Harry Maguire Sebagai Striker: Solusi Berani atau Keputusasaan MU?

Keputusan MU memainkan Harry Maguire sebagai striker memicu perdebatan tentang strategi dan efektivitas tim.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 03 April 2025, 06:30 WIB
Bek Manchester United asal Inggris #05, Harry Maguire (kiri), bereaksi setelah gagal mencetak gol selama pertandingan Liga Primer Inggris antara Nottingham Forest dan Manchester United di The City Ground di Nottingham, Inggris bagian tengah, Rabu dini hari WIB (2-4-2025). (Paul ELLIS/AFP)

Bola.com, Jakarta - MU sedang mengalami krisis ketajaman di lini depan, dan pelatih Ruben Amorim dikabarkan mempertimbangkan opsi mengejutkan: memainkan Harry Maguire sebagai striker.

Apakah langkah ini merupakan keputusan berani atau justru cerminan dari keputusasaan?

Advertisement

MU di bawah Amorim mengalami kesulitan mencetak gol, dan situasi ini telah memunculkan ide tak biasa untuk mengatasi masalah tersebut—menggunakan bek tengah Harry Maguire sebagai ujung tombak darurat.

Kendati terkesan lebih sebagai langkah panik daripada strategi genius, gagasan ini tiba-tiba menjadi topik hangat menjelang derbi Manchester yang krusial.

Dengan lini serang yang diisi Joshua Zirkzee dan Rasmus Hojlund terus tampil mengecewakan, apakah Maguire bisa menjadi kunci dalam pertandingan besar mendatang dan memberikan perbedaan bagi MU?

 


Krisis Gol di Bawah Amorim

Bek Manchester United asal Inggris #05, Harry Maguire (2L), menunggu di kotak penalti untuk tendangan sudut selama pertandingan Liga Primer Inggris antara Nottingham Forest dan Manchester United di The City Ground di Nottingham, Inggris bagian tengah, Rabu dini hari WIB (2-4-2025). (Paul ELLIS/AFP)

Kurangnya produktivitas di lini depan menjadi masalah serius bagi MU musim ini. Statistik menunjukkan bahwa setelah 30 pertandingan Premier League, tim hanya mampu mencetak 37 gol.

Lebih mengkhawatirkan lagi, sebagian besar gol tersebut tercipta saat melawan tim-tim lemah atau berasal dari aksi individu Bruno Fernandes dan Amad Diallo—dua pemain yang bukan penyerang alami.

Pada kekalahan 0-1 melawan Nottingham Forest, Rabu dini hari WIB kemarin, Amorim mengejutkan banyak pihak dengan memasukkan Harry Maguire sebagai striker di menit-menit akhir pertandingan.

Meski keputusan ini tidak membuahkan gol, langkah tersebut memperlihatkan betapa minimnya opsi yang dimiliki Amorim dalam membangun serangan.

Krisis gol MU makin tampak jelas jika melihat kontribusi para penyerangnya.

Joshua Zirkzee dan Rasmus Hojlund, dua pemain yang diharapkan bisa memimpin serangan, baru mencetak total empat gol di Premier League. Sementara itu, Alejandro Garnacho, yang juga diharapkan bisa menambah daya gedor, baru menyumbang satu gol.

 


Masalah di Balik Kebuntuan Serangan

Gelandang Manchester United asal Portugal Bruno Fernandes Striker Manchester United asal Belanda Joshua Zirkzee dan striker Manchester United asal Denmark Rasmus Hojlund merayakan kemenangan setelah pertandingan Liga Primer Inggris antara Manchester City dan Manchester United di Stadion Etihad di Manchester, Inggris barat laut, pada 15 Desember 2024. (Paul ELLIS/AFP)

Penyebab utama dari kebuntuan serangan MU bukan hanya karena performa individu para penyerang, tetapi juga sistem taktis yang diterapkan Ruben Amorim. Formasi 3-4-3 yang diusung pelatih asal Portugal ini tampaknya justru mengurangi efektivitas serangan tim.

Sistem ini tidak memiliki winger murni, sementara bek sayap yang diandalkan kurang mampu memberikan dukungan maksimal dalam serangan.

Selain itu, formasi 3-4-3 memiliki satu penyerang lebih sedikit dibandingkan formasi 4-2-3-1 yang lebih umum digunakan sehingga makin mengurangi peluang MU untuk menciptakan dan menuntaskan serangan.

 


Maguire Sebagai Striker, Sebuah Kejutan yang Masuk Akal?

Bek Manchester United asal Inggris #05, Harry Maguire (tengah), melihat tendangannya melebar selama pertandingan Liga Primer Inggris antara Nottingham Forest dan Manchester United di The City Ground di Nottingham, Inggris bagian tengah, Rabu dini hari WIB (2-4-2025). (Paul ELLIS/AFP)

Di tengah kebuntuan ini, gagasan Amorim untuk memainkan Maguire sebagai striker, meski mengejutkan, tidak sepenuhnya tanpa dasar. Dengan postur tinggi dan kemampuan duel udara yang baik, Maguire bisa menjadi ancaman di kotak penalti lawan, terutama dalam situasi bola mati.

Statistik menunjukkan bahwa 10 dari 16 gol terakhir MU di semua kompetisi berasal dari bola mati atau kontribusi bek tengah.

Dengan Man City kehilangan beberapa pemain kunci dan Erling Haaland diragukan tampil dalam derbi mendatang, memanfaatkan Maguire sebagai target di lini depan bisa menjadi langkah berani yang mengeksploitasi kelemahan lawan dalam duel udara.

Namun, langkah ini tetap menjadi solusi sementara yang berisiko. Mengubah bek tengah menjadi striker bukanlah formula jangka panjang untuk sukses.

Masalah utama MU tetap terletak pada perbaikan sistem serangan, meningkatkan efektivitas para penyerang, dan menemukan variasi strategi yang lebih solid dalam mencetak gol.

Di laga sebesar derbi Manchester, di mana kreativitas dan kejutan bisa menjadi kunci, siapa tahu keputusan tak terduga Amorim ini justru bisa menghasilkan momen spesial—dan mungkin gol yang dibutuhkan MU.

Berita Terkait