Seruan Emmanuel Macron ke Donald Trump: Setop Konflik Gaza Jika Ingin Nobel Perdamaian

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan Donald Trump harus ikut menghentikan konflik di Gaza jika ingin mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 24 September 2025, 20:35 WIB
Donald Trump Membersihkan Ketombe di Bahu Presiden Emmanuel Macron (Brendan Smialowski / AFP)

Bola.com, Jakarta - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan Donald Trump harus ikut menghentikan konflik di Gaza jika ingin mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. 

Pernyataan itu dilontarkan Macron menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump yang ingin menciptakan perdamaian dan mendorong peluang untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. 

Advertisement

"Hadiah Nobel Perdamaian hanya mungkin jika Anda menghentikan konflik ini. Karena itu, tekanan harus diberikan kepada pemerintah Israel agar menghentikan perang di Gaza," kata Macron, dalam wawancara dengan BFM TV, pada Selasa (23/9/2025).

Macron juga menegaskan siap memberikan respons jika Israel menerapkan sanksi terkait pengakuan Prancis terhadap negara Palestina.

"Jika itu terjadi, kami akan merespons, kami sudah siap untuk segalanya. Namun, saya percaya saat ini kita harus memilih jalan damai dan jalan persahabatan," ungkap Macron. 

Menurut Macron, yang dibutuhkan hanyalah "kemauan politik."

 


Prancis Tak Mau Berdiam Diri

Presiden Prancis Emmanuel Macron berpidato dalam pertemuan tingkat tinggi di markas besar PBB, Senin (22/9/2025), yang bertujuan menggalang dukungan bagi solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina. (Dok. AP/Angelina Katsanis)   

Ketika ditanya mengenai kemungkinan sanksi dari Israel, Macron menyatakan Prancis telah mempersiapkan berbagai langkah antisipasi.

"Jika perang terus berlanjut di Kota Gaza, jika militer terus maju dan membunuh warga sipil, kita tidak bisa berdiam diri," tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa tekanan dari Amerika Serikat terhadap Israel akan menjadi "kunci" dalam menyelesaikan konflik ini.

 

 

 


Perang Tanpa Akhir

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi isyarat saat konferensi pers bersama Presiden Ukraina setelah pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, 8 Februari 2022. Volodymyr Zelensky berharap segera mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia, Prancis, dan Jerman. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Macron berpendapat bahwa Tel Aviv tidak lagi memiliki strategi yang jelas dan malah membawa warganya untuk hidup dalam perang tanpa akhir jika tujuan Israel hanya untuk menghancurkan negara tetangganya.

"Dalam situasi ini, hanya ada satu individu yang benar-benar bisa melakukan sesuatu, yaitu presiden Amerika. Mengapa? Karena kita tidak mengirimkan senjata untuk konflik di Gaza. Peralatan militer yang disuplai adalah dari Amerika Serikat," tegas Macron.

Ia juga menambahkan bahwa upaya diplomasi yang dilakukan Prancis bertujuan meningkatkan tekanan terhadap Israel dan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Ini juga bertujuan menunjukkan kepada publik Israel bahwa yang kita dorong adalah proyek perdamaian, dan kita ingin mencapainya bersama mereka," jelas Macron.

 


Gelombang Pengakuan Palestina

Ilustrasi Palestina (AP)

Langkah Prancis ini bertepatan dengan enam negara lainnya, yaitu Luksemburg, Belgia, Andorra, Malta, Monako, dan San Marino, yang secara resmi mengakui Palestina dalam pertemuan tingkat tinggi di New York menjelang Sidang Umum PBB.

Sehari sebelumnya, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal juga mengumumkan pengakuan yang serupa.

Dengan langkah ini, hingga saat ini sudah ada 159 dari 193 negara anggota PBB yang mengakui Palestina sejak mendiang Yasser Arafat memproklamasikan keberadaan negara tersebut pada 1988. 

Sumber: Merdeka