BPI Danantara Siapkan 2 Skema untuk Atasi Utang Proyek Kereta Cepat (KCIC)

Dua skema penyelesaian utang proyek KCIC: infrastruktur diambil alih atau suntikan dana?

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 10 Oktober 2025, 11:20 WIB
Kereta Cepat Jakarta Bandung. (merdeka.com/Arie Basuki)

Bola.com, Jakarta - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) sedang menyiapkan dua opsi strategis untuk menyelesaikan persoalan utang yang membayangi proyek Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC).

Langkah ini ditempuh guna menjaga keberlanjutan proyek transportasi modern tersebut yang telah memberi dampak ekonomi positif bagi masyarakat.

Advertisement

Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara, Dony Oskaria, mengatakan kedua skema sedang dibahas secara intensif bersama para pemangku kepentingan.

Ia menegaskan, penyelesaian utang KCIC harus dilakukan secara hati-hati agar tetap sejalan dengan kepentingan publik dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.

"Apakah kemudian kita tambahkan equity yang pertama, atau memang infrastrukturnya kita serahkan ke pemerintah sebagaimana industri kereta api lainnya. Nah, dua opsi ini yang sedang kami tawarkan," ujar Dony di Jakarta.

Menurut Dony, BPI Danantara berupaya menyeimbangkan antara keberlanjutan proyek dengan kesehatan keuangan para pihak yang terlibat.

Ia menambahkan, peningkatan jumlah penumpang KCIC yang kini mencapai sekitar 30 ribu orang per hari menunjukkan proyek ini berhasil memberi manfaat nyata bagi publik dan ekonomi lokal.


Dua Skema Utama

Kereta Api Cepat kini telah resmi ditetapkan sebagai daftar Objek Vital Nasional (dok: KCIC)

Dua pendekatan yang sedang dikaji BPI Danantara mencakup penambahan ekuitas dan pengambilalihan infrastruktur oleh pemerintah.

Opsi pertama, pemerintah dapat menambah suntikan modal ke dalam proyek KCIC untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan.

Opsi kedua, infrastruktur proyek bisa dialihkan menjadi aset negara, mengikuti praktik umum industri perkeretaapian di mana jalur dan fasilitas utama dimiliki pemerintah, sementara operator fokus pada layanan.

Dony menilai, kedua opsi tersebut sama-sama memiliki potensi memberikan stabilitas finansial sekaligus menjamin layanan publik tetap berjalan tanpa gangguan.


Restrukturisasi Utang dengan China

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat peningkatan signifikan penumpang Kereta Cepat Whoosh sambut libur Maulid Nabi. (Foto: KCIC)

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, memastikan bahwa proses negosiasi restrukturisasi utang KCIC dengan pihak China sedang berlangsung.

Pemerintah Indonesia dan mitra dari China terus berdiskusi untuk membentuk struktur pembiayaan baru yang lebih sehat dan berkelanjutan.

"Iya, sedang berjalan (restrukturisasi) dengan pihak China, baik dengan pemerintah China. Negosiasi masih berlangsung," kata Rosan.

Ia menegaskan, pemerintah tidak ingin solusi yang diambil bersifat sementara atau hanya menunda masalah. Fokus utama, menurut Rosan, adalah reformasi menyeluruh agar persoalan serupa tidak kembali terjadi di masa depan.

"Kami ingin restrukturisasi yang sifatnya permanen. Jadi, setelah proses ini selesai, ke depannya tidak akan ada lagi potensi masalah seperti keputusan default dan sebagainya," ujarnya.


Imbas terhadap Rencana Proyek Jakarta–Surabaya

Kereta cepat Whoosh dipadati penumpang selama periode liburan Lebaran 2025. (Foto: PT KCIC)

Rosan tak menampik bahwa hasil restrukturisasi utang KCIC dapat memengaruhi rencana pembangunan proyek kereta cepat lanjutan rute Jakarta–Surabaya.

Namun, aspek teknis dan koordinasi antarproyek akan lebih banyak dibahas oleh Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

Pemerintah berkomitmen agar setiap keputusan dalam restrukturisasi utang mempertimbangkan dampak luas terhadap agenda infrastruktur nasional. Langkah ini diharapkan bisa menciptakan fondasi finansial yang lebih kuat bagi proyek-proyek strategis berikutnya.

"Fokus kami, memastikan setiap proyek berjalan dengan landasan keuangan yang sehat sehingga pembangunan infrastruktur nasional tidak terganggu oleh persoalan serupa," imbuh Rosan.


Fondasi Keuangan untuk Masa Depan Infrastruktur

Ilustrasi perjalanan kereta cepat Whoosh. (Liputan6.com/ Dok PT KCIC)

Dengan meningkatnya jumlah penumpang dan manfaat ekonomi yang dirasakan publik, proyek Kereta Cepat Indonesia–China dinilai memiliki potensi jangka panjang yang besar.

Namun, keberlanjutan proyek tersebut sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dan investor dalam menata ulang pembiayaan dan memperkuat tata kelolanya.

Melalui dua skema yang tengah digodok BPI Danantara serta proses restrukturisasi yang diupayakan pemerintah, diharapkan proyek strategis ini tidak hanya mampu keluar dari tekanan utang, tetapi juga menjadi fondasi kukuh bagi pengembangan jaringan transportasi cepat di Indonesia.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait