Sukses


6 Bentrok Klasik Persija Vs Persib yang Menguras Emosi

Bola.com, Jakarta - Pertandingan pekan ke-7 Shopee Liga 1 2019 yang mempertemukan Persija Jakarta kontra Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Rabu (10/7/2019) menjadi salah satu pertandingan paling dinanti oleh penikmat sepak bola Indonesia.

Laga tersebut memang kerap diidentikkan dengan embel-embel duel klasik Indonesia, terutama di era kekinian Liga Indonesia.

Sebutan tersebut memang tak berlebihan jika melihat perseteruan kedua klub sejak era perserikatan hingga kompetisi model baru Indonesia Super League (ISL). Meski sejatinya, jika bicara sejarah musuh bebuyutan Maung Bandung di era perserikatan adalah PSMS Medan dan Persebaya Surabaya.

Sejak 1980-an, keduanya memang lebih banyak berseteru dalam hal gengsi kota. Sedangkan di era milenium, gengsi antar pendukung antara The Jakmania dengan Viking membuat tensi pertandingan Persib-Persija menjadi salah satu pertandingan panas.

Pada masa penjajahan, Persija yang saat itu masih bernama VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra) pun sudah sering bertemu dengan PSIB yang merupakan embrio Persib Bandung. Keduanya kerap terlibat dalam pertandingan seru dan panas.

Berikut enam pertandingan seru penuh drama yang mempertemukan keduanya dari masa ke masa dirangkum oleh Bola.com:

2 dari 7 halaman

VIJ kontra PSIB: 4-0 (3 Desember 1933)

Sebuah pertandingan akhir tahun di kota Jakarta terjadi antara tuan rumah VIJ melawan tamunya, PSIB asal Bandung. Laga ini mungkin bukan yang pertama terjadi antara Jakarta dan Bandung. Namun duel ini menjadi embrio lahirnya pertandingan besar yang melibatkan Persija dan Persib di kemudian hari.

VIJ saat berhadapan dengan PSIB tahun 1933 di Laan Trivelli, Batavia.

Pertandingan yang dilangsungkan di Laan Trivelli, sekitar daerah Tanah Abang. VIJ mampu menumbangkan PSIB dengan skor 4-0. Skor tersebut memang tidak terlalu mengejutkan, mengingat saat itu VIJ adalah juara Kampeonturnoi PSSI.

 

3 dari 7 halaman

Persib Vs Persija: 7-0 (Piala Jusuf 1976)

Piala Jusuf adalah turnamen besar di Makassar. Event ini menjadi ajang rutin pada era 1970-an dan diikuti oleh tim-tim perserikatan elite Indonesia seperti Persija, Persib, PSMS, PSM, dan juga Persebaya.

Pada edisi perdana 1976, final menampilkan pertandingan tim dari Bandung dan Jakarta.

Persija melangkah ke final setelah menjadi juara Grup A dan menang atas Persipal Palu 2-1 di semifinal. Sedangkan Persib Bandung tampil sebagai sebagai runner-up Grup B dan mampu menjungkalkan PSMS Medan dengan skor 1-0 di semifinal.

Laga final dilangsungkan di Stadion Mattoanging, Makassar, pada 10 Februari 1976, dipimpin oleh wasit Tumbo Saranani. Kepemimpinan sang pengadil sarat kontroversi.

Si Merah-Putih (julukan Persija), berkali-kali melakukan protes karena merasa dicurangi wasit. Gol Cecep pada menit ke-39 pun dianggap offside oleh kubu Jakarta.

Puncaknya terjadi pada menit ke-50, kala Atik menjebol gawang Sudaryanto untuk kali kedua. Ofisial Persija gusar berat karena menilai gol tersebut lagi-lagi offside. Soetjipto Soentoro, pelatih Tim Macan Kemayoran pun meminta pemainnya untuk meninggalkan lapangan sebagai bentuk protes.

Persija ngambek menolak melanjutkan pertandingan. Tanpa ampun, panitia turnamen pun memberikan kemenangan untuk Persib Bandung dengan skor 7-0 dan menjadi juara Piala Jusuf edisi perdana.

4 dari 7 halaman

Persib Vs Persija: 0-1 (Divisi Utama PSSI 1986-1987)

Tahun 1986 merupakan tahun emas Persib Bandung. Adjat Sudradjat cs. merupakan juara bertahan Perserikatan edisi tahun 1986.

Kubu Maung Bandung memulai langkah di kompetisi putaran wilayah dengan menjamu Persija terlebih dahulu di Stadion Siliwangi, Bandung, pada 16 November 1986. Menjelang laga suasana sudah terasa panas.

Dalam perjalanan ke Stadion Siliwangi, bus Persija sempat menjadi sasaran pelemparan para pendukung Persib.

“Saat itu bis sudah mau masuk stadion. Beberapa pendukung Persib ada yang melempar ke arah bis. Beruntung saya waktu itu dilindungi oleh Bang Patar Tambunan. Beberapa kaca sempat pecah,” cerita Eddy Sofyan, adik ipar kapten Persija, Tonny Tanamal, yang kebetulan ikut dalam rombongan Tim Macan Kemayoran.

Adityo Darmadi mengepalkan tangan setelah menjebol gawang Persib

Saat berada di dalam stadion, kondisi lebih parah terjadi. Panitia pelaksana pertandingan Persib pun kewalahan mengatur penonton yang membludak sampai sentelban. Panpel hanya menjual 20 ribu tiket saja, namun massa yang ada dalam stadion mencapai 50 ribu.

Para pemain Persija tak terpengaruh tekanan teror bobotoh. Mereka bermain rapi dan santai menghadapi serbuan dari tuan rumah. Akhirnya sebuah gol dari Adityo Darmadi cukup untuk meruntuhkan dominasi Tim Pangeran Biru di Bandung.

Selebrasi Adityo semakin menambah bumbu emosional di laga ini. Kepalan tangan Adityo menandakan kemenangan Jakarta atas tekanan hebat yang terjadi di Bandung.

5 dari 7 halaman

Persib Vs Persija: 1-1 (Liga Indonesia 2002)

Rivalitas Persib dengan Persija kian memanas di era kompetisi penggabungan Galatama dan Perserikatan berlabel Liga Indonesia pada pertengahan 1990-an.

Maung Bandung jadi jawara edisi perdana kompetisi kasta elite 1995-1996, setelah menaklukkan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 pada partai final. Tak mau kalah bersaing, Tim Macan Kemayoran menancapkan kaki menjadi kampiun pada musim 2001. Persija jadi yang terbaik setelah mengalahkan PSM Makassar dengan skor 3-2.

Cerita menarik terjadi pada LI edisi 2002 di Stadion Siliwangi, Bandung, pada 3 Maret.

Persib sempat unggul 1-0 melalui gol salto Sujana pada menit ke-8. Hanya keunggulan tersebut tidak berlangsung lama, Persija mampu menyamakan kedudukan melalui sepakan dari Budi Sudarsono pada menit ke-30.

Yang menjadi kontroversi adalah proses gol Budi Sudarsono. Ditandai dari cederanya pemain Persija ini, lemparan ke dalam oleh pemain Persib Bandung ke dalam lapangan sebagai bentuk fair play malah disalahartikan oleh Budi.

Penyerang berjuluk si Piton itu malah memanfaatkan kesempatan untuk mencetak gol. Tanpa ampun Budi melepaskan tendangan kerasnya ke gawang Cecep Supriatna, yang berada dalam posisi tak siap. Wasit mensahkan gol itu. Protes keras mencuat dari ofisial Persib.

Adu mulut terjadi pada akhir pertandingan. Pemain dan ofisial Persib yang merasa kemenangannya dirampas secara kontroversial mendatangi pengawas pertandingan untuk melakukan protes keras. Bumbu persaingan makin panas karena Persib kabarnya sudah sewot ke Persija setelah tim Macan Kemayoran membajak pemain binaan Persib, Andi Supendi menjelang kompetisi bergulir.

