Gaikindo: Penjualan Mobil Nasional Turun 10,6 Persen Hingga Oktober 2025

Data Gaikindo menunjukkan penjualan mobil nasional mencapai 635.844 unit hingga Oktober 2025, turun 10,6% dibandingkan tahun lalu.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 08 November 2025, 18:20 WIB
Ilustrasi membeli mobil baru. (Image by Freepik)

Bola.com, Jakarta - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penurunan penjualan mobil baru di dalam negeri sepanjang sepuluh bulan pertama tahun 2025.

Berdasarkan data hingga Oktober 2025, penjualan wholesales kendaraan roda empat hanya mencapai 635.844 unit, turun 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 711.064 unit.

Advertisement

Penurunan tersebut menjadi sinyal perlambatan di sektor otomotif nasional. Meski begitu, merek-merek asal Jepang masih mendominasi pasar Tanah Air.

Dari total penjualan hingga Oktober 2025, Toyota masih menempati posisi teratas dengan pangsa pasar 31,8 persen atau 202.376 unit. 

Daihatsu menyusul di urutan kedua dengan total 107.090 unit, menguasai 16,8 persen pangsa pasar. Sementara Mitsubishi Motors berada di posisi ketiga lewat penjualan 56.516 unit atau 8,9 persen dari total pasar.

Dominasi tiga merek besar asal Jepang ini menegaskan bahwa preferensi konsumen domestik masih sangat kuat terhadap produk-produk Negeri Sakura.


5 Merek dengan Penjualan Tertinggi

Ilustrasi membeli mobil baru. (Image by Freepik)

Secara keseluruhan, lima merek dengan penjualan tertinggi menurut Gaikindo adalah:

  1. Toyota – 202.376 unit (31,8%)
  2. Daihatsu – 107.090 unit (16,8%)
  3. Mitsubishi Motors – 56.516 unit (8,9%)
  4. Honda – 50.270 unit (7,9%)
  5. Suzuki – 49.803 unit (7,8%)

Selain merek Jepang, beberapa produsen non-Jepang juga menunjukkan perkembangan positif. BYD asal China mencatat penjualan 30.670 unit, sementara Hyundai dari Korea Selatan menjual 16.594 unit atau 2,6 persen pangsa pasar.

Segmen kendaraan penumpang masih menjadi penyumbang utama terhadap total penjualan nasional. Adapun kendaraan niaga turut berkontribusi cukup besar, terutama dari merek seperti Mitsubishi Fuso, Isuzu, dan Hino.


Penurunan Penjualan dan Dampak Ekonomi

Ilustrasi membeli mobil baru. (Image by Freepik)

Turunnya penjualan mobil hingga Oktober 2025 ini memunculkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri otomotif. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah kendaraan yang terdistribusi ke dealer menurun lebih dari 75 ribu unit.

Pengamat Ekonomi Bank Permata, Josua Pardede, menilai pelemahan daya beli masyarakat menjadi faktor utama di balik penurunan tersebut.

"Kami perkirakan memang overall cenderung masih cukup berat karena efek daya beli dan PPN," ujarnya dalam pesan singkat kepada ANTARA.

Menurut Josua, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih membuat konsumen menunda pembelian kendaraan baru. Faktor makroekonomi ini pun dinilai berpengaruh langsung terhadap performa pasar otomotif nasional.


Prospek Pasar Otomotif ke Depan

Ilustrasi membeli mobil baru, showroom mobil. (Image by Freepik)

Kendati penjualan menurun, Josua tetap melihat peluang perbaikan di tahun mendatang. Ia memperkirakan, pasar otomotif berpotensi kembali bergairah seiring membaiknya ekonomi nasional dan meningkatnya daya beli masyarakat.

Selain itu, dukungan kebijakan pemerintah terhadap sektor otomotif diharapkan mampu mendorong pemulihan penjualan. Pelaku industri dinilai perlu menyiapkan strategi adaptif untuk menghadapi dinamika pasar yang berubah cepat.

Dengan populasi besar dan kebutuhan transportasi yang terus meningkat, pasar otomotif Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang signifikan.

Inovasi produk serta penawaran menarik dari produsen diyakini akan menjadi kunci dalam menarik minat konsumen di masa mendatang.

 

Sumber: merdeka.com