Sukses


Perjalanan Edy Rahmayadi hingga Menjadi Nakhoda PSSI

Jakarta - Edy Rahmayadi punya banyak jabatan publik. Namanya kini banyak jadi perbincangan publik lantaran komentarnya terkait timnas dalam Piala AFF 2018. Edy seperti tidak bisa lepas dari isu sepak bola nasional. Bagaimana sebenarnya perjalanan karier Edy Rahmayadi?

Ia merupakan tokoh politik yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara, Ketua Dewan Pembina PSMS Medan, dan juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2016-2020.

Namanya kini santer diberitakan media setelah banyak pihak mendesaknya untuk lepas jabatan sebagai Ketua Umum PSSI. Di balik ramai pemberitaan mengenai dirinya, perjalanan Edy Rahmayadi untuk mencapai jabatan di PSSI tidak serta-merta begitu saja didapatkan.

2 dari 3 halaman

Mengawali karier di militer

Awalnya, pria kelahiran Aceh ini mengawali karier sebagai tentara setelah lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) pada 1985. Saat itu posisi pertama yang sukses ia duduki adalah sebagai Komandan Bataliyon di jajaran Kopasus TNI Angkatan Darat. Sejak saat itu, ia aktif di Satuan Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad.

Ia juga pernah menjabat sebagai Dankipan B Yonif 323 Kostrad dan Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100 Bukit Barisan pada 1989. Setelah ditugaskan di beberapa daerah di Papua, kariernya pun terus menanjak.

Pada 2015, ia mendapat tugas sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan. Pada tahun yang sama, ia diminta kembali ke satuan Kostrad untuk memangku posisi sebagai Panglima Kostrad.

Menjadi seorang Panglima Kostrad nyatanya Edy memiliki kecintaan terhadap dunia sepak bola Indonesia. Saat dirinya menjadi Pangdam Bukit Barisan, ia terpanggil untuk membangkitkan persepakbolaan Tanah Air yang tengah vakum karena konflik Menpora dengan PSSI yang menyebabkan pembekuan kegiatan sepak bola.

3 dari 3 halaman

Sukses dengan PSMS Medan

Edy pun terdorong untuk terjun langsung dalam usaha membangkitkan PSMS Medan hingga klub tersebut menjuarai Piala Kemerdekaan 2015. Tak hanya itu, ia juga mengusahakan PSMS Medan untuk dapat mengikuti Piala Jenderal Sudirman yang awalnya telah mendapat penolakan. Ia pun disebut sebagai sosok jenderal bintang tiga penyelamat sepak bola Indonesia. Perlahan namanya pun mencuat ke permukaan dunia sepak bola Indonesia.

Pada saat itu kelompok bernama K-85 mencalonkan Edy sebagai Ketua Umum PSSI. Kelompok ini merupakan kumpulan dari 85 klub pemilik suara dalam Kongres PSSI yang menginginkan rezim La Nyalla Mattalitti berakhir. Mereka juga merupakan perkumpulan para voters yang mendesak PSSI merombak total susunan kepengurusan yang ada pada saat itu.

Dukungan untuk Edy sebagai Ketua Umum PSSI terus menguat. Dukungan mengalir dari Forum Persatuan Tim Pegunungan Tengah Papua dan Papua Barat yang beranggotakan Persipani Paniai, Persintan Intan Jaya, Persigubin Gunung Bintang, Persiyali Yalimo, Kaimana FC, dan Persikos Kota Sorong.

Hingga akhirnya pada Kamis (10/11/2016) sore di Hotel Mercure, Ancol ia berhasil memenangkan proses pemilihan Ketua Umum PSSI periode 2016-2020. Ia berhasil mendulang suara terbanyak mengungguli kelima calon ketua umum lainnya. Edy memenangkan 76 suara, meninggalkan Jendral (Purn) Moeldoko yang mendapat 23 suara. Sedangkan Wali Kota Batu Edy Rumpoko memperoleh satu suara. Terdapat tujuh suara dianggap tidak sah.

Video Populer

Foto Populer