Bola.com, Jakarta - Sektor otomotif Jerman sedang menghadapi tekanan berat. Pergeseran cepat menuju kendaraan listrik (EV) dan turunnya permintaan dunia menimbulkan ancaman serius, termasuk potensi hilangnya hingga 200.000 lapangan kerja dalam beberapa tahun mendatang.
Laporan EY yang dikutip Autoblog mengungkapkan bahwa sejak 2019, negara tersebut sudah kehilangan hampir 245.000 pekerjaan di sektor industri.
Penurunan paling tajam terjadi pada bidang otomotif, dengan sejumlah pemasok besar seperti Bosch, ZF Friedrichshafen, dan Continental sudah mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja secara masif.
Perpindahan ke kendaraan listrik menjadi satu di antara faktor krusial. Berbeda dengan mesin pembakaran konvensional, EV membutuhkan komponen mekanis yang jauh lebih sedikit.
Hal ini membuat banyak proses produksi tradisional yang sebelumnya penting kini kehilangan relevansi.
Tekanan yang Muncul
Di sisi lain, ekspor mobil Jerman ke pasar besar seperti Amerika Serikat dan China turut merosot. Beban biaya energi dan produksi yang tinggi di dalam negeri memperburuk keadaan.
Bosch bahkan menegaskan bahwa produksi kendaraan global diperkirakan hanya bertahan di kisaran 93 juta unit, tanpa tanda-tanda pertumbuhan signifikan.
Industri otomotif merupakan pilar penting bagi sejumlah wilayah di Jerman, termasuk Baden-Wurttemberg dan Lower Saxony, serta menyerap sekitar 800.000 tenaga kerja.
Itulah mengapa, tekanan yang muncul bukan hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial.
Rantai Industri Ikut Terpukul
Proyeksi hilangnya hingga 200.000 pekerjaan dinilai dapat menular ke sektor-sektor lain yang berkaitan erat dengan otomotif, seperti logistik, baja, hingga riset dan pengembangan.
Asosiasi industri Verband der Automobilindustrie (VDA) mendorong pemerintah mengambil langkah cepat melalui kebijakan yang mendorong investasi, program pelatihan ulang tenaga kerja, serta perbaikan regulasi dan biaya produksi agar perusahaan tetap kompetitif.
Keberlangsungan industri otomotif Jerman kini sangat bergantung pada kecepatan adaptasi terhadap era mobil listrik, restrukturisasi rantai pasok, dan kemampuan bersaing di pasar global yang kian kompetitif.
Kondisi ini menunjukkan perlunya respons menyeluruh dari seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga sektor otomotif tetap bertahan dan berkembang di tahun-tahun mendatang.
Sumber: merdeka.com