Pengungsi Banjir Bandang Padang Mulai Alami Gangguan Kesehatan

Pengungsi banjir bandang Padang mulai mengalami gangguan kesehatan, ISPA dominan.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 17 Desember 2025, 08:20 WIB
Tim penyelamat memegang tali dalam upaya mengevakuasi kendaraan dan warga yang terjebak banjir di Padang, Provinsi Sumatera Barat pada Kamis 27 November 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Sumatra Barat melaporkan, total 27.433 warga terdampak banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak awal pekan lalu. (REZAN SOLEH/AFP)

Bola.com, Jakarta - Sejumlah pengungsi terdampak banjir bandang dan longsor di kawasan Batu Busuak, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatra Barat, mulai mengalami gangguan kesehatan.

Berdasarkan pemantauan tim medis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi penyakit yang paling banyak dikeluhkan para penyintas.

Advertisement

Dokter Puskesmas Pauh, Lusiana Yanti, menyebut mayoritas pengungsi mengeluhkan gejala flu dan batuk setelah bencana yang terjadi pada 24 November 2025 tersebut.

"Khusus di Batu Busuak, penyakit yang paling banyak terjadi pada penyintas banjir yaitu ISPA,” ujar Lusiana Yanti di Kota Padang, Selasa (16-12-2025), dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, meski terdapat beberapa penyakit lain yang juga muncul, ISPA tercatat sebagai keluhan terbanyak di lokasi pengungsian.

"Memang ada beberapa penyakit lain, tetapi ISPA ini yang tertinggi menyerang warga," kata Lusiana.


Minim Masker dan Kebersihan Jadi Pemicu

Daerah terdampak meliputi Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Agam, Pesisir Selatan, Solok, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Bukittinggi, serta beberapa kota/kabupaten lain yang juga mengalami banjir, longsor, hingga kerusakan infrastruktur. Banyak rumah warga terendam, akses jalan terputus, dan sejumlah fasilitas publik rusak akibat intensitas hujan ekstrem. Tampak dalam foto, warga memeriksa rumah-rumah yang rusak akibat banjir di Malalak, Sumatera Barat, Indonesia, Kamis, 27 November 2025. (AP Photo/Ade Yuandha)

Dari hasil observasi di lapangan, tim medis menemukan masih banyak penyintas yang belum menerapkan kebiasaan pencegahan penyakit pernapasan. Satu di antaranya tidak menggunakan masker serta kurang menjaga kebersihan tangan, mulut, dan hidung.

"Kemarin itu ada pasien di lokasi pengungsian yang batuk dan pilek, tetapi tidak menggunakan masker. Kondisi ini gampang sekali menular kepada pengungsi lain," ungkap Lusiana.

Ia menyampaikan, sejak awal kejadian, Dinas Kesehatan Kota Padang telah menyiapkan langkah antisipasi dengan menyediakan masker bagi pengungsi.

Namun, keterbatasan jumlah membuat tidak seluruh penyintas bisa mendapatkannya.

"Saat ini kami masih fokus pada upaya pencegahan agar penularannya tidak semakin meluas dan mengobati bagi penyintas yang sakit," lanjutnya.


Keluhan Kulit hingga Antisipasi Diare

Selain ISPA, tim medis di Posko Bencana Batu Busuak mencatat peningkatan kasus penyakit kulit di kalangan pengungsi, seperti infeksi jamur. Kondisi lingkungan yang masih basah dan lembap pascabanjir dinilai mempercepat munculnya gangguan kulit tersebut.

Dinas Kesehatan setempat juga mewaspadai potensi diare di lokasi pengungsian.

Berdasarkan pengalaman bencana sebelumnya, penyakit ini kerap muncul di tenda-tenda pengungsian dan mudah menyebar melalui makanan serta minuman yang terkontaminasi.

Itulah mengapa, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kebersihan di tengah keterbatasan fasilitas yang ada.

Di sisi lain, Lusiana memastikan ketersediaan obat-obatan dan perlengkapan medis di kawasan Batu Busuak saat ini masih aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait