Bencana di Sumatra Diperkirakan Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV 2025

Bencana Sumatra diprediksi menahan laju pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 17 Desember 2025, 06:20 WIB
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bener Meriah, Ilham Abdi, menyebutkan pada Kamis 4 Desember 2025, terdapat 29 orang meninggal dunia. Tampak dalam foto, kawasan permukiman terlihat pascabanjir bandang di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, pada Kamis 4 Desember 2025. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Bola.com, Jakarta - Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), Suhindarto, menilai bencana yang terjadi di Sumatra berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan IV 2025.

Menurutnya, kontribusi ekonomi Sumatra terhadap PDB nasional cukup besar sehingga gangguan di wilayah ini tidak bisa diabaikan.

Advertisement

"Kami memproyeksikan ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi karena dari sisi share, Sumatra bukanlah daerah kecil. Kontribusinya terhadap perekonomian kita cukup signifikan," ujar Suhindarto dalam Media Forum PEFINDO, Selasa (16-12-2025).

Suhindarto menjelaskan, gangguan aktivitas ekonomi akibat bencana dapat menahan percepatan pertumbuhan yang semestinya terjadi di akhir tahun, meski pemerintah telah memberikan berbagai stimulus ekonomi.

"Tapi, secara umum, ini bisa menjadi faktor negatif yang akhirnya menahan akselerasi pertumbuhan ekonomi di Triwulan IV, yang seharusnya bisa terjadi di tengah stimulus pemerintah yang relatif cukup banyak diberikan," lanjutnya.

Meski demikian, ia menekankan bahwa besaran dampak secara kuantitatif masih perlu dianalisis lebih mendalam. Hingga saat ini, belum ada data resmi dari pemerintah yang secara spesifik mengukur pengaruh bencana Sumatra terhadap kinerja ekonomi sehingga proyeksi masih bersifat indikatif

"Nah, untuk seberapa jauh dampaknya, perlu dicek kembali. Sampai saat ini, kami belum melihat rilis resmi dari pemerintah terkait efek bencana ini terhadap ekonomi," tambah Suhindarto.

Banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang wilayah Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, pada akhir November 2025 membawa material kayu gelondongan dalam jumlah besar. Operasi pencarian dan penyelamatan terus dilakukan tim gabungan. Tampak dalam foto, seorang petugas penyelamat memimpin anjing pelacak dalam operasi pencarian korban banjir di Batang Toru, Sumatra Utara, Rabu 3 Desember 2025. (AP Photo/Binsar Bakkara)

Kontribusi Provinsi

Suhindarto menyoroti kontribusi beberapa provinsi terdampak bencana terhadap ekonomi regional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) saat pengumuman pertumbuhan ekonomi Triwulan III, Sumatra Utara tercatat sebagai provinsi dengan kontribusi ekonomi terbesar di pulau ini.

"Kalau kami lihat data yang dibagikan BPS saat merilis pertumbuhan ekonomi Triwulan III kemarin, dari tiga provinsi terdampak, yang paling besar adalah Sumatra Utara, dan ini paling besar di Sumatra," katanya.

Selain Sumatra Utara, Sumatra Barat termasuk delapan besar provinsi dengan kontribusi ekonomi signifikan, sementara Aceh menempati peringkat ketujuh secara nasional.

Dengan posisi tersebut, gangguan ekonomi di ketiga provinsi ini diperkirakan akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra secara keseluruhan.

Seisi kota nyaris mati. Tidak ada listrik, air bersih, apalagi jaringan telekomunikasi. Warga seperti terperangkap. Tampak dalam foto, seorang korban selamat membersihkan diri di area yang terdampak banjir bandang di Aceh Tamiang, Sumatra, Jumat 5 Desember 2025. (AP Photo/Binsar Bakkara)

Konsumsi Rumah Tangga Tertekan

Dari sisi konsumsi rumah tangga, Suhindarto menyatakan dampak bencana hampir tidak bisa dihindari.

Aktivitas ekonomi masyarakat yang terganggu berpotensi menahan konsumsi, khususnya di wilayah terdampak sehingga memberi tekanan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi Triwulan IV.

Sementara itu, dampak bencana terhadap inflasi belum terlihat signifikan. Data inflasi November menunjukkan efek bencana belum tecermin, tetapi PEFINDO masih memantau data inflasi Desember untuk melihat apakah gangguan distribusi dan pasokan akan mendorong kenaikan harga.

"Kemudian dari konsumsi rumah tangga sudah pasti akan terdampak adanya bencana maka konsumsi bisa tertahan. Inflasi November kemarin memang belum begitu tecermin. Namu,n untuk Desember ini, kami masih menunggu datanya," tutur Suhindarto.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait