Sukses


    Membedah Kiprah Sepak Bola Hong Kong, Laos, dan China Taipei di Asian Games

    Bola.com, Jakarta - Drawing cabang olahraga sepak bola putra Asian Games 2018 sudah dilakukan pada 5 Juli 2018 di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta. Hasilnya, Timnas Indonesia U-23 dianggap berada di grup mudah karena tergabung di Grup A bersama Laos, Hong Kong, dan China Taipei.

    Namun, benarkah Timnas Indonesia U-23 berada di grup ringan? Jika mengacu pada ranking FIFA paling baru, per 7 Juni 2018, hanya Laos yang berada di bawah Indonesia.

    China Taipei berada di peringkat ke-123 dengan poin 247. Ranking itu lebih baik daripada yang dimiliki Turkmenistan dan Myanmar. China Taipei juga hanya berada satu setrip di bawah Thailand.

    Kemudian Hong Kong, ada di urutan ke-142 dengan poin 195. Lagi-lagi di atas Indonesia, yang berada di urutan ke-164 dengan poin 111. Peringkat Hong Kong itu lebih baik dari Kuwait dan Nepal.

    Laos, jadi negara yang paling rendah peringkat FIFA-nya di Grup A karena berada di urutan ke-178 dengan poin 82.

    Hanya, kita bicara perihal prestasi di Asian Games, sehingga kiprah tiga negara rival di Grup A itu di Asian Games lebih sahih dijadikan patokan, meski ranking FIFA tak bisa ditepikan karena bisa jadi gambaran kekuatan terkini.

    Bicara kiprah China Taipei, Hong Kong, dan Laos di Asian Games, Bola.com akan mencoba memberi gambaran. Hong Kong kali pertama turun di cabor sepak bola putra Asian Games pada edisi 1954.

    Total, Hong Kong tampil dalam sembilan edisi Asian Games (1954, 1958, 1990, 1994, 1998, 2002, 2006, 2010, 2014).

    Dari keikutsertaan itu, prestasi terbaik Hong Kong tercipta saat tampil di Asian Games 1958 di Tokyo. Ketika itu mereka finis sebagai perempatfinalis. Sisanya, Hong Kong lima kali finis di putaran pertama (1954, 1990, 1994, 1998, 2002, 2006) serta dua kali finis di putaran kedua (2010 dan 2014).

    2 dari 3 halaman

    Pencapaian China Taipei dan Laos

    Beranjak ke China Taipei, negara di kawasan Asia Timur ini tercatat mengalami penurunan drastis dalam kiprah di Asian Games.

    China Taipei pernah perkasa dengan menyabet medali emas secara beruntun pada Asian Games edisi 1954 dan 1958. Namun, setelah itu mereka bahkan tak tampil di Asian Games selanjutnya, 1962, dan hanya tampil di fase putaran awal pada edisi 1966.

    Logo Federasi Sepak Bola Hong Kong (HKFA). (Bola.com/Dody Iryawan)

    Selanjutnya, mereka kembali absen di cabor sepak bola putra Asian Games karena tak memiliki tim yang layak, hingga edisi 2018 ini kembali ikut serta. 

    Jika Hong Kong ada di pot 2 sebelum undian pembagian grup Asian Games 2018 dilakukan, China Taipei berada di "pot yang tak mendapat ranking" alias di luar 21 besar. Sebagai catatan, pembagian pot didasarkan pada penampilan tim di Asian Games 2014, kecuali Indonesia yang mendapat "keistimewaan" masuk pot 1 karena berstatus tuan rumah.

    Kemudian Laos, sesama negara di kawasan Asia Tenggara ini baru dua kali berkiprah di cabor sepak bola putra Asian Games, yakni pada edisi 1998 dan 2014.

    Catatan saat itu, pada Asian Games 1998, Laos finis di urutan ke-21 dari 23 peserta dengan hanya bermain dalam dua pertandingan putaran awal dan keduanya berujung kekalahan.

    Prestasi hampir mirip terulang pada Asian Games 2014. Ketika itu Laos finis di peringkat ke-27 dari 29 peserta lantaran tersingkir di putaran pertama setelah selalu kalah dalam tiga laga yang dijalani di penyisihan grup.

    3 dari 3 halaman

    Pencapaian Indonesia

    Lantas bagaimana jika dibandingkan dengan pencapaian Indonesia di Asian Games? 

    Sejak 1951, Timnas Indonesia tercatat tampil dalam sembilan edisi Asian Games. Yakni, Asian Games 1951, 1954, 1958, 1962, 1966, 1970, 1986, 2006, dan 2014.

    Dari keikutsertaan itu, Timnas Indonesia (mengacu pada sistem pertandingan yang diterapkan ketika itu), berhasil lolos ke perempat final sebanyak tiga kali, yaitu pada edisi Asian Games 1951, 1966, dan 1970.

    Logo cabang sepak bola - Asian Games 2018. (asiangames2018.id)

    Timnas Indonesia pernah lolos ke fase 16 besar saat Asian Games 2014. Prestasi terbaik diukir saat Asian Games 1954, 1958, dan 1986.

    Pada Asian Games 1954 di Manila, Timnas Indonesia kalah 4-5 dari Burma (Myanmar) pada perebutan peringkat ketiga untuk menyabet medali perunggu.

    Empat tahun berselang, Timnas Indonesia akhirnya mampu meraih medali perunggu Asian Games 1958 Tokyo dengan menumbangkan India 4-1.

    Kemudian pada Asian Games edisi 1986 di Seoul, Korea Selatan, Timnas Indonesia finis di peringkat keempat. Pada perebutan medali perunggu, Robby Darwis dkk. menyerah 0-5 dari Kuwait.

    Melihat catatan itu dan mempertimbangkan kekuatan terkini tim, semestinya Timnas Indonesia U-23 bisa lolos dari fase grup. Harapannya tentu melebihi pencapaian 16 besar yang diukir pada Asian Games 2014 demi mencapai target menembus empat besar pada Asian Games 2018 ini.

    Video Populer

    Foto Populer