Basarnas Setop Pencarian Korban Banjir Aceh, Puluhan Orang Masih Hilang

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan secara resmi mengakhiri operasi pencarian korban di beberapa wilayah terdampak banjir di Aceh pada Kamis, 25 Desember 2025.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 26 Desember 2025, 05:20 WIB
Aceh Tamiang menjadi salah satu daerah yang paling terdampak bencana banjir bandang Sumatera yang terjadi pada (26/11/2025) lalu. Tampak dalam foto, para wanita melintasi jalan yang telah dibersihkan dari pohon-pohon tumbang pasca banjir bandang di Aceh Tamiang, pada Rabu 10 Desember 2025. (Aditya Aji/AFP)

Bola.com, Jakarta - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) secara resmi mengakhiri operasi pencarian korban di beberapa wilayah terdampak banjir di Aceh pada Kamis, 25 Desember 2025.

Kepala Basarnas Banda Aceh, Ibnu Harris Al Hussain, menyatakan fokus kini beralih ke fase pemantauan.

Advertisement

Keputusan ini diambil setelah operasi pencarian selama sebulan tidak lagi membuahkan hasil dalam beberapa hari terakhir. 

Operasi pencarian yang telah berlangsung selama 31 hari ini, tepat pada Kamis (25/12/2025), menandai hari terakhir upaya aktif tim SAR di lapangan. Meskipun demikian, Basarnas menegaskan komitmennya untuk tetap siaga. Mereka akan segera mengerahkan tim SAR kembali jika ada penemuan korban baru.

Masyarakat diimbau untuk segera melaporkan setiap penemuan korban guna mempercepat proses evakuasi. Tim SAR tetap berada dalam status siaga dan terus memantau lokasi-lokasi yang terdampak bencana. Hal ini dilakukan untuk memastikan respons cepat jika situasi darurat kembali muncul.

 


Fase Pemantauan

Berdasar informasi dari data bencana hidrometeologi siklon tropis senyar yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tamiang pada Kamis (4/12) malam, setidaknya terdapat 2.698 rumah warga di Kabupaten Aceh Tamiang yang mengalami kerusakan parah. Tampak foto udara yang diambil menggunakan drone ini menunjukkan wilayah yang terdampak banjir bandang di Aceh Tamiang, Pulau Sumatra, Kamis 4 Desember 2025. (AP Photo/Binsar Bakkara)

Dengan dihentikannya operasi pencarian aktif, Basarnas kini memasuki fase pemantauan.

Ibnu Harris Al Hussain menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir, upaya pencarian tidak menghasilkan penemuan korban baru, yang menjadi salah satu alasan utama penghentian operasi. Sebanyak 31 warga Aceh dilaporkan masih hilang akibat bencana ini.

Mengingat bencana telah berlalu selama satu bulan, peluang untuk menemukan korban selamat semakin menipis. Namun, Basarnas tetap berkomitmen untuk melanjutkan upaya pemantauan di wilayah terdampak. Tim SAR akan segera dikerahkan kembali jika ada informasi atau penemuan korban.

Masyarakat memiliki peran penting dalam fase ini. Laporan cepat dari warga terkait penemuan korban akan sangat membantu tim SAR dalam melakukan evakuasi. Kesiapsiagaan tim SAR di lokasi bencana tetap menjadi prioritas untuk merespons setiap perkembangan.

 


Jumlah Korban Meninggal

Gambar udara ini menunjukkan jembatan rusak akibat banjir bandang di jalan utama yang menghubungkan Aceh dan Sumatra Utara di Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia pada 28 November 2025. (Chaideer MAHYUDDIN/AFP)

Banjir dan tanah longsor dahsyat melanda tiga provinsi di Sumatra, yaitu Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, pada akhir November 2025. Bencana ini dipicu oleh curah hujan intensitas tinggi yang terus-menerus. Dampak yang ditimbulkan sangat luas, mencakup korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan.

Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 25 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana di ketiga provinsi tersebut mencapai 1.135 jiwa.

Dari jumlah tersebut, Aceh mencatat angka kematian tertinggi dengan 503 korban jiwa. Angka ini menunjukkan skala kerusakan dan kerugian yang sangat besar akibat bencana hidrometeorologi ini.

Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur. Total sekitar 157.800 unit rumah mengalami kerusakan. Mayoritas kerusakan rumah terjadi di Aceh, dengan perkiraan mencapai 115.600 unit. Kerusakan masif ini menimbulkan tantangan besar dalam upaya pemulihan dan rekonstruksi di wilayah terdampak.

Sumber: AntaraNews 

Berita Terkait