NASA Ungkap Jejak Potensial Kehidupan Kuno di Mars dari Kawah Jezero

NASA temukan jejak kehidupan kuno di Mars, letaknya di kawah kaya akan air.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 12 September 2025, 22:20 WIB
Ilustrasi Mars. (Foto oleh Freepik)

Bola.com, Jakarta - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan temuan penting yang berpotensi mengubah cara pandang manusia soal kehidupan di luar Bumi.

Penjelajah Perseverance berhasil mengidentifikasi jejak yang diduga terkait kehidupan kuno di permukaan Mars, tepatnya di Kawah Jezero.

Advertisement

Analisis detail terhadap sampel batuan dari lokasi yang diyakini pernah menjadi danau purba miliaran tahun lalu ini membuka harapan besar. Lingkungan yang dulu kaya air menjadikan Jezero sebagai lokasi utama pencarian tanda-tanda kehidupan mikroba masa lalu.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 10 September 2025 setelah melalui tinjauan ketat memperkuat dugaan adanya biosignature.

Sean Duffy, Pejabat Administrator NASA, menyebut penemuan ini sebagai terobosan.

"Ini bisa jadi tanda kehidupan paling jelas yang pernah kita temukan di Mars, dan itu sungguh luar biasa," katanya penuh antusias.


Sampel 'Sapphire Canyon' Jadi Kunci Penemuan

NASA baru-baru ini mengumumkan penemuan "tanda-tanda potensial kehidupan" di Mars oleh penjelajah Perseverance pada 10 September 2025.

Jejak yang dimaksud ditemukan pada sampel batuan bernama 'Sapphire Canyon' atau 'Cheyava Falls', yang terbentuk miliaran tahun lalu di dasar danau purba Kawah Jezero.

Uniknya, batuan tersebut berasal dari sedimen yang relatif muda, menandakan kemungkinan Mars lebih lama layak huni dibanding perkiraan sebelumnya.

Katie Stack Morgan, ilmuwan proyek Perseverance di Jet Propulsion Laboratory, menekankan nilai penting lokasi penelitian.

"Jezero dipilih karena lokasinya berada di antara wilayah paling kuno di Mars, memperlihatkan beberapa batuan tertua di tata surya," ujarnya.


Bukti Geologi dan Kimia yang Menguatkan

Bagian panorama dari kamera IMP yang dipasang di tiang lander "Mars Pathfinder" NASA, mencakup "Puncak Kembar" di cakrawala, dan penjelajah Sojourner di sebelah batu yang disebut "Yogi". Gambar diambil pada 1997. (NASA / JPL)

Analisis menunjukkan batuan 'Sapphire Canyon' mengandung karbon organik, sulfur, fosfor, serta besi teroksidasi. Kombinasi ini di Bumi sering dikaitkan dengan aktivitas mikroba.

Fitur aneh berupa bintik-bintik menyerupai kulit macan tutul dan nodul pada batuan diduga menyimpan mineral vivianite (besi-fosfat) dan greigite (besi sulfida), yang bisa menjadi sumber energi bagi mikroba.

"Ini adalah jenis tanda yang biasanya kita lihat ketika sesuatu yang biologis terbentuk," kata Nicky Fox, associate administrator NASA.

Selain itu, keberadaan pita hematit pada batuan Cheyava Falls menegaskan bahwa kawasan tersebut kemungkinan besar merupakan dasar sungai atau danau purba, bukti kuat akan lingkungan berair yang stabil di masa lalu Mars.


Menunggu Konfirmasi Lewat Mars Sample Return

Foto NASA yang diperoleh pada 18 April 2021 menunjukkan Helikopter Ingenuity setelah berhasil menyelesaikan tes spin-up berkecepatan tinggi ditangkap oleh instrumen Mastcam-Z di Perseverance pada 16 April 2021 (the 55th sol, or Martian day, of the rover's mission). (Handout/NASA/JPL-Caltech/ASU/AFP)

Kendati menjanjikan, para ilmuwan menekankan temuan ini masih sebatas biosignature potensial. Mineral serupa bisa saja terbentuk melalui proses non-biologis sehingga konfirmasi hanya bisa dilakukan lewat studi lebih lanjut.

NASA menyiapkan misi Mars Sample Return untuk membawa batuan ke laboratorium Bumi agar analisis lebih komprehensif bisa dilakukan dengan teknologi canggih.

Stack Morgan menambahkan, batuan purba itu memberi "jendela menuju periode waktu yang tidak banyak terwakili di Bumi. Namun, itu adalah masa ketika kehidupan mulai muncul di Bumi, dan mungkin juga di Mars".

Hingga kini, Perseverance masih aktif mengumpulkan sampel dari delta sungai kuno di Kawah Jezero, satu di antara lokasi paling potensial untuk jejak kehidupan mikroba.

Setiap sampel yang diamankan membawa umat manusia makin dekat untuk menjawab pertanyaan besar: apakah kita benar-benar sendirian di alam semesta ini?