Sukses


    5 Pesepak Bola Lawas Indonesia yang Pernah Bermain di PS TNI

    Bola.com, Jakarta - Klub PS TNI tengah hangat jadi buah bibir di kalangan pencinta sepak bola Tanah Air. Aksi anarkistis yang dilakukan suporternya saat pertandingan melawan Persegres Gresik United pada ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by Oordeoo dicibir banyak kalangan.

    Sejak PS TNI ambil bagian di sejumlah turnamen pengisi kevakuman kompetisi pada tahun 2015 lalu, aksi-aksi klub yang sejatinya berstatus amatir mengundang perhatian publik. Kehadiran sejumlah pemain eks Timnas Indonesia U-23 dan U-19 di jajaran tim yang dikelola TNI AD tersebut menjadi daya tarik. Bintang-bintang belia tak hanya sekedar direkrut sebagai pemain, tapi juga jadi tentara aktif.

    Usut punya usut PS TNI itu ternyata dari tahun ke tahun melahirkan banyak pesepak bola top Tanah Air.

    Para prajurit yang juga berkarier menjadi pesepak bola menghiasi skuat Timnas Indonesia dari masa ke masa. Siapa-siapa saja tentara-tentara yang sukses berkarier di dunia sepak bola nasional? Bola.com menyajikan lima di antaranya:

    Maulwi Saelan

    Maulwi Saelan, kiper legendaris Indonesia yang dikenal lewat penampilan heroiknya di Olimpiade 1956 di Melbourne, 17 November 1958. Indonesia kala itu berhasil menahan imbang Uni Soviet yang merupakan salah satu tim terkuat Eropa dan dunia.

    Maulwi Saelan berjibaku menahan gempuran striker-striker lawan, yakni Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin. Skor 0-0 bertahan hingga akhir pertandingan. Keberhasilan itu jadi pemberitaan media-media internasional. Akan tetapi, pada pertandingan ulangan sehari berselang Indonesia kalah 0-4 sekaligus gagal ke semifinal.

    Maulwi Saelan (Google)

    Penjaga gawang kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1928 itu, aktif bergabung dengan Timnas Indonesia era 1954-1958. Ia berkontribusi besar dalam keberhasilan Indonesia menembus empat besar  sekaligus sukses meraih medali perunggu di Asian Games 1954.

    Maulwi Saelan tercatat sebagai tentara aktif saat perang merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Ia kerap membela tim sepak bola TNI AD dalam sejumlah pertandingan.

    Karier sepak bolanya sebagian besar dihabiskan di tim Perserikatan PSM Makassar dan Persija Jakarta.

    Prestasi Saelan di Olimpiade 1956 didengar oleh Presiden Soekarno. Ia dipanggil Bung Karno ke istana untuk mengisi jabatan staff saat Resimen Tjakrabirawa dibentuk. Dia kemudian dapat promosi menjadi Wakil Komandan.

    Setelahnya, mulai 1966, Saelan menjadi ajudan Soekarno dan menemani proklamator Indonesia itu sampai meninggalkan Istana. Di saat bersamaan ia jadi Ketua Umum PSSI. Saat peralihan kekuasaan dari era Orde Lama ke Orde Baru, Malwi Saelan sempat mendekam di penjara.

    2 dari 5 halaman

    Kholil Danoe Atmodjo

    Kholil Danoe Atmodjo adalah pemain Timnas Indonesia seangkatan Maulwi Saelan. Ia bergabung dengan PSIS Semarang sejak 1940-an hingga akhir 1950. Sebelum jadi pesepak bola, Kholil Danoe adalah anggota tentara kesatuan Angkatan Darat.

    Ia  kerap kali membela tim sepak bola PS TNI di berbagai ajang internasional. Posisi bermain Kholil adalah gelandang tengah. Ia tercatat jadi salah satu legenda PSIS Semarang. Ia mempersembahkan gelar juara Kejurnas PSSI 1959 buat Tim Mahesa Jenar. Setelah pensiun dari sepak bola dan militer, Kholil menetap di Semarang bersama anak dan cucunya.

    3 dari 5 halaman

    Jasrin Yusron

    Jasrin Yusron berasal dari PSIS Semarang. Ia rekan seangkatan Maulwi Saelan dan Kholil Danoe Atmodjo yang berjuang membela Tim Merah-Putih di Olimpiade 1956 Melbourne.

    Skuat timnas angkatan itu memang banyak dihuni anggota militer, selain warga sipil, baik pribumi maupun keturunan Tionghoa. Hal yang wajar mengingat di awal-awal masa kemerdekaan RI, PSSI belum punya kompetisi klub profesional.

    Sumber daya pemain berasal dari tim-tim amatir Perserikatan. Pemain tidak mengantungkan hidup murni dari sepak bola, tapi di juga di bidang pekerjaan lain. Pemain yang berposisi sebagai penyerang tersebut juga jadi andalan PSIS Semarang di pentas kompetisi Perserikatan.

