Refleksi Madura United pada 2019, Gagal Total Jadi Juara

oleh Aditya Wany diperbarui 01 Jan 2020, 18:45 WIB
Para pemain Madura United tampak sedih setelah harus mengalami kekalahan 0-2 dari Persipura Jayapura dalam laga pekan ke-26 Shopee Liga 1 2019 di Gelora Bangkalan, Minggu (3/11/2019). (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Surabaya - Madura United melakukan kebijakan yang mengejutkan pada awal musim 2019. Mendatangkan para pemain bintang, seperti Beto Goncalves dan Jaimerson Xavier, Madura United mendapat julukan Los Galacticos Indonesia.

Hal itu dilakukan demi meraih satu trofi dari tiga ajang yang diikuti pada musim ini, yaitu Piala Indonesia, Piala Presiden, dan Liga 1. Hasilnya, klub berjulukan Laskar Sape Kerap itu gagal total. Tak ada satu pun gelar juara yang berhasil digondol.

Advertisement

"Faktanya kami memang gagal. Madura United sudah gas pol untuk mencapai target yang kami inginkan," kata Direkrut Madura United, Haruna Soemitro, kepada Bola.com.

"Tetapi faktanya seperti ini. Mungkin juga masih bukan rezeki kami," lanjutnya.

Piala Indonesia 2018 telah dimenangi PSM Makassar. Lalu, trofi Piala Presiden 2019 menjadi milik Arema FC. Gelar juara Liga 1 2019 yang menjadi harapan terakhir justru direngkuh klub asal Pulau Dewata, Bali United.

Sepanjang musim 2019, Madura United dalam performa kurang konsisten. Mereka melakukan pergantian pelatih dari Dejan Antonic ke Rasiman. Komposisi pemain yang sama ternyata tidak membuat mereka semakin solid.

 

Video:

2 dari 2 halaman

Belum Sesuai Harapan

Para pemain Madura United merayakan gol ke gawang Bali United dalam laga penutup Shopee Liga 1 2019 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Minggu (22/12/2019). Madura United menang 2-0 dalam laga itu. (Bola.com/Aditya Wany)

Dalam satu pertandingan, klub asal Pulau Garam itu terkadang berhasil menang dan berpesta gol. Tetapi pada pertandingan lain, mereka justru menjadi korban pesta gol dan babak belur di kandang lawan.

“Apa yang kami targetkan pada awal musim itu bukan omong kosong. Dalam sepak bola, kami memerlukan tim. Dengan pemain yang hebat, timnya juga akan hebat. Logikanya seperti itu,” terang Haruna.

“Faktanya tidak demikian. Skuat kami yang hebat ini kalah oleh semangat perlawanan tim lain yang memiliki semangat lebih hebat lagi. Mereka punya motivasi kuat untuk membuat kami dipermalukan,” imbuh Haruna.

Kebijakan mendatangkan para pemain berkualitas dan jor-joran dalam mengeluarkan dana ini telah banyak dilakukan oleh kontestan Liga 1. Pada 2018, Sriwijaya FC melakukannya dan malah degradasi.

Beruntung, Madura United masih finis peringkat kelima klasemen akhir Liga 1 2019, meski gagal juara.