Komunitas Suporter Bali United, Antara Kreativitas dan Totalitas Mendukung Serdadu Tridatu

Bali United yang baru hadir dalam enam tahun terakhir di Indonesia telah membangkitkan gairah persepakbolaan di Pulau Dewata.

BolaCom | Alit BinawanDiperbarui 16 Juni 2021, 21:25 WIB
Suporter Bali United menyalakan flare dalam perayaan gelar juara Shopee Liga 1 2019 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Minggu (22/12/2019).

Bola.com, Denpasar - Sudah enam tahun Bali United hadir sebagai warna baru dalam persepakbolaan Indonesia, khususnya di Pulau Dewata. Klub yang berdiri setelah membeli lisensi Persisam Putra Samarinda itu benar-benar menjadi kekuatan baru di Liga Indonesia.

Kualitas tim yang dimiliki Bali United pun mendatangkan begitu banyak suporter yang makin hari makin banyak. Pada awalnya hanya ada Semeton Dewata, tapi kini setidaknya ada sekitar lima basis suporter besar.

Advertisement

Selain Semeton Dewata ada Basudewa Curva Sud, Brigaz Bali, North Side Boys, dan Bali United Hooligans. Jumlahnya tidak sedikit, seperti misalnya Semeton Dewata Bulldog (SDB). Ketua SDB, Ketut Subudi, mengaku jumlah anggotanya mencapai 200 orang.

"Itu hanya yang memiliki KTA resmi. Kalau digabung dengan yang tidak memiliki KTA, bisa mencapai lebih dari 500 orang," ujar pria yang karib disapa Pak Tut itu.

Mereka semua kompak mendukung Bali United di mana pun mereka berlaga. Awayday terjauh yang sempat tercatat adalah ketika Bali United bertandang ke markas Chiang Rai United ketika menjalani preliminary round 2 Liga Champions Asia.

Awayday terjauh kedua adalah ketika Bali United membungkam Tampines Rovers di Stadion Jalan Besar Singapura di preliminary round 2 Liga Champions Asia musim lalu dengan skor 3-5. Seiring berjalannya waktu, kreativitas pun mulai terlihat.

Video


Munculnya Banyak Maskot, Bukti Kreativitas

Maskot Wabol milik Basudewa Curva Sud. (Bola.com/Maheswara Putra)

Setidaknya ada tiga maskot Bali United yang dibuat oleh suporter. Perlu dicatat, maskot-maskot tersebut bukan ide dari manajemen Bali United. Mereka adalah Jalbo (Jalak Bola) milik NSB12, Cebol (Celuluk Bola) milik Semeton Dewata, dan Wabol (Waraha Bola) Basudewa Curva Sud.

Ketua Basudewa, I Ketut 'Angelo' Santika, mengungkapkan maskot berbentuk babi hutan dengan taring panjang tersebut tercipta untuk memberikan semangat bagi Yabes Roni Malaifani dkk. dalam setiap pertandingan yang mereka lakoni.

"Makna waraha juga mendalam. Waraha digambarkan sebagai perwujudan Dewa Wisnu (Dewa bergelar sebagai sthiti atau pemelihara) berbentuk babi hutan yang mencoba untuk menyelamatkan bumi dari serangan raksasa. Nah, maka inilah yang coba kami representasikan untuk Bali United," ucapnya.

Maskot Bali United, Cebol, masuk lapangan usai melawan Madura United pada laga Liga 1 2019 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali, Minggu (22/12). Bali kalah 0-2 dari Madura. (Bola.com/Aditya Wany)


Tidak Bisa ke Stadion, Aksi Sosial Jadi Kegiatan pada Masa Pandemi COVID-19

Aksi sosial suporter Bali United dalam penggalangan dana membantu bencana alam di Nusa Tenggara Timur. (Bola.com/Maheswara Putra)

Namun, di tengah pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun, geliat sepak bola Indonesia berubah drastis. Suporter tak bisa dengan leluasa melihat pemain idolanya bertanding. Bahkan hanya sekadar menyaksikan mereka berlatih saja sudah cukup sulit.

Meski sepak bola Indonesia mulai bergelora kembali, tapi suporter masih belum diperbolehkan untuk datang ke stadion secara langsung. Biasanya di luar menyaksikan Bali United, suporter juga menggelar berbagai kegiatan seperti turnamen futsal.

Namun, kegiatan tersebut dihentikan sementara dan diganti dengan kegiatan sosial. Misalnya melakukan penggalangan bantuan untuk korban bencana alam di NTT beberapa waktu lalu.

"Bukan hanya Semeton Dewata, tapi beberapa komunitas suporter ikut bersama-sama kami dalam menggalang bantuan," ucap Pak Tut.

Namun, untuk melepas rindu antarsesama suporter Bali United, terpaksa sekarang mereka melakukan komunikasi via media sosial saja.

"Lebih banyak berinteraksi di media sosial. Tapi, kadang kami bertemu tatap muda dengan protokol kesehatan yang ketat," jelasnya. (Maheswara Putra)