6 dari 7 halaman

Persija Vs Persib: WO (Liga Indonesia 2005)

Hubungan antara suporter pendukung Persija dengan Persib, The Jakmania-Viking, mulai memanas pada pertengahan tahun 2000-an. Teror psikologis yang terkadang berlebihan kerap didapat Macan Kemayoran serta Maung Bandung saat menyatroni Jakarta atau Bandung.

Persija dan Persib yang jadi tim unggulan juara Liga Indonesia 2005 bersua pada 4 September di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Laga yang semestinya menjadi pertandingan terakhir fase reguler Wilayah Barat batal digelar karena tim tamu menolak bertanding. Saat itu Persija sudah memastikan lolos ke babak 8 besar. Sementara, Persib gagal melangkah ke babak berikutnya.

Persib menolak bertanding karena merasa keselamatannya terancam oleh The Jakmania. Pendukung Persija membludak di Stadion Lebak Bulus hingga di belakang garis lapangan.

Perwakilan PSSI pun sampai harus memundurkan waktu kick-off dari pukul 15.30 menjadi 18.00 WIB. Sisa waktu yang ada digunakan untuk Panpel Persija menertibkan penonton yang memenuhi area teknik. Persib dibujuk tetap bertanding.

Namun, hingga batas waktu yang ditentukan, kubu Persib tetap tidak muncul ke lapangan. Akhirnya keputusan kemenangan WO diambil oleh Komite Pertandingan PSSI. Pertandingan dimenangkan Persija dengan skor 3-0.

Kubu Persib berdalih bahwa mereka tidak akan nyaman bermain dengan tekanan penonton yang membludak hingga pinggir lapangan. Dengan alasan tersebut, Persib pun memutuskan untuk tak hadir dan kembali pulang ke Bandung.

Kemenangan tersebut pun disambut suka cita oleh pendukung Persija yang memang sudah memadati Stadion Lebak Bulus dari siang hari. Kekalahan WO Persib di Jakarta itu menggenapi rekor tak pernah menang di kandang Persija selama hampir sembilan tahun.

7 dari 7 halaman

Persija Vs Persib: 1-1 (Indonesia Super League 2013)

Persija harus menjamu Persib Bandung di Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada 28 Agustus 2013 karena tak mendapat izin menggelar pertandingan di Jakarta. Bentrok keduanya yang dihelat di tempat netral menjadi laga yang panas karena dihadiri oleh ribuan pendukung Persib dan Persija.

Menpora, Roy Suryo, adalah orang yang mencuatkan ide menghadirkan bobotoh di tribun penonton. Ia ingin perseteruan antara The Jakmania dengan bobotoh yang sudah berlangsung bertahun-tahun berakhir.

"Sudah saatnya permusuhan ini disudahi. Harus ada yang memulai mempertemukan kedua kelompok di tribun," ujar Roy Suryo kala itu.

Suasana mencekam terasa menjelang pertandingan. Aparat kepolisian bekerja keras mengamankan bobotoh saat masuk ke area stadion. Dan benar saja keributan antara dua kelompok pecah di tengah pertandingan.

Kerusuhan tersebut menghentikan pertandingan pada babak kedua. Pendukung Persija dan Persib terlibat baku hantam di tribun selatan. Pihak keamanan pun turun tangan dan membuat kedua pendukung tersebut kocar kacir.

Kembali ke pertandingan. Persija sebelumnya yang sudah unggul terlebih dahulu lewat sepakan M. Ilham pada menit ke-22 akhirnya berhasil disamakan oleh Sergio van Dijkpada menit 72. Gol pemain naturalisasi itu berawal dari kesalahan stoper, Ngurah Nanak Wahyu mengantisipasi bola ke arah Andritany.

Bola liar disambar dengan cepat oleh Sergio, yang kala itu menjadi pusat perhatian seiring keputusan pindah kewarganegaraan dari Belanda ke Indonesia.

Selepas laga, bentrok panas antara The Jakmania dengan bobotoh meletus di area sekitar stadion. Menegaskan kalau hubungan keduanya masih sulit didamaikan.

Video Populer

Foto Populer