Sukses


Cerita Kostum Mahal Persebaya Layaknya Klub Elite Eropa

Bola.com, Surabaya - Musim ini, Persebaya Surabaya masih mencatatkan rekor sebagai klub yang menjual jersey termahal di Indonesia. Klub berjulukan Bajul Ijo itu membanderol sepotong kostum autentic mereka dengan harga Rp 750 ribu.

Harga itu terbilang mahal untuk sebuah jersey klub sepak bola Indonesia. Sebagai perbandingan, beberapa klub dengan jumlah suporter cukup banyak seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, dan Bali United menjual jersey mereka tidak sampai Rp 500 ribu

Keempat klub tersebu di atas menjual seragam tim dengan harga yang berbeda. Mulai dari Persija yang mematok Rp 450 ribu, lalu Persib memasang harga Rp 400 ribu, Arema menjualnya Rp 375 ribu, dan Bali United melepas dengan harga Rp 350.

Banderol yang dipatok beda-beda tipis dengan harga kostum klub-klub Eropa yang diproduksi brand-brand raksasa macam Adidas atau Nike, yang harga kisaran 1 hingga 1,3 juta rupiah.

Harga selangit yang dipasang oleh Tim Bajul Ijo ini sempat menimbulkan tanda tanya di kalangan Bonek, suporter Persebaya. Mereka merasa manajemen klub seolah memanfaatkan fanatisme suporter untuk mengeruk keuntungan besar.

 Mendengar hal ini, Manajer Persebaya, Chairul Basalamah pun berkomentar. Kepada Bola.com, ia menjelaskan beberapa hal yang menjadi pertimbangan pihaknya untuk memasang harga yang cukup tinggi.

 “Sebenarnya yang punya pertimbangan adalah Persebaya Store. Tapi, ada beberapa alasan logis tentu saja. Jersey yang kami jual ini tidak bekerja sama dengan apparel mana pun. Kami membuat sendiri di pabrik sehingga bisa menentukan harga sendiri,” ungkap pria yang karib disapa Abud itu.

Jika didasarkan pada faktor itu saja, tentu alasan yang dijabarkan oleh Abud kurang tepat. Sebab, cara yang sama juga dilakukan oleh Bali United dengan memproduksi sendiri jersey tim mereka.

Bali United nyatanya tidak membanderol harga sebesar yang dilakukan oleh Persebaya. Malah, klub berjulukan Serdadu Tridatu itu justru menjualnya tidak sampai separo harga jersey Persebaya.

Sebagai perbandingan, musim lalu klub yang berdiri pada 1927 itu mampu menjual lebih dari 5000 potong lebih versi authentic. Itu angka yang cukup besar untuk jersey dengan harga tinggi.

 Namun, ada hal lain yang menurut Abdu perlu diunggulkan dengan jersey Persebaya musim 2018. Teknologi terbaru yang terdapat pada jersey membuat pihaknya tidak merasa harga musim lalu pantas untuk dipertahankan.

“Jersey kami lebih ringan sehingga membuat nyaman pemain. Kalau suporter mau membeli yang authentic tentu saja akan merasakannya. Jersey kami memang paling mahal di Indonesia, tapi kami berani mengkaim bahwa ini merupakan kostum paling canggih yang dibuat di Indonesia dengan tekstur dan teknologi buatan Indonesia,” imbuh pria 38 tahun itu.

Selain tipe authentic, Persebaya sebenarnya menjual dua kelas lainnya dengan harga yang lebih murah. Keduanya adalah replika (Rp 350 ribu) dan suporter (Rp 165 ribu).

 Selain itu, di masing-masing kelas terdapat beberapa tipe seperti teens dan kids. Ditambah lagi, harga jersey juga memiliki perbedaan pada versi home, away, dan third.

“Sebenarnya memang tidak pernah ada harga jersey Persebaya Surabaya semahal itu. Tapi, kami menambahkan teknologi terbaru meski bahannya masih sama. Kami berpikir kalau terlalu tinggi tidak baik dan harga Rp 750 ribu saya rasa bisa diterima,” ujar Abud.

2 dari 3 halaman

Rawan Pembajakan

Tingginya harga yang dipatok oleh Persebaya dalam menjual jersey ini memiliki satu dampak negatif. Saat ini, semakin banyak pembajakan terhadap jersey tersebut sehingga bisa dijual dengan harga yang jauh lebih murah murah.

Berbagai seragam klub palsu atau KW dengan kualitas rendah sudah tersebar di beberapa pasar tradisional di Surabaya. Bahkan, di beberapa daerah di Jawa Timur pembeli juga bisa dengan mudah mendapatkannya.

