Sukses


Rivalitas El Clasico: Kala Santiago Bernabeu Memuja Ronaldinho...

Bola.com - Hamparan bintang bertabur indah di langit Stadion Bernabeu. David Beckham berjalan lesu tak berdaya. Wajahnya murung. Matanya menerawang jauh, memandang suporter Real Madrid pulang dengan kecewa. Ia melihat Ronadinho mengumbar senyum kepada fans Barcelona. Alangkah kecewanya Beckham karena tak mampu berbuat apa-apa setelah Los Galacticos menyerah 0-3 dari Blaugrana.

Menit ke-77, papan skor raksasa di dalam stadion masih menunjukkan angka 0-2 untuk keunggulan Barcelona. Menyisir dari sayap kiri, Ronaldinho menggiring bola dengan lincah menusuk jantung pertahanan Real Madrid. Bek Sergio Ramos mencoba menempel, tetapi ia telat.

Ronaldinho lepas dari kawalan. Pemain lincah berambut ikal itu kemudian melepaskan tembakan mendatar ke pojok kiri gawang Madrid. Gol! Sontak histeria tumpah ruah di Bernabeu. Tidak hanya suporter tim tamu, suporter Madrid pun ternyata melakukan standing applause untuk permainan Ronaldinho yang begitu memesona.

Iker Casillas terpana. Di pinggir lapangan, Ronaldinho berlari riang gembira. Senyumnya ibarat menebar cinta untuk para penggemar permainan indah bernama sepak bola. Laga ini pun menjadi salah satu momen ikonik dalam perjalanan sejarah El Clasico yang sejak puluhan tahun lalu kental dengan nuansa rivalitas membara. 

Ronaldinho mengelabui Michel Salgado dalam laga El Clasico di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, (19/11/2005). Ronaldinho mencetak dua dari tiga gol kemenangan Barcelona. (AFP Photo/Javier Soriano)

"Saya takkan pernah melupakannya. Sangat sedikit pemain yang merasakan pengalaman seperti itu," ujar Ronaldinho. Sejarah mencatat, sebelum Ronaldinho, terakhir kali pemain Barcelona mendapat standing applause di Bernabeu terjadi saat Diego Armando Maradona mencetak gol indah ke gawang Madrid pada 26 Juni 1983.

Oleh karena itu, tak heran standing applause untuk Ronaldinho di Bernabeu itu menjadi pemberitaan utama media-media Spanyol. Marca, misalnya, yang menuliskan, "19 November 2005: Hari Barcelona yang meninggalkan Bernabeu dengan tepukan tangan." di judul halaman depan.

Ronaldinho berlabuh ke Camp Nou dari Paris Saint-Germain pada 21 Juli 2003. Menurut UEFA, El Barca harus memecahkan rekor transfer klub ketika menggelontorkan dana sebesar 30 juta euro (sekitar Rp 437 miliar) demi mendapatkan tanda tangan pemain kelahiran Porto Alegre, 20 Maret 1980.

Upaya Barcelona itu tidaklah sia-sia. Bahkan, kesuksesan merekrut Ronaldinho dianggap sebagai salah satu transfer sukses, jika mengacu terhadap rivalitas Barcelona dan Madrid. Maklum, sepanjang musim panas 2003, kedua klub raksasa itu diberitakan saling sikut untuk merekrut Beckham yang kala itu berstatus sebagai bintang Manchester United.

Bintang
Ronaldinho dan Beckham adalah gambaran dua sosok berbeda dalam dunia sepak bola. Mencari bintang di luar lapangan, Beckham-lah jawabannya. Ibaratnya, jika sang istri, Victoria, adalah Spice Girl, Beckham adalah Spice Boy. Dalam hal komersial, Beckham pun sudah kenyang menjadi ikon mode yang begitu istimewa.

Oleh sebab itu, wajar dalam diri Beckham tersimpan segala keseksian yang dirindukan banyak orang. Model rambutnya selalu berganti-ganti. Di telinganya dikenakan anting. Pun halnya berbagai hiasan tato di lengan, badan, hingga leher yang bisa membuat para wanita "teler". Tak berlebihan pula jika People Magazine, pada Rabu (18/11/2015), menobatkan Beckham sebagai Pria Terseksi 2015.

Namun, keberhasilan Beckham tidak dibarengi kesuksesan yang mencolok sebagai bintang di dalam lapangan. Berbeda jika bicara tentang Ronaldinho. Toh, Ronaldinho berasal dari Brasil yang dikenal sebagai produsen para maestro sepak bola. Maklum saja, sejak 1950-an, Brasil memang sudah menggetarkan dunia kala bola mengalir indah dari kaki ke kaki milik Garrincha, Pele, hingga Tostao di ajang Piala Dunia.

