Sukses


Mengulas Keganasan Formasi Sang Garuda ala Timnas Indonesia U-19

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-19 lolos ke semifinal Piala AFF U-18 2017 dengan rekor yang cukup meyakinkan. Tim asuhan Indra Sjafri memenangi empat laga penyisihan Grup B dan hanya sekali menderita kekalahan.

Tim Garuda Nusantara menggasak tuan rumah Myanmar 2-1, Filipina 9-0, serta Brunei Darussalam 8-0. Egy Maulana dkk. hanya kalah sekali menghadapi Vietnam dengan skor 0-3.

Indra Sjafri punya peran besar pada pencapaian ini. Pelatih asal Sumatra Barat ini dikenal sebagai nakhoda yang doyan bermain ofensif. Timnas junior yang dilatihnya kerap meraih kemenangan besar.

Rekor kemenangan terbesar Indra sepanjang karier kepelatihannya hingga detik ini terjadi ketika menangani Timnas Indonesia U-18 di Piala Pelajar Asia 2012. Saat itu, Tim Merah-Putih menguliti Pakistan dengan skor fantastis 25-0!

Setahun sebelumnya, Indra juga sempat menghebohkan dunia sepak bola Tanah Air ketika mengantarkan Timnas Indonesia U-16 menang besar di Kualifikasi Piala AFC U-16 2011.

Ketika itu, Indra membawa Timnas Indonesia U-16 mencukur Guam dengan skor telak 17-0 pada 17 September 2012.

Permainan yang disuguhkan Indra memang enak ditonton. Mengedepankan keunggulan penguasaan bola, timnas bermain sentuhan bola-bola pendek. Sepintas gaya bermain mereka mirip jogo bonito ala Brasil serta tiki-taka milik Barcelona.

Saat Timnas Indonesia U-19 jadi kampiun Piala AFF 2013, Indra menamai formasi permainan tim asuhannya dengan sebutan "Pepepa", kependekan dari kata pendek, pendek, panjang.

Timnas Indonesia U-19 besutan Indra bermain dengan pakem formasi dasar 4-3-3 yang kadang berevolusi menjadi 3-4-3.

Sistem bermain ini dipakai Indra karena dinilai menunjang kelebihan Indonesia di sektor sayap.

“Sumber daya pemain sayap kita banyak. Kenapa lari dari kenyataan dengan meniru cara bermain tim lain? Jarak antarpemain tidak sampai 20 meter. Kenapa yang mudah dibuat sulit?” ujar pelatih kelahiran 2 Februari 1963 tersebut.

Sistem permainan bentukan Indra amat tajam dalam urusan menjebol gawang lawan. Padahal, saat itu Timnas Indonesia U-19 tak memiliki sosok target man yang konsisten mencetak gol. Banyak gol muncul dicetak pemain-pemain dari lini kedua.

Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri terkini bermain dengan gaya berbeda. Tim Garuda Nusantara (julukan baru) tak lagi statis bermain dengan skema 4-3-3 atau 3-4-3 yang cenderung mulai dihafal lawan.

Tim Merah-Putih tampil dengan pakem dasar 4-1-3-1-1. Formasi ini dipilih menyesuaikan dengan stok ketersediaan pemain. Arsitek yang sempat menukangi klub Bali United tersebut memberi nama formasi racikannya: "Sang Garuda."

"Kami tidak kaku selalu memainkan pola yang sama dalam setiap pertandingan. Sepak bola modern menuntut fleksibilitas. Penerapannya menyesuaikan dengan karakter permainan lawan yang kami hadapi," ujar Indra.

Menyangkut nama skema, Indra Sjafri mengungkapkan alasannya. “Saya namai Sang Garuda karena formasi itu  terinspirasi dari Burung Garuda. Ada kepala, leher, perut, sayap, dan kaki. Dari situ, kemudian saya coba taruh pemain-pemainnya. Saya lihat formasi itu cocok dengan kualitas pemain yang ada sekarang,” ujar Indra.

2 dari 3 halaman

Mirip Berlian Johan Cruyff

Mirip Berlian Johan Cruyff

Sepintas formasi Sang Garuda mirip dengan formasi berlian ala legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff saat jadi juru latih Barcelona periode 1988–1996. Almarhum adalah salah satu tokoh di balik taktik Total Football yang dipakai Timnas Belanda dan Barcelona.

Saat di era Cruyff Barca bermain amat agresif dalam menyerang. Barcelona seringkali memenangkan pertandingan dengan skor telak di pentas La Liga. 

Barcelona sukses jadi juara Liga Champions 1991-1992 dan empat kali meraih trofi La Liga di era pelatih kelahiran Amsterdam, 25 April 1947, itu.

Beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah video talk show stasiun televisi di Belanda, Johan Cruyff, mengulas formasi berlian yang ia terapkan saat menukangi Barcelona.

"Konsep bermain yang saya buat adalah bagaimana menciptakan sistem permainan yang membuat pemain bisa membantu rekannya secara mudah. Mereka harus selalu mendekat satu sama lain. Formasi berlian milik saya memungkinkan hal itu terjadi," tutur Cruyff.

Di sebuah papan tulis pesepak bola yang sukses mengantarkan Belanda ke final Piala Dunia 1974 tersebut menggambar formasi berlian yang menyerupai 4-1-3-1-1 yang kini dipakai Indra Sjafri.

