Wali Kota Solo Setuju Aksi Pasoepati Memboikot Persis

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 27 Jun 2019, 11:15 WIB
Pasoepati, suporter fanatik Persis Solo. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - Persis Solo sudah mendapat boikot dari kelompok pendukung setia, Pasoepati dan Surakartans, dalam mengarungi kompetisi Liga 2 2019. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, merespons aksi tersebut.

FX Hadi Rudyatmo mengaku setuju dengan sikap yang diambil kalangan pendukung Persis Solo.

Advertisement

Seperti diketahui, organisasi suporter Persis memilih jalan memboikot seluruh pertandingan, kecuali melawan PSIM Yogyakarta, pada musim 2019.

Keputusan diambil karena ketidakpuasan terhadap kinerja manajemen Persis. Hubungan suporter dengan manajemen klub juga kurang sehat, karena keinginan untuk bertemu selalu buntu.

Rudy menilai Persis mendapatkan balasan dari suporter sendiri sebagai bentuk kekecewaan. Ia sepakat boikot adalah sikap yang tepat untuk mengkritisi kondisi Persis saat ini.

"Saya setuju boikot. 1000 persen saya dukung. Sekarang Persis mau mengedepankan apa sebenarnya?” kata Rudy, Kamis (27/6/2019).

"Persis dan Pasoepati kan rumahnya di Solo, kenapa harus sampai ke Madiun," lanjut sang wali kota.

Persis Solo dihadapkan dengan situasi yang rumit sejak pengelolaan diambil alih Sigid Haryo Wibisono. Tim berjulukan Laskar Sambernyawa ini menjadi musafir sejak pertengahan musim 2018.

2 dari 2 halaman

Manajemen Kurang Komunikatif

FX Hadi Rudyatmo meminta semua pihak mengutamakan tim kecil gagasan Presiden Joko Widodo agar semua persoalan sepak bola di Indonesia cepat berakhir. (Bola.com/Romi Syahputra)

Stadion Manahan yang sedang direnovasi, membuat Persis mencari stadion lain. Sebenarnya Solo memiliki Stadion Sriwedari yang cukup bersejarah, namun pihak keamanan tidak memberikan rekomendasi.

Manajemen Persis juga dinilai kurang menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah Solo untuk penyediaan sarana penunjang seperti tempat latihan.

Hal ini membuat anak asuh Agus Yuwono itu sering berlatih hingga di beberapa lapangan di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.

Menurut Rudy, Pemkot Solo sebenarnya siap membantu menyiapkan infrastruktur, seandainya manajemen klub serius ingin berkandang di Stadion Sriwedari.

"Dulu tidak diizinkan karena masih ramai Pemilu, sekarang kan sudah selesai. Solo juga punya lapangan kenapa harus ke sana-kemari," ungkap mantan anggota Komite Normalisasi PSSI itu.