Indonesia Alami Kerugian Rp22 Triliun Setiap Tahun Akibat Bencana Alam

Angka tersebut menunjukkan dampak signifikan terhadap infrastruktur dan ekonomi.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 22 November 2025, 16:20 WIB
Ilustrasi banjir dan longsor. (unsplash.com/Sadiq Nafee)

Bola.com, Jakarta - Bencana alam yang muncul di berbagai wilayah Indonesia terus menimbulkan dampak berat bagi perekonomian nasional maupun kehidupan masyarakat.

Deputi Bidang Pembangunan Kewilayahan Kementerian PPN/Bappenas, Medrilzam, mengungkapkan bahwa nilai kerugian dari kejadian-kejadian tersebut mencapai sekitar Rp22 triliun setiap tahun.

Advertisement

"Kerugiannya fantastis, ada Rp22 triliun per tahun. Uang yang tidak sedikit, dampaknya lebih besar," ujar Medrilzam saat menghadiri kegiatan penanaman pohon di kawasan Eiger Adventure Land (EAL), Puncak, Bogor, Jumat (21-11-2025).

Ia menegaskan bahwa angka tersebut menggambarkan betapa besar gangguan yang ditimbulkan terhadap infrastruktur, aktivitas ekonomi, hingga keseharian warga di wilayah terdampak. 


Paling Sering Terjadi

Ilustrasi bencana banjir. (Foto oleh Pok Rie: https://www.pexels.com/id-id/foto/kota-alam-air-desa-6471946/)

Menurut data yang dipaparkan Medrilzam, tanah longsor menjadi bencana paling sering terjadi di Indonesia, yakni hampir 34 persen dari total kejadian. Di bawahnya ada puting beliung sebesar 32 persen, angin kencang sekitar 12 persen, dan banjir sekitar 10 persen.

"Tingginya angka kejadian tanah longsor menjadi alarm keras bagi kita," ucap Medrilzam.

Medrilzam menyebut kerusakan lingkungan dan makin luasnya lahan kritis sebagai penyebab meningkatnya risiko bencana di sejumlah daerah.

"Kita menghadapi tantangan yang sangat besar. Luas lahan kritis di Indonesia besar sekali," ujarnya.


Lahan Kritis Capai 12,3 Juta Hektar

Kementerian Kehutanan mencatat terdapat sekitar 12,3 juta hektar lahan dalam kondisi kritis. Dari total tersebut, sekitar 811 ribu hektar berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, termasuk kawasan Puncak.

Situasi ini membuat potensi bencana, seperti banjir dan tanah longsor, di wilayah Jabodetabek makin meningkat.

Medrilzam menjelaskan bahwa kawasan Puncak berada di ketinggian sekitar 930 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, Sentul berada di kisaran 546 meter, dan Jakarta lebih rendah lagi.

Perbedaan elevasi tersebut membuat aliran air dari hulu sangat berisiko jika tidak dikelola dengan baik.

"Jadi, gravitasi air dari ketinggian ini kalau tidak dikelola secara alami maupun struktural, kalau cuaca ekstrem akan sangat beresiko bencana di hilir," tuturnya.


Upaya Mitigasi

Karena itu, upaya mitigasi melalui penanaman pohon di hulu DAS Ciliwung menjadi langkah yang sangat penting. Program tersebut kini dilakukan serentak di beberapa provinsi, seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Itulah mengapa, kegiatan penanaman dipusatkan di Eiger Adventure Land. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, mengingat kawasan tersebut berada di bagian hulu DAS Ciliwung yang menjadi penyuplai air penting bagi Jakarta dan sekitarnya.

"Tepatnya di kawasan Eiger Adventure Land. Catatan kami EAL di bawah kaki Gunung Pangrango dan DAS Ciliwung. Karenanya, penanaman di lokasi ini upaya kita mengembalikan suplai air di daerah di bawahnya. Bagaimana membuat agar tanahnya bisa lebih kuat lagi menghadapi cuaca ekstrem," jelas Medrilzam.

Ia menambahkan bahwa kawasan tersebut dahulu merupakan area perkebunan teh dan hutan, tetapi mengalami degradasi akibat alih fungsi lahan. Dampaknya, tanah menjadi rawan terhadap erosi.

"Namun, kami melihat kawasan ini sekarang mulai berubah menjadi ekowisata yang betul-betul mencoba membuka jalan bagi upaya restorasi ekologis," imbuhnya.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait