Boeing Catat Kerugian Besar Rp89,84 Triliun, Cek Pemicu dan Alasannya!

Perusahaan penerbangan terbesar di Amerika Serikat, Boeing, mengalami kerugian besar. Mereka mencatat kerugian kuartalan mencapai 5,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp89,84 triliun.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 31 Oktober 2025, 06:20 WIB
Pesawat Boeing 737 Max 9 yang dimiliki Alaska Airlines. (dok. STEPHEN BRASHEAR / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Bola.com, Jakarta - Perusahaan penerbangan terbesar di Amerika Serikat, Boeing, mengalami kerugian besar. Mereka mencatat kerugian kuartalan mencapai 5,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp89,84 triliun. 

Apa penyebab kerugian yang dialami Boeing tersebut? 

Advertisement

Menurut laporan dari DW pada Kamis (30/10/2025), kerugian ini disebabkan oleh denda sebesar 5 miliar dolar AS atau Rp83,18 triliun akibat penundaan pengiriman model 777X yang sudah lama dinantikan hingga tahun 2027.

Boeing menjelaskan kerugian ini juga mencakup kompensasi yang harus dibayarkan kepada pelanggan yang terdampak oleh keterlambatan pengiriman. 

Bulan lalu, CEO Boeing, Kelly Ortberg, menyatakan perusahaan mengalami keterlambatan dalam proses sertifikasi jet tersebut dan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ortberg belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai kemungkinan penundaan setelah jadwal pengiriman yang direncanakan pada tahun 2026.

Model pesawat 777X menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang Boeing untuk pesawat berbadan lebar. Model pesawat ini diharapkan dapat merebut kembali pangsa pasar yang sebelumnya dikuasai oleh model 747 dan 777 yang lebih besar, terutama untuk rute yang lebih padat dan jarak jauh.

 


Saham Boeing Turun

Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Penundaan dalam proses sertifikasi dan produksi yang berulang telah mengakibatkan keterlambatan pengiriman sejak penerbangan perdana pesawat ini pada 2020. Boeing harus menanggung biaya tambahan mencapai USD 15 miliar atau Rp249,63 triliun, semakin menambah beban keuangan perusahaan.

"Meskipun kami kecewa dengan penundaan jadwal 777X, pesawat ini terus berkinerja baik dalam uji terbang, dan kami tetap fokus pada pekerjaan yang akan datang untuk menyelesaikan program pengembangan kami dan menstabilkan operasi kami untuk memulihkan kinerja perusahaan sepenuhnya dan memulihkan kepercayaan dengan semua pemangku kepentingan kami," ungkap Ortberg.

Berbagai permasalahan yang dihadapi Boeing telah memberikan kesempatan bagi pesaingnya di Eropa, yaitu Airbus, untuk meningkatkan penjualannya.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan meluncurkan pesawat baru andalannya, A350, yang dirancang untuk penerbangan jarak jauh dan memiliki kapasitas penumpang yang besar.

Waktu peluncuran produk ini juga tidak tepat, mengingat permintaan untuk perjalanan udara internasional mulai meningkat kembali setelah pandemi COVID-19, dan maskapai-maskapai kembali bersemangat untuk melakukan akuisisi pesawat baru.

Di sisi lain, saham Boeing mengalami penurunan sekitar 1% sebelum sesi perdagangan dimulai. Analis Wall Street telah memberikan laporan negatif mengenai model 777X sebelum pengumuman yang dijadwalkan pada hari Rabu ini.

 

 


Berharap Pulih

Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)

Pendapatan perusahaan tercatat sekitar USD 23,3 miliar atau setara dengan Rp387,78 triliun untuk kuartal ini. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 30% dibandingkan tahun lalu dan berhasil melampaui ekspektasi para analis.

Selain itu, Boeing juga mengumumkan arus kas bebas sebesar USD 238 juta, yang merupakan catatan positif pertama kalinya sejak 2023.

Perusahaan ini berharap dapat pulih dari kinerja terburuk yang pernah mereka alami pada 2024. Saat itu, mereka mencatat kerugian bersih sebesar USD 11,8 miliar atau Rp196,36 triliun.

Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah kualitas dan penundaan produksi pada model 737 MAX, yang diselingi oleh beberapa kecelakaan besar dan pencabutan sertifikasi, Boeing kini dengan hati-hati berupaya untuk meningkatkan produksi bulanan pada tahun 2025.

Langkah ini diambil setelah penyelesaian pemogokan masinis yang berlangsung dari September hingga November 2024, yang melibatkan lebih dari 30.000 staf dan berdampak besar pada biaya operasional.

Pada September 2025, Boeing berhasil mengirimkan 55 jet, yang merupakan pencapaian terbaiknya untuk bulan tersebut sejak tahun 2018. Angka ini juga menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan 33 jet yang dikirimkan pada bulan yang sama tahun lalu. 

Sumber: Merdeka.com