Johan Cruyff berbincang dengan Pep Guardiola. Mantan pelatih Barrcelona ini merupakan bekas anak asuh Cruyff di Barca, Pep kerap disebut sebagi titisan pria Belanda itu karena taktik bermainnya yang mirip. (Twitter)

Formasi ini sifatnya lentur. Saat situasi permainan berlangsung bisa berubah menjadi 3-1-3-1-2, 3-4-3, atau 4-3-3. Benang merah dari taktik ini adalah kedekatan posisi yang melibatkan lima pemain yang menyerupai bentuk berlian.  

Cruyff menolak anggapan jika formasinya cenderung mengabaikan pertahanan. Dalam sistem permainannya ia selalu menempatkan seorang pemain di depan jajaran bek. Di era kekinian, pemain di posisi ini disebut jangkar.

Ia jadi pemain penyetop serangan di area pertahanan. "Menghadapi lawan yang memiliki dua hingga tiga penyerang, tidak mungkin Anda bisa memenangkan pertarungan dengan hanya mengandalkan empat bek saja. Anda harus menaruh seorang pemain bertahan lebih jauh ke depan," jelas Cruyff dalam sebuah wawancara dengan Majalah FourFourTwo.

Konsep bermain Johan Cruyff banyak dipakai pelatih-pelatih dunia saat ini. Pep Guardiola salah satunya. Ia mengembangkan taktik Cruyff di Barcelona. Permainan operan segitiga kecil melibatkan tiga pemain memesona dunia.

Satu hal yang paling penting dalam konsep bermain ala Johan Cruyff adalah kebutuhan mutlak pemain-pemain berskill tinggi untuk memainkan taktik operan pendek merapat. Taktik model ini bisa berjalan di Timnas Indonesia U-19 karena banyaknya pemain yang dianugerahi bakat alam mengolah si kulit bundar. 

3 dari 3 halaman

Aplikasi Strategi Sang Garuda

Aplikasi Strategi Sang Garuda

Bagaimana detail aplikasi strategi Sang Garuda racikan Indra Sjafri?  

Dalam formasi Sang Garuda, Indra menempatkan seorang striker. Sang mentor mengibaratkan sang penyerang kepala Garuda. Ia jadi pematuk lini pertahanan lawan.

Di sepanjang Piala AFF U-18 peran ini dijalankan Hanis Saghara dan Muhammad Rafli Mursalim. Nama terakhir itu baru saja mencetak hattrick dalam pertandingan penutup penyisihan Grup B kontra Brunei yang berkesudahan 8-0.

Total ia sudah menyumbang empat gol. Hanis juga menyumbang sebiji gol saat Timnas U-19 membantai Brunei.

 

Starting XI Indonesia vs Vietnam. Bagaimana pendapatmu? #GarudaNusantara #AFFU18Championship #TimnasDuluBaruKamu

A post shared by PSSI - FAI (@pssi__fai) on

Johan Cruyff berujar, ia memilih striker tunggal dalam skema berliannya, jika ia memiliki bomber haus gol yang bisa diandalkan mengobrak-abrik pertahanan lawan.

"Jika Anda memiliki penyerang berkualitas macam Ruud van Nistelrooy, Anda tentu tidak butuh lagi pemain di posisi penyerang," kata sang legenda.

Dalam skema 4-1-3-1-1, Egy Maulana Vikri jadi pemain penting sebagai pendobrak. Pemain asal Medan itu ditempatkan di posisi belakang striker. Ia dijadikan pemain pemecah kebuntuan.

Peran Egy mirip Lionel Messi di Barcelona, yang bergerak bebas di tiga sisi area pertahanan lawan. Sang pemain untuk sementara jadi pemain paling produktif di Timnas Indonesia U-19 dengan koleksi enam gol.

Pertukaran posisi Egy terbilang cukup menarik karena jebolan SSB ASIOP Apacinti itu sebelumnya beroperasi sebagai winger kiri. Akan tetapi, kini Indra lebih sering menempatkannya sebagai playmaker atau penyerang lubang. Dalam formasi Sang Garuda, ia bermain di area leher.

Sementara itu, posisi perut ditempati oleh duet gelandang Asnawi Mangkualam Bahar dan M. Iqbal. Keduanya jadi penyeimbang permainan.

Untuk posisi sayap, ada figur Witan Sulaeman, Feby Eka Putra, Saddil Ramdani, serta Syahrian Abimanyu yang bisa bermain bergantian bergantung tipikal lawan yang dihadapi.

Di posisi gelandang jangkar Indra Sjafri punya figur M. Luthfi Kamal. Ia jadi pemain yang bertugas memulai transisi permainan dari bertahan ke menyerang. Sang gelandang bertahan juga diandalkan sebagai penyetop arus serangan.

Kuartet bek mengisi posisi kaki Garuda adalah Kadek Raditya Maheswara, Samuel Christianson, Rachmat Irianto, Dedi Tri Maulana, Julyano Pratama Nono, Nurhidayat Haji Haris, dan Muhammad Rifad Marasabessy. Mereka adalah pemain-pemain yang bisa diandalkan secara bergantian mengawal lini pertahanan.

"Sistem 4-1-3-1-1 hanya formasi dasar, tapi cara kerjanya tidak berbeda jauh dengan 4-3-3. Saya punya pemain-pemain yang kualitasnya lebih baik daripada Timnas Indonesia U-19 yang dulu menjadi juara Piala AFF 2013," ucap Indra Sjafri.

Akankah strategi baru racikan arsitek berusia 54 tahun tersebut bisa menyajikan gelar juara Piala AFF U-18 2017? Layak ditunggu. Paling tidak Indra Sjafri telah menyajikan bukti formasi andalannya amat ganas dalam urusan menjebol gawang lawan.

 

 

 

Video Populer

Foto Populer