Bola.com, Jakarta - Sepak bola sering kali menjadi ajang yang penuh ketegangan dan frustrasi. Kesalahan di lapangan bisa berakibat fatal, terutama dalam pertandingan dengan taruhan tinggi.
Para manajer hanya bisa menyaksikan dari pinggir lapangan, berharap para pemainnya menjalankan instruksi dengan benar. Namun, ketika segalanya berjalan tidak sesuai rencana, kemarahan bisa meledak—terkadang dalam bentuk bentakan dan omelan di ruang ganti.
Fenomena ini dikenal dengan istilah 'hairdryer treatment', sebuah metafora yang menggambarkan semburan udara panas dan kencang seperti pengering rambut.
Teknik ini menjadi alat yang kerap digunakan manajer untuk membangkitkan semangat tim, meski juga bisa menjadi bumerang jika tidak diterapkan dengan tepat.
Satu di antara sosok yang paling identik dengan metode ini adalah Sir Alex Ferguson, manajer legendaris MU yang terkenal dengan pendekatan kerasnya terhadap para pemainnya.
Apa Itu 'Hairdryer Treatment'?
Dalam karier panjangnya sebagai manajer MU, Sir Alex Ferguson berhasil membawa klub meraih berbagai trofi, termasuk banyak gelar Premier League dan dua Liga Champions. Namun, keberhasilannya tidak datang tanpa tantangan, termasuk konflik dengan para pemainnya.
Ketika situasi mulai memanas, baik dalam pertandingan maupun sesi latihan, Ferguson dikenal tidak segan-segan meluapkan emosinya.
Mantan kiper Setan Merah, Tim Howard, pernah berbagi pengalamannya menjadi sasaran hairdryer treatment, yang menurutnya memang benar-benar terjadi.
"Saya pikir terkadang orang-orang tidak semenyeramkan yang dikatakan—tapi, dia justru kebalikannya. Orang-orang berbicara tentang hairdryer treatment dari Ferguson, dan Anda mungkin berpikir, 'Apakah itu benar-benar ada?' Tapi wow, itu nyata'," ungkapnya.
Howard mengenang momen ketika ia mendapatkan hairdryer treatment setelah kebobolan gol tendangan bebas Thierry Henry dalam laga Community Shield melawan Arsenal.
Kendati MU akhirnya menang lewat adu penalti, Ferguson tetap melabraknya di ruang ganti karena kesalahan dalam mengatur pagar betis.
Deretan Pemain MU yang Pernah Mengalaminya
Sir Alex Ferguson pernah mengklaim bahwa ia hanya menerapkan hairdryer treatment sekitar "setengah lusin kali dalam 27 tahun". Namun, banyak mantan pemain MU yang bercerita sebaliknya.
Patrice Evra mengingat momen ketika Ferguson memarahi seluruh tim hanya karena mereka tidak turun dari bus untuk menandatangani tanda tangan bagi para penggemar.
Lee Sharpe menceritakan bagaimana Ferguson mengamuk di ruang ganti setelah insiden kung-fu kick Eric Cantona terhadap seorang suporter Crystal Palace, tetapi justru tidak memarahi Cantona.
Bahkan Cristiano Ronaldo yang saat itu masih remaja, tak luput dari semprotan Ferguson.
Jurnalis Spanyol, Guillem Balague, mengungkapkan bahwa Ferguson pernah meneriaki Ronaldo dengan kata-kata: "Siapa kamu pikir dirimu?", hingga membuatnya menangis. Rekan-rekan setimnya pun sempat mengejeknya dengan menyebutnya ‘cry-baby’.
Namun, dari semua momen hairdryer treatment, insiden yang paling legendaris melibatkan David Beckham.
Insiden David Beckham
Pada 2003, MU tersingkir dari Piala FA oleh Arsenal. Di ruang ganti, Ferguson yang geram menendang sepatu yang secara tidak sengaja mengenai Beckham tepat di atas matanya, hingga menyebabkan luka yang harus dijahit.
Ferguson kemudian menjelaskan bahwa insiden tersebut berawal dari penilaiannya bahwa Beckham mulai kehilangan fokus akibat rumor transfer ke Real Madrid.
"Dia berada sekitar 12 kaki dari saya. Di antara kami ada deretan sepatu. David mengumpat. Saya mendekatinya, dan saat itu saya menendang sepatu. Sepatu itu mengenainya tepat di atas mata. Tentu saja dia langsung bangkit untuk membalas, tetapi para pemain menghentikannya. 'Duduk', saya berkata. 'Kamu telah mengecewakan timmu. Kamu bisa membantah sebanyak yang kamu mau'."
Insiden ini menjadi titik balik dalam hubungan Ferguson dan Beckham, yang akhirnya pindah ke Real Madrid, musim panas itu.
Warisan Hairdryer Treatment
Sir Alex Ferguson mungkin sudah pensiun dari dunia kepelatihan, tetapi metode hairdryer treatment tetap menjadi bagian dari warisannya.
Pendekatan kerasnya dalam membangun mentalitas juara di MU telah meninggalkan jejak mendalam, baik bagi para pemain maupun dunia sepak bola secara keseluruhan.