Bola.com, Jakarta - Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, Agung Budi Waskito, mengungkapkan bahwa perusahaan pelat merah tersebut masih terus mencatat kerugian sejak proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh resmi beroperasi.
Dalam proyek tersebut, WIKA memegang dua peran penting, yaitu sebagai investor yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) serta sebagai kontraktor pelaksana.
"Sebagai investor, WIKA memiliki penyertaan sekitar Rp6,1 triliun. Namun, dari investasi sebesar itu, kami tidak memperoleh pengembalian karena proyek kereta cepat ini mengalami kerugian,” ujar Agung dalam paparan publik, Rabu (12-11-2025).
Agung menambahkan, sejak Whoosh mulai beroperasi, kondisi keuangan WIKA justru makin tertekan.
"Sejak proyek Whoosh dibuka, WIKA malah mencatat kerugian," lanjutnya.
Klaim Rp5 Triliun
Dari sisi konstruksi, WIKA mengantongi porsi sekitar 25 persen dari total pekerjaan proyek tersebut. Namun, keterlibatan ini juga belum memberikan hasil positif lantaran masih terdapat sengketa antara WIKA dan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"Masih ada beberapa hal yang dalam proses penyelesaian antara WIKA dan KCIC," kata Agung.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian WIKA per 30 September 2025, perseroan masih menanti pencairan klaim senilai Rp5,01 triliun dari proyek kereta cepat tersebut.
Klaim itu diajukan kepada KCIC selaku pengelola proyek, dan dicatat sebagai piutang dalam penyelesaian kontrak (PDPK).
Nilai tersebut merupakan tuntutan atas biaya tambahan (cost overrun) yang muncul selama proses pembangunan.
Dalam laporan keuangannya, WIKA menyebut klaim tersebut masih dalam tahap negosiasi antara kedua pihak.
Penugasan Jangka Panjang
Agung mengakui, keterlibatan dalam proyek strategis nasional seperti Whoosh justru menjadi beban berat bagi WIKA. Proyek yang kini sudah beroperasi itu masih terbelit utang besar dan belum memberikan keuntungan yang diharapkan.
"Perusahaan menghadapi tantangan berat dari penugasan investasi jangka panjang seperti proyek Kereta Cepat yang belum memberikan return. Kondisi ini semakin menambah beban bagi WIKA," ujar Agung.
Ia menegaskan, perusahaan kini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar dapat menjalankan proses penyehatan keuangan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
"WIKA membutuhkan dukungan agar proses restrukturisasi dan pemulihan dapat berjalan dengan baik," ucapnya.
Sumber: merdeka.com