkesempatan tampil di layar lebar sebagai pemeran pengganti. Kesempatan ini sangat disyukuri karena Maya merasa bisa menyalurkan kemampuan bela dirinya di bidang seni.

"Sejak dulu selalu punya keinginan tampil di film action, sekarang sudah ada kesempatannya dan saya sangat bersyukur sekali," ujar Maya.

Mulai dari emas di PON 2016 Jawa Barat hingga juara pertama pada Turnamen Kobe Osaka Open di Malaysia pernah diraih oleh Maria Sheva. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Maya menyadari menjadi atlet di Indonesia terutama di cabang karate tidak bisa dijadikan tempat untuk menggantungkan hidup. Namun, gadis keturunan Arab-Betawi itu memiliki sebuah impian yakni membangkitkan kembali Dojo Condet yang dulu menjadi tempat pertamanya mengenal karate.

"Jika nanti sudah tidak aktif sebagai atlet dan memiliki cukup dana, saya ingin kembali membangkitkan kembali dojo tempat saya pertama kali mengenal karate. Mungkin ini sebagai balas budi atas apa yang telah tempat itu berikan kepada saya hingga akhinya bisa menjadi seperti sekarang ini," tutur Maya Sheva.

 

 

 

Video Populer

Foto Populer