Ronaldinho saat masih berusia 13 tahun dan membela klub Gremio di Brasil pada 1993. (Dok. Sportsdaily)

Bahkan, jika Beckham kecil sudah sibuk mendaftar masuk ke akademi klub-klub Eropa, Ronaldinho hanya cukup bermain di jalan-jalan bersama anjing peliharaannya. "Saya punya anjing yang istimewa. Ketika teman-teman saya bosan bermain sepak bola, saya selalu bermain dengan dia. Saya harus bekerja keras menjaga bola agar tidak direbutnya," kenang Ronaldinho mengenai masa kecilnya di Porto Alegre.

Alhasil, kegembiraan sudah menjadi ritme hidup Ronaldinho sejak kecil. Hal itu pun pada akhirnya terbawa untuk permainannya di lapangan. Lihat saja begitu Ronaldinho sudah tampil di lapangan. Senyum nan tulus selalu mengembang di wajahnya, baik ketika sukses melewati atau terjatuh usai ditekel lawan. Bandingkan dengan Beckham, yang sangat begitu menjaga penampilannya di dalam ataupun luar lapangan.

Buruk rupa
Perbedaan penampilan itulah yang menjadi alasan utama Ronaldinho tak berkarier bersama Madrid. Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan El Pais, Presiden Madrid, Florentino Perez, mengaku klubnya memang ngebet merekrut Beckham demi melebarkan sayap bisnis di Asia.

"Antara Ronaldinho dan Beckham, saya jelas akan memilih Beckham seribu kali. Lihatlah seberapa tampan Beckham, kelasnya, dan citranya. Seluruh Asia akan jatuh cinta kepada kami karena Beckham. Ronaldinho buruk rupa. Tidak ada waktu untuk merekrut dia. Dia dapat menjatuhkan Anda sebagai sebuah brand," ungkap Perez.

Beckham akhirnya resmi menandatangani kontrak empat tahun bersama Madrid pada 1 Juli 2003. Prediksi Perez pun tepat. Keuangan Madrid meningkat dengan tajam begitu Beckham resmi diperkenalkan sebagai pemain anyar Madrid di Bernabeu. 

Menurut laporan Bloomberg edisi 11 Januari 2011, begitu Beckham tiba di Bernabeu, penjualan seragam Madrid dengan nama Beckham mengalami peningkatan sebesar 67 persen dan terus meningkat 6,5 persen tiap tahunnya. Jika ditambah dengan berbagai sponsor yang dimiliki Beckham, pendapatan Madrid pun secara total melonjak sebesar 137 persen.

Namun, dua tahun berselang, Ronaldinho berhasil membuktikan, di dalam lapangan, bukanlah ketampanan yang menjadi acuan. Dua kali, Ronaldinho mampu membuat Casilas tak berdaya di Bernabeu. Kiper asal Spanyol itu tampak tak habis pikir dan seraya ingin berujar kepada Ramos dan kawan-kawan, "Ya Tuhan! Apakah itu yang kalian namakan pertahanan?"

Ronaldinho (kiri) dan Lionel Messi, saat membela Barcelona. Foto ini diunggah Ronaldinho ke Instagram miliknya saat Messi sukses memecahkan rekor gol La Liga pada 11 November 2014. (Instagram ronaldinhooficial)

Lionel Messi kala itu masih berusia 18 tahun. Satu gol kemenangan El Barca lainnya dikreasi Samuel Eto'o pada menit ke-17. Begitu peluit akhir dibunyikan wasit Iturralde Gonzalez, Beckham tampak tertunduk lesu berjalan ke arah ruang ganti. Berbeda dengan Ronaldinho yang tampak bahagia sembari mengumbar senyum nan memesona. Senyuman yang juga menggambarkan ketulusannya mencintai sepak bola.

Pada Sabtu (21/11/2015), Barcelona akan kembali bertandang ke markas Madrid dalam edisi ke-263 El Clasico di ajang La Liga. Tidak ada lagi nama Ronaldinho. Namun, memori indah 10 tahun lalu itu dipastikan takkan lekang oleh waktu. Toh, dalam tiap rivalitas membara, sepak bola haruslah tetap kembali ke khitah sebagai pemainan indah—dan bisa jadi karena hal itulah Ronaldinho begitu dipuja publik Bernabeu.

"Saya memang buruk rupa, tetapi saya memiliki daya tarik luar biasa." - Ronaldinho.

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer