CEO PSIM Yogyakarta: Rekonsiliasi Suporter dan Semangat Perbaikan Sepak Bola Nasional Harus Dijaga

oleh Hery Kurniawan diperbarui 10 Okt 2022, 19:15 WIB
CEO PSIM Yogyakarta menyambangi kantor Bola.com untuk berbicara mengenai kondisi sepak bola Indonesia setelah Tragedi Kanjuruhan, Senin (10/10/2022) (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang sudah berlangsung lebih dari sepekan. Namun, tragedi itu akan terus diingat sampai kapanpun.

Bukan hanya dalam sejarah sepak bola, tapi juga sebagai catatan sejarah Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan Negara. Sebab, tragedi itu begitu kelam dan menyedihkan.

Advertisement

CEO PSIM Yogyakarta, Bima Sinung Widagdo mengungkapkan perasaannya ketika pertama kali mendengar kabar dari Kanjuruhan itu. Ia mendapatkan rasa yang campur aduk di dalam benaknya.

"Pukulan bagi kita semua, semua rasa bercampur di situ, itu tragedi nasional bukan hanya sepak bola," kata Bima Sinung di kantor Bola.com, Senin (10/10/2022).

2 dari 6 halaman

Respon Positif

Di bagian tengah lapangan, lilin yang dibentuk tulisan Arema tetap diupayakan hidup. Jika ada yang mati, aremania yang ada di dekatnya bergegas menyalakannya dengan korek api. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bima Sinung menyebut, tragedi itu sebagai tamparan telak kepada seluruh insan sepak bola Tanah Air. Sudah seharusnya geliat perbaikan digemakan.

"Harusnya dengan tragedi itu kita bisa merespon secara positif, harus bisa diambil sesuatu," katanya.

Pihak-pihak yang terkait dengan sepak bola nasional pun harus melakukan introspeski. Termasuk pihak klub, PSSI, kelompok suporter, PT LIB, dan juga pihak keamanan.

"Melakukan langkah perbaikan dari semua lini. baik itu klub, federasi, suporter, operator, keamanan, harus memastikan hal serupa tidak terjadi lagi," jelasnya.

3 dari 6 halaman

Respon Luar Biasa Suporter

Aksi doa bersama yang dilakukan elemen suporter PSIM Yogyakarta, PSS Sleman, dan Persis Solo untuk mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan (4/10/2022). (Dok. PSIM Yogyakarta)

Selasa (4/10/2022) malam atau hanya tiga hari setelah Tragedi Kanjuruhan, kejadian menarik terjadi di kota Yogyakarta. Malam itu tiga kelompok suporter besar di Jawa Tengah dan DIY, yakni PSIM Yogyakarta, PSS Sleman, dan Persis Solo berkumpul di suatu tempat.

Mereka hadir di lapangan parkir Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Mereka yang berjumlah ribuan duduk bersama dan berdoa untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.

Nanyian serta atribut klub masing-masing pun dengan bebas dikeluarkan. Mereka tampak kusyu menikmati momen kebersamaan yang langka itu. Apalagi tiga suporter tersebut pernah punya sejarah permusuhan yang panjang.

"Saya melihatnya, dari suporter ada respon yang luar biasa dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya," ujar Bima Sinung.

"Hanya dalam hitungan hari, suporter bisa rekonsiliasi, berkumpul di satu tempat secara hangat, ramah dan tanpa konflik sama sekali," sambungnya.

4 dari 6 halaman

Harus Bisa Dijaga

Ribuan warga sekitar yang datang berkumpul di area parkir depan pintu VIP layaknya sebuah pertandingan tengah digelar. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bima Sinung kemudian berhadap proses rekonsiliasi antarsuporter itu harus dijaga. Manajemen PSIM pun disebut sedang menjalin komunikasi dengan manajemen PSS dan Persis Solo.

"Kami dari manajemen akan berkordinasi dengan Persis dan Sleman akan melakuakan upaya untuk menduking perdamaian ini," ungkap Bima.

