Yosi Mokalu Bahas soal Hoax, Fomo, dan Malinformasi di Ajang Cita dan Cipta 2024

Yosi Mokalu, atau yang lebih dikenal sebagai Yosi Project Pop, akan menjadi bintang tamu yang mengagumkan dalam gelar wicara yang berjudul "Menangkal Hoaks, Jaga Keutuhan Informasi di Era Digital" di ajang Cita dan Cipta 2024.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiperbarui 01 Agustus 2024, 16:08 WIB
Yosi Mokalu, sosok multitalenta yang dikenal sebagai penyanyi, penulis lagu, dan pencipta konten, tampil memukau dalam diskusi yang bertujuan untuk melawan berita bohong atau hoax. Acara tersebut merupakan kolaborasi antara Liputan6 dan Fimela Cipta & Cipta, yang digelar di Hotel Shangri La, Jakarta pada hari Rabu, 31 Juli 2024. Dalam diskusi yang penuh semangat ini, Yosi Mokalu dengan penuh keyakinan berbicara tentang pentingnya memerangi berita bohong yang semakin merajalela di era digital ini. Dengan bakatnya sebagai penyanyi dan penulis lagu, Yosi menunjukkan bahwa seni juga bisa menjadi alat yang ampuh dalam memerangi hoax. Dengan suara yang merdu dan lirik yang penuh makna, Yosi Mokalu mengajak para pendengar untuk lebih kritis dalam menyikapi informasi yang mereka terima. Ia menekankan pentingnya sumber yang terpercaya dan fakta yang jelas dalam menyebarkan berita agar tidak terjerat dalam jaringan berita palsu yang berbahaya. Sebagai seorang content creator, Yosi Mokalu juga memberikan tips dan trik kepada para peserta diskusi tentang bagaimana cara mengenali dan melawan berita bohong. Ia menekankan pentingnya verifikasi informasi sebelum membagikannya ke media sosial atau kepada orang lain. Dengan cara ini, kita dapat menjadi agen perubahan yang membantu menyebarkan kebenaran dan memerangi penyebaran hoax. Diskusi yang dihadiri oleh banyak orang ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana kita semua dapat berperan aktif dalam melawan berita bohong. Yosi Mokalu, dengan keahliannya sebagai penyanyi, song writer, dan content creator, telah memberikan inspirasi dan motivasi kepada semua peserta untuk menjadi lebih waspada dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.

Bola.com, Jakarta - Salah satu segmen dalam acara Cita dan Cipta 2024 yang diselenggarakan oleh Liputan6.com dan Fimela di Hotel Shangri-La Jakarta pada Rabu (31/7/2024) adalah gelar wicara dengan tema "Menangkal Hoax, Jaga Keutuhan Informasi di Era Digital."

Bintang tamu dalam acara ini adalah Yosi Mokalu. Acara wicara ini dipandu oleh Sheila Octarina. Yosi Mokalu, yang dikenal sebagai Yosi Project Pop, mengabarkan kini menjadi pengarah Siber Kreasi, yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang digalakkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI.

Advertisement

Selanjutnya, ia membahas tentang hoax. Yosi Mokalu juga menyoroti fenomena lain yang belakangan ini banyak ditemui di media sosial, yaitu FOMO dan malinformasi.

Hoax secara sederhana dapat diartikan sebagai berita bohong, sedangkan FOMO adalah rasa cemas atau takut ketinggalan informasi atau tren yang sedang terjadi di masyarakat.

"Kita semua tahu, kita senang menjadi orang yang pertama kali menyebarkan informasi terbaru di grup WhatsApp. Namun, hal ini sering membuat kita lupa untuk menyortir apakah informasi tersebut benar atau tidak," ujar Yosi Mokalu.

Mengenai malinformasi, Yosi Mokalu mengingatkan hoax ada yang sengaja dan ada yang tidak disengaja. Hoax yang sengaja dibuat biasanya terjadi terutama pada tahun-tahun politik dengan tujuan untuk menjatuhkan kepercayaan terhadap orang politik atau pemerintah.


Malinformasi, Apa Itu?

Yosi Mokalu, sosok multitalenta sebagai penyanyi, penulis lagu, dan pencipta konten, tampil memukau dalam diskusi seru untuk melawan berita bohong di acara Liputan6 x Fimela Cipta & Cipta yang digelar di Hotel Shangri La, Jakarta pada hari Rabu.

