Ciri-ciri Keracunan Makanan, Jangan Anggap Remeh

Keracunan makanan sedang menjadi topik pembahasan hangat di Indonesia dalam beberapa saat terakhir. Bagaimana ciri-ciri orang yang mengalami keracunan makanan?

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 29 September 2025, 22:45 WIB
Salah satu siswa SDN Taruna Bakti di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, diduga mengalami keracunan usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan di sekolah. (Foto: Liputan6.com/Fira Syahrin).

Bola.com, Jakarta - Keracunan makanan sedang menjadi topik pembahasan hangat di Indonesia dalam beberapa saat terakhir. Bagaimana ciri-ciri orang yang mengalami keracunan makanan? 

Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak IDAI, Dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), menjelaskan keracunan makanan merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Advertisement

Kontaminasi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti bakteri, virus, racun, bahan kimia, logam berat, hingga parasit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh BPOM pada tahun 2024, terdapat 1.164 kasus keracunan obat dan makanan yang tercatat.

"Mayoritas kasus diakibatkan oleh makanan dan minuman, dengan usia terbanyak pada remaja di atas 12 tahun yang mendekati hampir 43 persen," ungkap Yogi.

Keracunan makanan dapat dipicu oleh banyak faktor, termasuk bakteri, virus, parasit, serta zat kimia atau logam yang berbahaya. Kontaminasi sering terjadi pada makanan yang tidak diolah dengan baik atau disimpan dalam kondisi yang tidak tepat.

"Penyebab keracunan ada cukup banyak, salah satunya bakteri, virus, parasit, maupun bahan kimia tertentu," tambahnya.

 


Reaksi Alami Tubuh

Menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Lampung Timur yang membuat sejumlah siswa keracunan dan harus mendapatkan pertolongan medis. (Liputan6.com/ Ardi Munthe)

Gejala biasanya muncul sebagai reaksi alami tubuh untuk melawan kontaminasi yang terjadi.

"Secara prinsip, tubuh kita punya mekanisme pertahanan. Sehingga saat ada asupan makanan atau minuman yang terkontaminasi, tubuh akan memberi respons dengan mual, muntah, nyeri perut, buang air besar cair, bahkan berdarah," jelas Yogi.

Selain gejala yang muncul di saluran pencernaan, keracunan juga dapat menimbulkan tanda-tanda lain yang lebih spesifik.

"Bukan hanya di saluran pencernaan saja, bisa timbul demam, nyeri kepala, hingga pandangan kabur. Ini gejala-gejala spesifik untuk keracunan tertentu," tambahnya.

 

 


Dehidrasi

Dehidrasi merupakan ancaman serius yang sering kali menyertai kasus keracunan makanan pada anak-anak.

Kehilangan cairan yang disebabkan oleh muntah dan diare dapat memperburuk keadaan jika tidak ditangani dengan cepat. Yogi menekankan pentingnya memperhatikan tanda-tanda dehidrasi.

"Yang harus kita waspadai adalah tanda-tanda dehidrasi karena dengan adanya muntah dan diare, anak ini akan berisiko mengalami kekurangan cairan," jelasnya.

Gejala dehidrasi dapat dikenali melalui beberapa indikator, seperti mulut yang kering, rasa haus yang berlebihan, pengurangan frekuensi buang air kecil, serta urine yang berwarna lebih pekat.

Selain itu, anak yang mengalami dehidrasi biasanya terlihat lemas dan kurang bertenaga. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, dehidrasi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, termasuk gangguan kesadaran.

 

 


Penyebab yang Sering Diabaikan

Murid-murid sekolah dasar mendapatkan perawatan di klinik darurat setelah mengalami keracunan usai menyantap makanan yang dibagikan lewat program Makan Bergizi Gratis di Bandung, Jawa Barat, pada 23 September 2025. (Timur Matahari/AFP)

Keracunan makanan tidak selalu disebabkan oleh faktor besar, melainkan sering kali muncul akibat kebiasaan sehari-hari yang dianggap sepele.

Makanan yang tidak dimasak dengan baik, cara penyimpanan yang tidak tepat, serta air minum yang tidak diolah dengan benar dapat menjadi saluran bagi bakteri dan virus berbahaya.

"Keracunan pada anak sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, baik data di luar negeri atau di Indonesia," jelas Yogi.

Ia menjelaskan bahwa penyebab keracunan ini bervariasi, mulai dari Salmonella, E. coli, Rotavirus, hingga parasit seperti Giardia lamblia.

Selain itu, bahan kimia dan logam berat seperti timbal dan merkuri juga dapat mencemari makanan.

Hal-hal inilah yang sering kali membuat orang tidak menyadari bahwa keracunan bisa berasal dari sumber-sumber yang tampak biasa.

 

 


Jangan Anggap Remeh

Siswa korban keracunan makanan saat dibawa ke RSUD Sayang Cianjur diduga usai santap MBG. (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Gejala keracunan makanan seharusnya tidak dianggap remeh karena bisa berkembang dengan cepat dan berpotensi membahayakan.

Awalnya, gejala ini dapat muncul sebagai mual, muntah, atau diare biasa, tetapi dalam beberapa situasi, gejala tersebut dapat menjadi lebih parah.

Yogi juga menambahkan bahwa dalam beberapa kasus, seseorang bisa mengalami kelemahan pada anggota tubuh atau kesemutan. Gejala-gejala ini menandakan adanya racun atau kontaminasi yang lebih serius.

Oleh karena itu, jika gejala semakin memburuk, orangtua atau pendamping anak harus segera membawa mereka ke fasilitas kesehatan. Penanganan yang terlambat dapat mengakibatkan komplikasi serius, bahkan bisa mengancam nyawa.

Dengan demikian, kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal sangatlah penting agar anak dapat menerima pertolongan yang tepat waktu.