Kisah Unik Juara Boston Marathon 2018 Yuki Kawauchi: Kerja Jadi PNS Jepang, Cari Tantangan Baru di Maybank Marathon 2025

Pelari kawakan asal Jepang, Yuki Kawauchi, akan turun lintasan pada Maybank Marathon 2025 di Gianyar, Bali, Minggu (22/8/2025).

BolaCom | Wiwig PrayugiDiperbarui 22 Agustus 2025, 21:42 WIB
Pelari kawakan asal Jepang, Yuki Kawauchi (nomor 3 dari kanan), akan turun lintasan pada Maybank Marathon 2025 di Gianyar, Bali, Minggu (22/8/2025). (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Bola.com, Gianyar - Pelari kawakan asal Jepang, Yuki Kawauchi, akan turun lintasan pada Maybank Marathon 2025 di Gianyar, Bali, Minggu (22/8/2025).

Yuki, pelari berusia 38 tahun yang menjuarai Boston Marathon 2018 akan turun di nomor half marathon. 

Advertisement

Fakta uniknya, Kawauchi bukanlah atlet purnawaktu. Ia memiliki pekerjaan kantoran sebagai pegawai negeri. Ia bekerja sekitar 40 jam seminggu.

Ia menerima hadiah uang dari lomba lari, tetapi menolak sponsor atau biaya penampilan, karena sebagai pegawai negeri, ia dilarang menerima penghasilan dari pekerjaan lain.

Ia hampir setiap akhir pekan, dengan jarak yang beragam, mulai dari half marathon, ultra, hingga kejuaraan maraton dunia utama.

Mengikuti begitu banyak ajang memang mengesankan, tetapi yang membuat Kawauchi luar biasa adalah konsistensi kecepatan larinya.

Ia tidak memiliki pelatih atau manajer. Dengan tinggi badan 170 cm dan berat 58 kg, pegawai negeri ini tidak terlalu mirip pelari. Di siang hari, ia adalah pegawai kantoran yang berkacamata dan bekerja keras.


Kerja Jadi PNS, Bagaimana Latihannya?

Pelari kawakan asal Jepang, Yuki Kawauchi, akan turun lintasan pada Maybank Marathon 2025 di Gianyar, Bali, Minggu (22/8/2025). (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Kawauchi berasal dari Prefektur Saitama, sekitar 56 kilometer di utara Tokyo. Sejak kuliah, ia bekerja untuk pemerintah Prefektur Saitama, ditugaskan pada shift pukul 13.00-21.00 di sebuah SMA malam.

Pekerjaannya menjawab telepon, memasukkan data, dan menagih uang sekolah serta biaya makan. Sebagai pegawai pemerintah, ia mendapat sekitar 25 hari libur dan memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk balapan dan bepergian.

Kawauchi menghabiskan sebagian besar waktu luangnya dengan berlari. Empat kali dalam seminggu di waktu pagi, ia akan mencatat jarak 18-20 kilometer selama sekitar dua jam di taman dekat rumahnya.

Pada malam hari, ia akan berlatih kekuatan di kamarnya dengan peralatan buatan sendiri, menggunakan ban sepeda bekas sebagai pita latihan dan barbel seberat 15 kg untuk menggantungkan sepatu larinya yang sudah tidak dipakai lagi. Ia berlatih kecepatan pada hari Rabu dan memanfaatkan akhir pekan untuk mengejar jarak tempuh.


Dilatih Sang Ibu, Program Pecahkan Rekor, dan Juara Boston Marathon

Karier lari Kawauchi dimulai sejak dini. Ketika ia berlari 7:30 dalam lari 1500 meter di usia 6 tahun. Sang ibu, Mika, adalah mantan pelari jarak menengah.

Mika Kawauchi memutuskan untuk melatihnya di taman-taman. Sang ibu memberikan peraturan ketat untuk memancingnya memecahkan rekor.

Program latihannya, contoh, jika selisihnya hingga 30 detik, ia harus berlari satu putaran tambahan. Jika selisihnya satu menit, ia harus berlari dua putaran. Jika ia terus-menerus lambat, ia harus berjalan kaki hampir dua mil pulang sendirian, meskipun itu hanya terjadi beberapa kali. Sebagai anak yang penurut, Kawauchi ingat bahwa betapa pun asyiknya ia bermain video gim dengan teman-temannya sepulang sekolah, ia akan berlatih.

Karena itu, ia menjadi inspirasi bagi jutaan pelari akhir pekan di Jepang. Orang Jepang menyukai maraton dan pelari maraton, sebagian karena budaya mereka menghargai ketabahan yang dibutuhkan dalam lomba lari.

Ia memiliki catatan rekor menawan yang tercatat di Guinness, yakni pelati pertama di dunia yang mencatat lebihdari 100 maraton di bawah 2 jam 20 menit.

Ia juga menjadi orang Jepang pertama yang memenangkan Boston sejak 1987. Lomba dilakukan dalam cuaca ekstrem, hujan, dingin, dan angin kencang.

Kawauchi juga pernah mengenakan kostum panda dalam lomba half marathon lokalsebagai pemanasan Boston. Ia mewakili Jepang dalam Kejuaraan Dunia pada tahun 2011, 2013, dan 2017.

Berita Terkait