    4 dari 5 halaman

    Rahmad Darmawan

    Karier sepak bola Rahmad Darmawan alias RD dimulai sebagai pesepak bola amatir PON Lampung pada tahun 1985. Namanya mulai mencuat setelah membela Timnas Indonesia yang sukses meraih medali emas SEA Games 1989.

    Rahmad mendapat tawaran masuk PS ABRI (nama lama PS TNI) sekaligus menjadi perwira TNI oleh Asisten Operasi Mabes TNI, E.A Mangindaan. Pria kelahiran Bandar Lampung, 28 November 1966 itu masuk sekolah perwira militer wajib di Matra Laut.

    Ketika itu, pada 1990, ABRI sedang membentuk PS ABRI yang diproyeksikan berkiprah di kompetisi Galatama. Agar tim bisa kompetitif di persaingan kompetisi semi pro tersebut, Mangindaan merekrut sejumlah pesepak bola muda untuk bergabung di PS TNI.

    Pelatih Rahmad Darmawan ikut dalam kegiatan menjahit bendera Merah-Putih raksasa di Tangerang, Sabtu (31/10/2015). Selain ingin mencatat rekor dunia, temanya adalah

    RD bermain di PS ABRI periode 1990-1995. Ia juga sempat didapuk sebagai pelatih di tim tersebut pada 1996 sampai 1999. Pada masa-masa tersebut Rahmad juga membela Persija di kompetisi Perserikatan.

    Berbekal ijazah kepelatihan dari Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan IKIP Jakarta tahun 1990, RD atas seizin kesatuannya mengembangkan karier sebagai pelatih di kompetisi profesional. Pada 1998 hingga 2002 ia mulai menapaki karier sebagai arsitek profesional di Persikota Tangerang.  

    Sebagai pelatih, RD mengantongi lisensi kepelatihan A AFC. Rahmad juga menimba ilmu lagi melalui Conditioning Coach of Football di Malaysia pada 2003. Pada 2004, Rahmad kembali terbang ke Jerman untuk mengikuti Internasional Coaching Coach.

    Nama RD mulai populer setelah membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Indonesia pada musim 2005. Namanya makin mengilap saat melatih Sriwijaya FC. Di Tim Laskar Wong Kito, RD mempersembahkan juara Liga Indonesia pada 2007-2008 dan tiga gelar Copa Indonesia pada musim 2007-2008, 2008-2009, dan 2009-2010.

    Kesuksesan ini membawa Rahmad ke kursi pelatih Timnas Indonesia U-23 SEA Games 2010 dan 2013 dengan pencapaian runner-up secara beruntun.

    Rahmad Darmawan mengakhiri karier militernya pada 1 November 2015. Momen pensiunnya Rahmad dari kesatuan TNI AL berdekatan dengan keputusannya melatih klub asal Malaysia, T-Team.

    RD berkiprah di Negeri Jiran untuk kali kedua. Saat aktif bermain, ia pernah memperkuat di Angkatan Tentera Malaysia Football Association (ATM FA) pada 1992-1993.

    5 dari 5 halaman

    Mohammad Sarengat

    Mohammad Sarengat lebih dikenal sebagai atlet pelari. Pada Asian Games IV 1962 di Jakarta, Sarengat berhasil  memecahkan rekor lari 100 meter dalam 10,4 detik, dan lari gawang 110  meter dalam 14,3 detik. Rekor atletik ini belum terpecahkan hingga
    sekarang.

    Sarengat pernah dijuluki pelari tercepat di Asia. Dokter berpangkat letnan kolonel TNI Angkatan Darat ini juga pernah mengetuai Bidang Pembinaan PB PASI dan memimpin Rumah Sakit Pusdikes Angkatan Darat di Kramat Jati, Jakarta. Sebelumnya hampir 10 tahun lamanya ia menjadi dokter pribadi dua wakil presiden RI, Sultan Hamengkubuwono IX dan Almarhum Adam Malik.

    Yang belum banyak diketahui publik, almarhum sebelum jadi sprinter merupakan pesepak bola. Ia pernah menjadi penjaga gawang klub Indonesia Muda Surabaya. Ia sering tampil membela tim sepak bola kesatuannya di TNI Angkatan Darat. Hanya karena lebih sering jadi cadangan, Sarengat memutuskan banting setir jadi atlet lari.

    Demi jadi manusia cepat di Olimpiade 1960, Sarengat berlatih keras hingga tidak lulus ujian SMA tahun 1959. Sempat galau meneruskan sekolah karena masalah biaya, ia masuk Angkatan Darat dan memperoleh beasiswa untuk meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sarengat bisa menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1971.

    Video Populer

    Foto Populer