Abud menyebutkan bahwa pihaknya pernah memergoki salah satu produsen pembajak jersey sepak bola Indonesia di Bandung. Produsen itulah yang mendistribusi jersey KW Tim Bajul Ijo di berbagai daerah di Indonesia.

Salah satu titik penjualan jersey KW ini adalah para pedagang kaki lima di sekitar Stadion Gelora 10 November, Surabaya. Di tempat itu, berbagai jenis dan bahan jersey The Green Force dijual dengan harga mulai Rp 35 ribu.

“Pembajak kostum Persebaya itu kelasnya sudah kakap. Berbagai macam jersey, sampai yang lawas pun juga diproduksi ulang oleh mereka. Bisnis ini memang sangat menggiurkan target pasar mereka dari kelas bawah,” ucap pria kelahiran Surabaya itu.

Menurut Abud, ada beberapa kemiripan jersey KW ini dengan jersey original produksi Persebaya sendiri. Namun, kemiripan itu hanya sampai untuk jersey dengan kelas replica, bukan authentic.

Pihaknya juga tidak membuat sikap dengan melaporkan para pembajak tersebut dengan hanya memberi peringatan saja. Meski begitu, bukan tidak mungkin kegiatan pembajakan itu masih terus berlanjut.

“Produsen jersey KW itu memang mendapat keuntungan dengan jumlah yang sangat besar. Tapi, kami tidak melakukan proses hukum misalnya, karena kami pikir berbagi rezeki saja dengan mereka,” imbuh Abud.

3 dari 3 halaman

Sindiran buat Persebaya Store

Persebaya memiliki cara yang cukup lazim dilakukan oleh sebuah klub sepak bola dalam memasarkan berbagai produknya. Sejak kembali diakui oleh PSSI pada musim lalu, mereka mendirikan sebuah toko yang menjual merchandise klub yang diberi nama Persebaya Store.

Para pembeli bisa melakukan pembelian berbagai barang yang dijual di toko tersebut dan juga via online di situs web atau beberapa akun sosial media Persebaya Store. Selain jersey, terdapat pula beberapa produk seperti kaus, syal, topi, jaket, tas, stiker, dan berbagai macam lainnya.

Sampai sejauh ini, terdapat dua toko induk yang terdapat di Surabaya Town Square dan kawasan Semolowaru.

Selain itu, terdapat pula delapan cabang Persebaya Store yang tersebar di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

Lagi-lagi, harga yang ditawarkan oleh Persebaya Store lebih mahal dibanding dengan beberapa toko lain yang juga menjual jenis barang serupa.

Hal ini pun membuat Bonek kerap menjadikan Persebaya Store sebagai topik kritikan saat Persebaya dengan terpuruk.

Seperti yang terjadi pada awal Juni lalu, saat Persebaya tumbang 0-1 dari PSM Makassar (9/6/2018). Hasil itu membuat klub dengan warna kebesaran hijau tersebut berada di zona degradasi menghuni peringkat 16 klasemen sementara.

Banyak Bonek yang melampiaskan kekesalan dengan menyindir manajemen Persebaya terlalu banyak membuka store, alih-alih mengangkat performa tim. Mengenai hal ini, Abud pun memiliki penilaian sendiri.

“Saya mendengar ribut-ribut sindirin Persebaya Store itu sudah lama. Saya ingin mengingatkan bahwa Persebaya Store ini juga menghidupi keuangan klub secara sehat. Ini adalah cara kami,” kata Abud.

Selain lewat store resmi, sponsor juga menjadi pihak yang sangat diandalkan klub untuk menjadi pemasukan setiap musimnya. Dari situlah pihaknya bisa menjalankan program tim setiap musim.

“Persebaya adalah klub profesional dengan keuangan dari sponsor dan pendapatan dari merchandise. Selama ini, kami tidak mendapat dana dari pihak pemerintah, bahkan sewa stadion juga lebih mahal. Harus diakui bahwa store sangat penting untuk klub,” tutur sang manajer.

Bagaimana pun programnya, Abud menjelaskan bahwa sebuah klub profesional akan bekerja sesuai dengan porsi masing-masing. Dirinya sebagai manajer tim akan lebih banyak bekerja dengan para pemain dibandingkan Persebaya Store yang diurus oleh individu yang berbeda.

Tepat hari ini, 18 Juni 2018, Persebaya merayakan Hari Jadi yang ke-91. Ini seharusnya juga bisa menjadi momen bagi Rendi Irwan dkk. untuk bangkit dari keterpurukan.

Video Populer

Foto Populer