Pelatih PSIS Minta Ketegasan PSSI untuk Shopee Liga 2021

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 21 Jan 2021, 11:45 WIB
Dragan Djukanovic melayani foto bersama dengan suporter PSIS Semarang di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Jumat (15/11/2019). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Semarang - Keputusan PSSI untuk membatalkan kompetisi musim 2020, mengundang reaksi dari pelatih kepala PSIS Semarang, Dragan Djukanovic. Ia mengaku telah mengetahui informasi tersebut, Rabu (20/1/2021).

Setelah mengetahui kabar pembatalan kompetisi tahun 2020, pelatih asal Montenegro tersebut hanya bisa berharap ketegasan dari PSSI. Yang paling utama adalah kepastian kompetisi 2021.

Advertisement

"Ya saya tahu federasi sudah memutuskan itu (kompetisi 2020 dibatalkan). Tapi harapan kami adalah mereka (PSSI) segera memutuskannya dengan lebih cepat untuk memulai musim 2021," terang Dragan Djukanovic kepada Bola.com, Rabu (20/1/2021).

Ketua PSSI, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule telah memberikan keputusan bahwa kompetisi sepanjang tahun 2020 dinyatakan berstatus force majeure. Tidak ada predikat tim juara maupun yang harus turun kasta.

Mantan pelatih Borneo FC tersebut heran dengan kondisi persepakbolaan Indonesia. Klub harus berlama-lama menunggu keputusan yang seharusnya ditetapkan jauh-jauh hari.

"Ini seperti sebuah bencana saat kami semua harus menunggu keputusan itu selama satu tahun lamanya. Sulit dipercaya," katanya.

PSIS Semarang sudah membubarkan diri pada akhir tahun lalu menyusul ketidakjelasan kompetisi. Kini, mereka harus menunggu lagi untuk musim baru.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Mulai dari Awal

Pelatih PSIS Semarang, Dragan Djukanovic, duduk di bench menjelang pertandingan melawan Arema FC di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Sabtu (14/3/2020). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Dragan juga belum bisa bicara banyak tentang rencana atau apa yang seharusnya dilakukan untuk PSIS Semarang saat ini. Hampir satu tahun lamanya kompetisi vakum, ia harus memulai dari awal lagi untuk persiapan tim musim ini.

"Kami butuh waktu memulainya kembali, karena semua pemain atau tim tidak ada aktivitas pertandingan dan kompetisi dalam setahun terakhir. Di saat hampir semua negara berjalan kompetisinya, di Indonesia justru berhenti," jelas Dragan.

Berita Terkait