Bola.com, Jakarta Gelandang Chelsea, Enzo Fernandez, mengaku kesulitan menghadapi cuaca panas selama Piala Dunia Antarklub di Amerika Serikat.
Menjelang final melawan PSG di New Jersey, suhu mencapai 38°C.
"Sejujurnya, panasnya luar biasa. Beberapa hari yang lalu saya harus berbaring di tanah karena pusing sekali," katanya mengeluh.
"Bermain dalam suhu seperti ini sangat berbahaya, sangat berbahaya. Terlebih lagi, bagi penonton, bagi orang-orang yang datang untuk menikmati stadion, bagi orang-orang yang menontonnya di rumah," lanjutnya.
"Pertandingan, kecepatan pertandingannya tidak sama, semuanya menjadi sangat lambat."
"Semoga tahun depan untuk Piala Dunia mereka mengubah jadwal," tambah Enzo. "Setidaknya agar tetap menjadi tontonan sepak bola yang indah dan menarik, kan?"
Musim Panas Ekstrem
Cuaca ekstrem menjadi musuh tak terlihat yang justru mendominasi sorotan, lebih dari permainan itu sendiri.
Pertandingan Juventus versus Real Madrid di Miami menjadi satu di antara contoh paling nyata: sepuluh pemain Bianconeri meminta diganti akibat tak sanggup melanjutkan laga di bawah suhu 30 derajat Celsius dan kelembapan 70 persen.
Di tempat lain, para pemain cadangan Borussia Dortmund memilih bertahan di ruang ganti sepanjang babak pertama karena tak kuat menghadapi panas.
Kondisi cuaca yang tidak bersahabat ini diperparah oleh badai petir yang menyebabkan enam pertandingan harus ditunda. Satu di antaranya, laga antara Chelsea dan Benfica, tertunda selama dua jam.
Pendapat Wenger
Sebelumnya, mantan manajer Arsenal, Arsene Wenger, berpendapat mengenai keluhan cuaca tersebut.
Wenger mengatakan akan ada pelajaran yang bisa dipetik dari versi pertama Piala Dunia Antarklub yang diperluas.
"Panas di beberapa pertandingan memang menjadi masalah, tetapi kami mencoba mengatasinya dengan mendinginkan lapangan saat jeda, menyiram lapangan selama jeda, dan secara keseluruhan saya merasa kami belajar banyak dari hal itu," kata Wenger.
"Di dua tempat berbeda terdapat masalah, salah satunya adalah Orlando. Namun, kami tidak boleh meremehkan kualitas lapangan rumput asli," katanya.
"Rumput di sini agak berbeda. Rumputnya sedikit lebih keras atau lebih tahan daripada di negara lain. Lapangannya datar. Namun, setelah kami menyiram rumput, semua orang senang," lanjutnya,
"Tentu saja tahun depan di stadion juga akan ada lebih banyak stadion beratap dan waktu siaran TV akan lebih sensitif. Di saat yang sama, kondisi cuaca bisa menjadi masalah bagi semua orang."
"Saya meminta analis kami untuk menganalisis dampak panas. Kami menemukan bahwa panas di atas 35°C berdampak pada lari kecepatan tinggi, jadi lari cepat, bukan lari jarak jauh. Anda harus siap menghadapinya."
Sumber: Tribal Football