Bola.com, Jakarta - Harga daging ayam potong di sejumlah daerah mengalami kenaikan. Menurut Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), mengatakan harga daging ayam di pasaran masih berada di bawah harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan yakni, sekitar Rp37.000 per kilogram.
"Harga ayam masih di bawah HET (HAP). HET-nya kan Rp40.000 ya, sekarang harga kira kira Rp37.000, jadi masih di bawah HET," kata Zulhas di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/9/2025).
Zulhas tak memberikan jawaban jelas saat ditanya soal harga daging ayam potong menembus Rp45.000 per kilogram. Ia hanya menekankan HAP daging ayam sebesar Rp40.000
"Rata-rata sekarang harga Rp37.000 ribu rata-rata, HET-nya Rp40.000," ucapnya.
Faktor Pemicu Kenaikan Harga Ayam Potong
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman meyakini harga daging ayam potong kembali stabil dalam beberapa hari ke depan. Dia berharap harga daging ayam menguntungkan para peternak maupun konsumen.
"Ya, ini ayam kan harganya baru saja harganya sangat rendah. Nah, saya kira sebentar lagi stabil. Kita harapkan peternak bisa untung dan juga konsumen nyaman," tutur Amran.
Sebelumnya, harga daging ayam di Pasar Anyar, Bogor mengalami kenaikan pada awal September ini. Menurut Seorang pedagang ayam potong, Juna, kenaikan harga dipicu oleh momen bulan Maulid Nabi Muhammad SAW yang membuat permintaan masyarakat terhadap daging ayam meningkat.
"Harga ayam lagi naik karena bulan Mulud. Bulan Mulud, Natal, Tahun Baru pasti naik ayam. Bulan hari-hari besar aja naik ayam," ujar Juna.
Soal harga, Juna menuturkan, daging ayam dipatok berbeda tergantung ukuran. "Kalau yang kecil ya, saya ngeteng Rp40.000. Kalau yang gede Rp33.000, lebih mahal lagi ada Rp50.000 yang satu setengah kiloan,” ujarnya.
Berdasarkan keterangan Juna, ayam berukuran kecil justru dibanderol lebih mahal dibanding ayam besar karena dari segi rasa dianggap lebih enak. Biasanya, ayam kecil yang dijual di pasar merupakan ayam berusia di bawah 40 hari.
Tetap Menjadi Kebutuhan
Salah seorang pembeli, Nisa, mengaku tetap membeli ayam meski harganya sedang mahal. Baginya, ayam merupakan makanan pokok yang hampir setiap hari dikonsumsi oleh keluarganya.
"Walaupun harga ayam sedang mahal, saya tetap beli karena ayam ini makanan pokok. Tapi untuk sekarang jumlahnya saya kurangi, menyesuaikan uang yang tersedia," ujar dia.
Pernyataan Nisa juga sejalan dengan Juna. Juna mengatakan, meski harga ayam mengalami kenaikan pembeli tetap ada karena daging ayam sudah menjadi kebutuhan pokok.
Hanya saja, jumlah pembelian biasanya berkurang. Dia menambahkan, persaingan dengan penjual ayam di luar pasar juga ikut memengaruhi penjualan.
"Ada, yang butuh pasti beli. Emang ini makanan pokoknya. Tapi jumlah mereka belinya berkurang. Biasa beli sekilo jadi setengah. Lagi pulang sekarang banyak saingan-saingan ayam dipinggir-pinggir jalan. Kan kalau yang belanja itu yang penting murah. Padahal ayamnya beda,” kata Juna sambil memotong ayam.
Sumber: Merdeka.com