Dalam era Pilkada atau pemilu, kita seringkali disuguhkan dengan konten yang sebenarnya benar, namun caption atau tulisan di bawahnya justru penuh dengan opini yang subjektif atau bahkan menggiring opini.

Ini menjadi perhatian serius bagi kita semua. Yosi Mokalu, seorang pakar media sosial, menjelaskan fenomena ini merupakan salah satu bentuk malinformasi yang cukup meresahkan.

"Beritanya benar tapi caption-nya biasanya mengandung opini atau menggiring opini. Zaman Pilkada atau pemilu kita sering melihat konten yang benar tapi opini yang tertulis di bawahnya itu (amat) menggiring," ujarnya. 

Oleh karena itu, sebagai publik yang cerdas, kita harus mampu berpikir kritis. Kita tidak boleh terjebak begitu saja oleh informasi yang disajikan tanpa mempertanyakan kebenarannya.

Yosi Mokalu juga mengingatkan kita tentang perkembangan teknologi yang memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, teknologi mempercepat penyebaran informasi, yang tentunya memiliki dampak positif.

Namun, di sisi lainnya, teknologi juga memudahkan penyebaran berita bohong dan gosip yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita sebagai pengguna teknologi harus lebih bijak dalam menggunakan dan menyebarkan informasi.

Kita harus memilah dengan hati-hati, mencari sumber yang terpercaya, dan berpikir kritis sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi tersebut.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebenaran informasi. Mari kita bersama-sama menjadi publik yang cerdas dan kritis, agar tidak terjebak dalam jaringan malinformasi yang semakin kompleks.


Hoaks Makin Cepat Tersebar

Slamet Santoso, sang Direktur Pemberdayaan Informatika di Kementerian Komunikasi dan Informatika, berkolaborasi dengan Yosi Mokalu, seorang penyanyi, penulis lagu, dan pencipta konten, untuk menjadi pembicara dalam sebuah diskusi yang menarik.

Dulu, untuk membuat orang di kampung mendengar gosip, dibutuhkan waktu seharian. Namun sekarang, dengan adanya grup WhatsApp, seseorang dapat mengumpulkan banyak orang dalam hitungan detik dan gosip dapat dengan cepat disebar di grup tersebut.

Menurut Yosi Mokalu, zaman dulu orang berbohong tidak secepat sekarang. Orang bisa bergosip tentang seseorang dalam waktu sehari, baru satu kampung mengetahuinya.

Namun sekarang, dalam waktu yang sama, orang dari seberang lautan pun dapat mengetahui informasinya.

Teknologi digital memiliki kemampuan untuk mempercepat penyebaran informasi, tanpa memperdulikan apakah kabar yang dibagikan itu benar atau salah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak hanya menganggapnya sebagai slogan atau jargon belaka. Kita harus ingat bahwa hoax dapat menyesatkan banyak orang.


Mengedukasi Orang Soal Ruang Digital

Slamet Santoso, sang Direktur Pemberdayaan Informatika di Kementerian Komunikasi dan Informatika, bergabung dengan Yosi Mokalu, seorang penyanyi, penulis lagu, dan kreator konten, untuk menjadi pembicara dalam sebuah diskusi yang menarik.

Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Slamet Santoso, S.H., M.H., mengingatkan pentingnya meliterasi masyarakat agar menggunakan media sosial dengan bijak bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah.

"Memberikan pendidikan kepada setiap individu adalah tanggung jawab kita bersama. Kominfo dapat mengoordinasi, namun bagaimana kita memanfaatkan ruang digital yang begitu luas, termasuk kecepatan dan lainnya, adalah tanggung jawab kita bersama," ujar Slamet Santoso.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri telah menetapkan empat pilar literasi digital yaitu keahlian digital, budaya digital, etika digital, dan yang tak kalah penting, keamanan digital.

Literasi digital telah diperkenalkan di berbagai tingkatan pendidikan mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. "Kami bahkan telah melaksanakan program yang disebut Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital di 9 wilayah di Indonesia, yang melibatkan segmen pendidikan dan masyarakat. Program ini mencakup kelas 5 dan 6 SD sampai dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi," jelasnya.

Slamet Santoso menyatakan bahwa elemen-elemen literasi digital yang terdiri dari empat pilar tersebut telah dimasukkan ke dalam kurikulum SMP dan SMA. Pihaknya juga memberikan edukasi kepada sekolah, orang tua, dan wali murid melalui program digital parenting agar mereka dapat menggunakan internet secara bijak.

Dikutip dari: Liputan6 (Penulis Wayan Diananto, published 1/8/2024)