Namun, Bima membantah manajemen ingin mendompleng aksi perdamaian tersebut. Sebab, aksi seperti itu berlangsung natural dan tidak bisa dibuat-buat.

Bima bahkan menyatakan adanya rencana program rekonsiliasi yang lebih nyata. Seperti misalnya menggelar laga persebahatan yang melibatkan PSS, PSIM, dan Persis dalam waktu dekat.

"Bukan kami mau mengambil alih. Kami mau melakukan sesutu supaya lebih menggaungkan lagi rekonsiliasi ini. Apakah nanti pertandingan persebahatan, atau hal-hal lain, sedang kami bicarkan," jelasnya.

5 dari 6 halaman

Infrastruktur

Suasana Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada pekan 11 Liga 1 2022/2023 berakhir, Sabtu (1/10/2022). Tampak mobil kepolisian rusak karena insiden yang terjadi. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Kejadian di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022 masih diselidiki oleh tim khusus bentukan pemerintah. Namun, ada satu hal yang menjadi sorotan.

Yakni soal kelayakan Stadion Kanjuruhan untuk menggelar laga yang dihadairi puluhan ribu penonton. Bima pun berbicara mengenai kondisi stadion di Tanah Air kerbanyakan.

Bima merasa banyak stadion di Indonesia yang memang tidak terawat dengan baik. Hal itu terjadi karena keterbatasan pemerintah daerah untuk menyediakan dana pemeliharaan fasilitas stadion.

Mantan Senior Legal Advisor Bali United itu pun menawarkan alternatif. Kedepan, stadion di Indonesia bisa diserahkan ke pihak swasta dalam hal ini klub untuk pengelolaannya.

"Pemerintah kadang-kadang tidak punya budget untuk merewaat, jadi stadion itu tidak terawat, fasilitasnya tidak terjaga. Alternatifnya mungkin hak pengelolaan stadion itu diserahkan ke pihak klub. Klub bisa memastikan dan menjaga kelayakan stadion seperti standar yang ada," ujar Bima.

6 dari 6 halaman

Setuju Berhenti Tapi Tetap Ada Kepastian

Pemain PSIM Yogyakarta memberikan penghormatan untuk suporter mereka yang telah datang ke lapangan saat laga lanjutan Grup B Liga 2 2022/2023 antara FC Bekasi City melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Senin (19/09/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Saat ini seluruh kompetisi sepak bola dihentikan untuk sementara. Penghentian kompetisi itu dilakukan sembari menunggu hasil investigasi tim terkait mengenai Tragedi Kanjuruhan.

Bima Sinung sama sekali tak keberataan dengan keputusan itu. Bahkan, ia sangat mendukung penghentian liga untuk sementara.

"Ini soal kemanusiaan, jadi liga memang harus dihentikan sementara. Kejadian di Malang itu bisa terjadi di manapun," tutur Bima.

Namun, Bima menegaskan harus ada evaluasi dan perbaikan. Kalau dua hal itu tidak dilakukan, penghentian liga dirasa percuma.

"Kalau tidak ada evaluasi, tidak ada perbaikan, bisa saja terulang. Ini tidak kita inginkan. Tentunya kami inginkan kepastian, tapi ini tergantung tim investigasi dan yang lain, cuma paling tidak ada ancer-ancernya lah, ya mungkin satu bulan lah," harapnya.

Beberapa speksulasi pun bermunculan mengenai kepastian kompetisi sepak bola Indonesia di musim 2022/2023. Salah satu di antaranya seperti pembatasan penonton ke stadion.

Bima menyebut pembatasan jumlah penonton yang bisa hadir di stadion tentu akan berpengaruh pada pendapatan klub. Namun, ia menegaskan keamanan suporter jauh lebih penting.

"Pasti terpengaruh, tapi yang paling penting keamaanan itu nomor satu. Kalau harus ada pembatasan penonton ya so be it, sambil berjalan perbaikan mengenai SOP pengamanan dan infrastruktur itu," tegas Bima.

 

 

 

 

 

Berita Terkait